DUKE 7🌏

616 53 0
                                    

Vanya sekarang menunggu di muka kelas seperti apa yang diperintahkan oleh Aska. Kalau tidak mau menuruti perintah Aska bisa-bisa dia akan ditendang keluar dari rumah Dirgantara.

"Mana sih! Katanya disuruh nunggu dimuka kelas!" Seru Vanya dengan wajah masam.

Vanya sembari menunggu membuka handphonenya lalu muncul sebuah foto di update Instagram Baskethena.

Vanya segera menampilkan ekspresi masam karena didalam foto itu terdapat Aska yang bermain basket bersama yang lain.

Vanya melangkah dengan ekspresi dingin dan aura mematikan seketika membuat murid yang masih berada disekolahan merasakan hawa dingin dan takut.

Ditempat yang lain Aska sedang mendribble bola lalu memasukkannya kedalam Ring.

Aska mencoba mengingat-ingat apa yang telah ia lupakan tetapi seketika otaknya berhenti berjalan begitu saja.

"Ada apa bro?"

Aska sontak terkejut karena pertanyaan siswa yang satu ekstrakurikuler dengannya karena ia sedari tadi sedikit tidak fokus pada permainan.

"Bang Aska!!!! Lo mau gue mutilasi hah!"

Sebuah teriakkan keras menggelegar di ruangan basket tatapan para siswa yang tadi fokus main kini menatap siswi dengan tatapan tajam dan wajah bengisnya.

Aska mengernyitkan keningnya siapa yang memanggilnya dirinya merasa sedikit akrab.

Plak!

Sebuah sepatu seketika melayang dan memukul tepat sasaran di kepala Aska. Aska terjatuh kelantai dan meringis kecil sembari mengelus kepalanya.

Seketika Aska teringat sesuatu, ia kelupaan untuk memberi tahu Vanya kalau hari ini dia ada latihan basket.

Aska berdiri dan saat ingin berlari ia melihat Vanya yang menatapnya tajam kali ini berbeda aura bengis serta kejamnya menyatu. Aska sedikit ketakutan tetapi dia harus bertanggung jawab karena dia sudah berjanji akan menjemput Vanya dikelasnya tetapi malah kelupaan.

"Van, gue minta maaf tadi gue kelupaan beri tahu Lo kalau hari ini ada latihan basket dadakan," Ucap Aska dengan tersenyum tulus.

Vanya mendengus kesal setidaknya Aska berani untuk minta maaf dan tidak kabur dari tanggung jawab.

"Nanti gue traktir Lo makan deh," Ucap Aska dengan mengacak rambut Vanya.

Vanya menatap tajam Aska lalu menepis tangannya yang bertengger di atas kepalanya.

"Janji ya Lo, janji harus ditepati kalau enggak nanti tersambar geledek," Ucap Vanya dengan mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya janji," Ucap Aska dengan menyambut jari Vanya.

Setelah itu Vanya hanya diam lalu melangkah duduk di kursi penonton rasanya cukup menyenangkan juga melihat orang main basket rasanya jadi kepengen main juga.

Vanya membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku berwarna biru lalu menulis sesuatu di atas kertas. Vanya tidak menyadari keasyikan menulis hingga bermenit-menit.

"Tulis apaan?" Tanya Aska yang tiba-tiba sudah berada di samping Vanya.

Vanya tersentak kaget kemudian berbalik melihat ternyata hanya Aska dikiranya siapa.

"Kepo, ayo ah pulang! Capek mau tidur," Celetuk Vanya dengan menarik tangan Aska.

Aska menundukkan badannya dihadapan Vanya. Vanya hanya menatap heran kenapa Aska menundukkan badannya.

"Ngapain?" Tanya Vanya dengan wajah bingung.

"Ayo naik, katanya tadi capek ayo gue gendong," Celetuk Aska dengan terkekeh kecil.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang