DUKE 10🌏

475 34 2
                                    

Vanya dkk dan Aska dkk sekarang berada di kantin mereka berbincang tentang sosialisasi yang dilakukan oleh  prostátis gis.

“Tuh sosialisasi bagus banget karena mengajarkan kita untuk jangan mengkonsumsi narkoba juga mengajarkan apa dampak negatif bila mengkonsumsi tuh obat,” Ucap Vanya dengan antusias.

“Karena biasanya pada dasarnya kalau penggunanya anak remaja condong kearah bagaimana para orang tuanya mendidik dan meluangkan banyak waktu ke anak mereka. Sedangkan untuk orang dewasa bisa jadi karena faktor lingkungan dari pergaulan juga ditawari oleh teman tetapi ini para remaja terjadi juga sering, juga tidak dapat dihindari dari faktor individu itu sendiri,” Ucap Rafa yang hanya menghela nafas karena dirinya sering mendengar teman dokternya yang sering merawat orang yang kecanduan obat-obatan dan tidak kelupaan ada juga beberapa para remaja.

“Sebenarnya kasihan juga sih karena kalau tidak bekerja keras bagaimana menafkahi anaknya hingga pendidikan tertinggi sehingga sering gila kerja,” Celetuk Mika dengan raut wajah sedih karena ia sering melihat orang tuanya yang bekerja keras untuk menafkahinya.

Rafa berdecak kesal kemudian memberi wafer yang belum ia makan sama sekali kepada Mika, tetapi dengan cara melempar.

“Tsundere banget sih Raf, tuh si Rafa udah anggap lo bagian keluarganya,” Celetuk Vanya yang geram mana makanan dilempar-lempar kan sayang.

Rafa menatap tajam lalu menatap Mika sinis setelah itu hanya memakan makanan berat yang baru saja dibelinya.

“Tapi memang ada orang tua yang gila kerja untuk menafkahi anaknya tetapi karena kurangnya komunikasi membuat anaknya salah paham sehingga mengira kedua orang tuanya hanya gila harta,” Celetuk Vanya.

Mereka semua hanya terdiam karena tidak ada yang namanya keluarga sempurna pasti akan ada celah walaupun sedikit. Memang ada beberapa keluarga yang sempurna hanya ada beberapa keluarga yang mengalami harmonis tidaknya hanya pihak keluarga dan tuhan yang mengetahuinya.

“Tapi yang sangat berpengaruh itu bukan hanya yang mengkonsumsi tetapi juga pihak mengedarkan obat-obatan ini hingga sampai ke negara kita,” Celetuk Mika tiba-tiba ditengah keheningan.

“Nggak perlu jauh-jauh kali! Noh didepan kita juga ada,” Sagut Rafa dengan melirik orang yang di depannya

Vanya menatap tajam Rafa kemudian mengacungkan jari tengahnya. Kalau dipikir-pikir lagi Aska ini sangat baik padanya bahkan menganggapnya seperti adik kandungnya, lagi pula ia tidak bisa menuduh kalau tidak ada bukti jelas karena dirinya sedikit ragu tentang kebenaran ini semua. Ia tidak tahu harus percaya kepada siapa apakah kepada organisasinya atau abang barunya yang pasti dia harus percaya kepada diri sendiri saja untuk sekarang.

“Jangan bilang begitu kalau ada bukti! Kita ini berasal dari dunia hukum dan sekarang buktinya kurang kuat untuk menuduh seseorang!” Seru Vanya dengan melototkan matanya.

Rafa menatap Vanya kemudian menahan tawanya namun akhirnya tetap tidak dapat menahan tawa lagi. Padahal dirinya hanya mengetes Aska bagaimana reaksinya malah Vanya yang marah-marah.

“Aduh! Perut gue sakit!  Padahal gue tadi cuman mengetes abang lo noh! Lah malah lo yang sewot orang Kelvin aja santuy. Lagi pula gue juga bingung kenapa si bos beri tugas tanpa bukti kuat biasanya aja buktinya selalu kuat sekarang kok kurang cukup buktinya. Justru gue paham kenapa lo ulur waktu,” Ucap Rafa dengan cengengesan.

Vanya menatap Rafa ia sedikit bingung juga alasan apa dibalik tugas yang diberikan kepada mereka. Si bos hanya bilang kalau Aska ini merupakan anggota mafia dari Spanyol.

“Kekuasaan tidak selalu akan berjaya selamanya salah satu pihak pasti ada yang ingin menyingkirkan kekuasaan tersebut,” Celetuk Aska dengan wajah misterius.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang