Vanya dan keluarganya sekarang berada dimeja makan memang susah bagi mereka selalu makan bersama, karena baik Saka maupun Rina sangat sibuk dengan urusan kerjaan yang terus tidak bisa ditunda.
"Katanya di jalan merpati putih ada seseorang dibunuh dengan kejam. Matanya melotot dengan lidah yang menjulur seperti dibunuh dengan cara dicekik dengan tali. Tetapi setelah diselidiki oleh prostátis gis katanya itu bukan seperti luka bekas tali tetapi tanda-tandanya mirip orang yang mati dicekik," Ucap Saka dengan santainya makan disaat-saat sedang makan.
Semuanya seketika berhenti memakan apalagi Aska yang tiba-tiba tidak nafsu makan lagi setelah mendengar ucapan sang ayah.
"Heh! Kamu nggak boleh ngomong gitu mas saat makan coba liat tuh anak kamu Kelvin jadi nggak nafsu makan," Celetuk Rina dengan memukul pelan lengan Saka.
Vanya sontak menatap Aska dan benar saja Aska sudah tidak menyantap makanannya dengan gelagat yang sedikit tidak nyaman.
Vanya menatap heran mendengar kata yang seperti ini saja sudah tidak nyaman apalagi jadi seorang Mafia yang harus bersentuhan langsung dengan darah.
"Ah iya maafin ayah Vin, kamu denger tikus mati aja nggak tega dan nggak nafsu makan apalagi denger manusia yang dibunuh," Ucap Saka cengengesan.
Vanya tertegun lagi dan lagi Aska takut melihat makhluk hidup yang mati. Melihat hewan mati saja takut apalagi lihat mayat yang berceceran dengan darah bisa-bisa mungkin langsung pingsan ditempat.
Vanya semakin yakin kalau Aska itu bukan seorang penjahat apalagi seorang Mafia Spanyol. Setelah dirinya keluar dari dunia ini ia pastikan untuk bertanya kepada atasannya mungkin bosnya salah orang atau informasi juga tidak lupa untuk mencari bukti sebelum melancarkan tembakan.
"Aska pergi dulu, Vanya kalau mau makan santai aja," Celetuk Aska lalu pergi keluar rumah.
"Kamu sih mas! Sudah tahu anaknya nggak nafsu kalau denger begituan malah diceritain," Ucap Rina dengan menghela nafas gusar.
"Bang Aska sudah begitu mulai dari kecil ya yah?" Tanya Vanya yang cukup penasaran.
"Kelvin itu mulai dari kecil sudah takut yang lihat begituan apalagi kalau lihat darah wajahnya langsung pucat dan badannya gemetaran. Kalau kata pengurus panti asuhan Aska itu saksi mata dari kasus pembunuhan dan sampai sekarang dia tidak mau cerita tentang masalah itu bahkan sudah bolak-balik psikiater tetap juga nggak baik. Jadi ya dibiarin aja akhirnya tenang sendiri," Jelas Saka dengan menghela nafas panjang cukup berat kalau dirinya tidak bisa menjadi ayah juga saudara yang baik.
Vanya mengerutkan keningnya apa yang diceritakan oleh ayah Saka ini benar tetapi ini dunia paralel jadi tidak mungkin apa yang di dunia ini nyata beneran terjadi disini.
Vanya sebenarnya cukup penasaran ingin bertanya ke Aska secara langsung tetapi bagaimana kalau itu benar dan malah membuka luka lama abangnya. Ia hanya cukup menunggu Aska mau bercerita kepadanya dengan sendirinya.
"Vanya pergi."
***
Sekarang sudah waktunya belajar tetapi semua guru sedang mengadakan rapat untuk hukuman guru Asih juga sekaligus untuk merencanakan perayaan hari jadi sekolah.
Vanya hanya diam tidak tahu apa yang harus dilakukan paling tidak hanya tidur, baca novel kalau tidak buka handphone. Beginilah kalau orang yang sangat susah bergaul dan membuka topik kecuali sama keluarga dan sahabat dekat.
Seketika dirinya teringat kalau dia mau mencari Angel untuk mendekatinya sebagai teman dan sembari mencari tahu apa tujuan Angel walaupun dilihat seperti tidak ada maksud. Vanya begini juga tidak ingin sahabatnya sekaligus abang dari kecil yang menemaninya agar tidak salah paham satu sama lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kehidupan [END] ✓
FantasyAdhisti Lavanya Candramaya atau gadis yang biasa disebut Vanya merupakan sosok yang tidak bisa ditebak terkadang banyak bacot, lawak, bengis, kejam dan bisa dibilang seperti punya kepribadian ganda. Vanya bekerja sebagai penulis novel dengan pembun...