DUKE 20🌏

322 30 1
                                    

"Asu!!"

Brak!

Vanya terkejut dari lamunannya hingga jatuh sampai kebawah kasur. Vanya meringis kecil saat bokongnya menyapa lantai dengan aesthetic nya.

Padahal tadi dia sedang asyik-asyiknya menikmati suasana melamun di sore hari. Lalu dikejutkan oleh teriakkan cempreng yang terdengar sangat merdu saking merdunya dirinya sampai membuat dirinya terkejut.

Vanya menghela nafas gusar kemudian berjalan pelan menuruni anak tangga karena dirinya masih sedikit lemas bahkan dirinya sedari pagi belum mandi karena kedinginan dan kadang-kadang menjadi panas.

"Bangsat! Syukur tuh mbak Lo nggak bangun!" Seru Rafa sembari memukul lengan Leo.

Vanya mengerutkan keningnya lalu mendesah pelan sembari memegang kepalanya ternyata para jahanam yang mengganggu ketenangan surgawi nya.

"Nggak perlu gue sudah bangun," Celetuk Vanya dengan berjalan gemulai menuju dapur untuk minum.

Rafa mendorong kecil tubuh Leo sehingga menjadi lomba dorong mendorong antara kedua pembuat masalah itu.

"Van, badan Lo ada yang sakit kalau masih kita ke rumah sakit," Ucap Aska yang mulai dari kapan sudah berada dibelakang Vanya.

Vanya mengerutkan keningnya lalu terkekeh kecil. "Nggak perlu bang ini mungkin karena anemia Vanya kambuh lagi, juga nggak perlu ke rumah sakit lagipula ada Rafa yang bisa untuk cek Vanya."

Vanya berjalan ke ruang keluarga diiringi oleh Aska dengan wajah yang khawatir walaupun Vanya bilang baik-baik saja tapi mungkin saja untuk tidak membuat khawatir yang lain.

"Van, duduk sini gue periksa," Ucap Rafa dengan membawa kotak P3K juga yang berisi peralatan dokter yang lainnya.

Rafa mengambil Stetoskop dan memeriksa organ dalam agar mengetahui kondisi Vanya tidak lupa menyinari mata Vanya menggunakan senter yang dibawanya. Juga mengambil termometer diberikan ke Vanya agar memeriksa sendiri.

"Suhu tubuhnya sudah normal dan tidak ada komplikasi lainnya. Vanya harus banyak-banyak minum vitamin, banyakin konsumsi makanan yang banyak zat besi, banyakin makan buah dan selalu jaga pola makan yang sehat." Rafa menyusun alat-alat kedokterannya.

Vanya hanya mengangguk-angguk lalu Rafa kembali menatap Vanya.

"Impresif! Luar biasa!" Teriak Rafa sembari memukul keras meja.

Vanya menutup telinganya yang berdengung akibat teriakkan keras dari Rafa sedangkan yang lain hanya mengelus-elus dada bersyukurlah mereka masih sehat jika tidak akan mati mendadak jika kaya mendadak sih ada untungnya juga.

"Ada apa geblek?! Syukur gue nggak jantungan!!" Sewot Leo dengan memukul kepala belakang Rafa masa bodoh kalau Rafa itu lebih tua darinya.

"Aww! Itu coba kalian lihat ada tanda di kening Vanya!" Seru Rafa dengan cemberut mengelus kepala.

Mereka sontak menatap Vanya benar saja ada tanda di kening Vanya. Tanda itu ada sebuah matahari cerah dengan bulan sabit ditengahnya.

 Tanda itu ada sebuah matahari cerah dengan bulan sabit ditengahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang