Vanya masih bergulat diatas kasurnya tidak menyadari sinar matahari yang sudah menyingsing di pagi hari. Suara aktivitas manusia semakin kedengaran seiring matahari bertambah tinggi. Bahkan suara alarm tidak membuatnya terganggu tidurnya yang sangat nyenyak.
Tok! Tok! Tok!
Sebuah ketuk pintu tidak juga mengganggu tidurnya yang nyenyak malah membuatnya semakin berkelumun dengan selimut lembutnya itu. Tidak tahu saja kalau ada seseorang yang menunggunya kesal didepan pintu.
“Vanya! Bangun! Ini udah jam 08.30 pagi! Vanya jangan sampai gue tega tinggalin lo ya!”
Vanya menggeram kesal kemudian menutup kedua telinganya dengan bantal. Setelah lama berpikir Vanya membelalakkan matanya akhirnya ia bangkit dari kasurnya.
Brak!
Aska yang berada di muka pintu kamar tidur Vanya lantas mengelus-elus dadanya dan melangkah turun ke lantai bawah. Mungkin dia sedang berpikir bagaimana caranya agar lebih cepat sampai tepat waktu walaupun mereka pakai robot masih agak kurang meyakinkan.
Setelah beberapa menit menunggu Vanya selesai mandi akhirnya mereka segera meluncur tanpa sarapan pagi tetapi hanya Vanya kalau Aska sudah sedari tadi selesai sarapan.
Setelah sampai di sekolah benar saja mereka sudah telat ke sekolah selama tiga menit. Menurut vanya tiga menit itu juga termasuk sedikit tetapi namanya sekolah ini termasuk sekolah elite jadi mau yang namanya satu menit pun termasuk pelanggaran.
Tetapi menurut Vanya dari golongan bawah saja yang diperlakukan tidak pantas seperti ini. Memang yang menjaga keamanan itu robot tetapi yang memberi hukuman itu pihak sekolah dan kadang-kadang pihak sekolah takut memberi hukuman kepada murid dari golongan atas, bukannya apa-apa tetapi pernah kejadian gurunya menghukum sang murid malah gurunya yang kena teguran. Oleh sebab itu, tidak ada yang berani menghukum anak golongan atas sementara golongan bawah malah seperti di anak tirikan.
Seperti sekarang Aska dan Vanya dibiarkan masuk begitu saja tetapi dilihat dari wajah sang guru ingin sekali bersikap adil dengan para muridnya hanya bisa pasrah karena jabatan dan kekayaan lebih berkuasa daripada keadilan.
“Bapak yakin kami dibiarkan masuk begitu aja? Nggak ada surprise gitu?” Tanya Vanya dengan cengengesan.
“Maksud kamu apa nak? Ayo cepat masuk. Sudah sana belajar di kelas.”
“Bapak beri kami hukuman, saya nggak mau mentang-mentang saya anak orang kaya dijadikan spesial karena semua manusia derajatnya sama tidak ada yang namanya golongan atas maupun bawah,” Ucap Aska dengan wajah datar.
“Beri saja pak mereka hukuman, karena mereka anak yang sopan dan tahu yang namanya bertanggung jawab. Saya mengajar di kelas Vanya dia mengajarkan para teman nya apa itu hak dan kewajiban seorang siswa. Saya salut dengan kedua anak keluarga Dirgantara yang sangat sopan, bertanggung jawab dan dapat berpikir kritis.”
Vanya tersenyum canggung mereka tidak tahu saja kalau Vanya pembunuh bayaran yang dipimpin langsung dibawah pihak pemerintahan. Juga mereka tidak tahu saja kalau Aska merupakan seorang anggota mafia dari organisasi Spanyol.
Setelah berbincang-bincang mereka akhirnya dapat hukuman membersihkan taman sekolah dan mengambil sampah yang berada di taman hingga bel istirahat berbunyi.
Sebenarnya taman sekolah ini cukup bersih tetapi mereka dihukum agar jera dan memahami apa itu aturan, karena menurut para guru sekarang banyak anak-anak yang melanggar aturan sekolah seperti trend aturan adalah untuk dilanggar walaupun sebenarnya boleh saja menikmati masa remaja tetapi dengan cara mengikuti kegiatan yang positif contoh mengikuti ekstrakulikuler yang sudah diadakan di sekolah dan berteman dengan siapa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kehidupan [END] ✓
FantasíaAdhisti Lavanya Candramaya atau gadis yang biasa disebut Vanya merupakan sosok yang tidak bisa ditebak terkadang banyak bacot, lawak, bengis, kejam dan bisa dibilang seperti punya kepribadian ganda. Vanya bekerja sebagai penulis novel dengan pembun...