DUKE 18🌏

318 29 2
                                    

Leo dengan Mika masih berjaga di depan pintu rumah Angel mereka duduk di emperan tepi rumahnya.

Leo yang masih mengotak-ngatik dan menatap layar laptopnya untuk memantau mereka yang di dalam dari jarak jauh walaupun sebenarnya jarak mereka tidak terlalu jauh karena masih dalam satu angunan.

Mika menatap jalan untuk memantau kondisi lingkungan kalau-kalau ada kondisi yang darurat dan juga mengamankan cctv yang berada dijalan.

Ceklek

Pintu utama terbuka lebar dan menampilkan sosok Angel yang menggunakan pakaian hitam juga tidak lupa topeng setengah wajah berwarna emas. Angel juga memegang sebuah jubah hitam besar di tangannya yang juga ada sebuah lencana berlogo seekor burung Elang dengan seekor burung Gagak yang terletak atas kepala elang di belakangnya ada matahari.

 Angel juga memegang sebuah jubah hitam besar di tangannya yang juga ada sebuah lencana berlogo seekor burung Elang dengan seekor burung Gagak yang terletak atas kepala elang di belakangnya ada matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angel berjalan mendekati sosok yang berbaju hitam seperti Angel. Mereka berbincang cukup lama kemudian Angel ikut masuk kedalam mobil itu.

Mika tidak lupa memfoto sosok Angel, lencana yang dipakainya dan lelaki misterius yang bersama Angel. Juga tidak kelupaan memfoto mobilnya agar lebih mudah sepertinya Angel terlalu bisa dikelabui.

“Mereka sudah pergi kalian bisa keluar,” Ucap Leo sembari melirik mobil yang sudah menjauh pergi.

Kali ini Aska dengan Riel yang keluar terlebih dahulu baru yang lainnya dan Vanya yang keluar paling akhir. Masing-masing dari kelompok mereka sepertinya mendapatkan hasil yang bagus.

Tetapi yang paling aneh semenjak keluar sepertinya hanya Vanya seolah nyawanya entah hilang kemana, Vanya hanya melamun dengan tatapan menatap lurus kedepan.

“Van! jangan kerasukan sekarang anjir!” Seru Rafa dengan mengguncang-guncang tubuh Vanya.

Tubuh Vanya tergoncang-goncang dengan lemah seolah tidak memiliki tulang. Kepala Vanya sedikit pusing akibat goncangan dari Rafa akhirnya ditepis olehnya.

“Puji Tuhan! Akhirnya lo sadar juga! Tadi gue sudah mau minta ruqyah sama Malik dan Riel,” Seru Rafa dengan mengangkat tangannya berdoa sesuai keyakinannya.

“Gue nggak kerasukan anjir! Gue tadi pikirin sesuatu yang janggal!” Sewot Vanya dengan memutar bola matanya.

“Sudah ayo pergi dari sini sebelum ketahuan,” Ucap Aska masuk ke mobil yang sudah diparkirkan di tempat yang agak jauh agar tidak ketahuan bersama yang lain.

***

Vanya dan yang lainnya sekarang berada di meja makan bersama kedua orang tua Dirgantara. Mereka makan dengan tenang kecuali Rafa yang beradu argumen mereka di tempat makan yang seharusnya tenang.

"Heh! Ini punya gue!" Teriak Leo dengan mencoba merebut ayam goreng yang berada ditangan Rafa.

"Gue minta elah! Lo udah makan banyak!" Sewot Rafa dengan memicingkan matanya.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang