DUKE 22🌏

329 31 2
                                    

Brak!

"Asu!"

"Goblok!"

"Tai ayam!"

Umpatan kasar keluar saat mendengar suara dobrakan pintu --- pintu itu sudah hancur!

"Bangka! Pintu Kelvin hancur!" Teriak Aska dengan menatap tajam Saka.

Mereka sekali lagi terkejut mendengar suara teriakan Aska dan Aska bilang --- Bangka?

Saka terkejut dengan seruan Aska dia tadi memanggil dengan sebutan Abang? Apa telinganya sedang bermasalah?

Aska ini orang yang sangat penyabar tetapi bila sudah kesal malah orang yang terdekatnya yang akan disalahkan olehnya.

"Kamu bilang apa tadi? Kamu panggil Abang?" Tanya Saka dengan raut wajah was-was.

"Nggak! Nanti aja dibahasnya!" Seru Aska dengan menatap sinis.

Vanya terkejut diperlukan bundanya baru kali ini dia melihat Aska berteriak bahkan menatap sinis seseorang. Biasanya Aska selalu sabar juga bukan orang yang suka marah-marah.

"Sana! Dasar prajurit abal-abal!"

"Nggak kamu yang sana! Nggak sudi saya dekat-dekat kamu!"

Vanya dkk melihat ada tiga orang tua yang menatap senyuman tidak lupa dua orang pria yang beradu bacot dan dorong-dorongan seperti anak kecil.

"Ayah!" Seru Riel dengan Malik.

"Eyo! Malik kenapa kamu nggak bilang sama ayah kalau kalian cari tahu semua ini kan ayah bisa bantu kamu."

Malik hanya menatap datar ayahnya. "Ayah nggak bisa dipercaya."

"Hahaha! Enakkan Adit! Jleb nggak!"

Riel menatap nanar melihat kelakuan ayahnya yang kurang masuk akal. "Ayah kayak anak kecil."

"Buahaha! Jleb nggak Ravi!"

"Berhenti nggak! Dihadapan anak-anak nggak ada malu-malu!"

Sesosok wanita yang masih cantik menjewer telinga kedua pria itu sampai membuat kedua pria itu meringis kecil.

Saka menatap wanita yang menjewer kedua pria kemudian mendekati wanita itu.

"Apa kabar ma?" Tanya Saka dengan tersenyum kecil.

"Baik, ini... ? Ah! Saka bukan! Wah! Saka sudah besar ternyata."

"Iya ma, lagipula kita cuman beda dua tahun," Ucap Saka dengan terkekeh kecil.

"Mama?" Tanya Aska menatap Saka bingung.

"Oh ini mama kamu," Jawab Saka seadanya.

Sesosok wanita itu mendekat dan memeluk erat Aska. Aska tertegun ia tidak menyangka akan bertemu hal yang seperti ini karena selama ini dia tidak pernah bertemu ibu kandungnya di dunia nyata.

Aska hanya diam dengan tatapan kosong ia tidak tahu harus senang atau sedih.

"Nanti mama ceritain."

"Sekarang sudahi dulu acara kangennya dan kita akan mendiskusikan kebangkitan kekuatan mereka."

Sesosok wanita yang berjalan anggun juga penuh kewibawaan yang tenang melangkah ke depan kemudian mengeluarkan cahaya.

Dalam cahaya itu terdapat sebuah gambaran dua buah kerajaan juga dua suku dan beberapa jenis peri.

Alkisah, dulu hidup dua suku terkuat yang sangat menguasai seluruh suku lainnya. Para suku juga para peri hidup berdampingan dengan damai bahkan mereka selalu bergantung satu sama lain.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang