DUKE 1🌏

4.4K 230 7
                                    

Didalam sebuah ruangan yang penuh buku berserakan dimana-mana. Sosok gadis yang berada ditengah-tengah tumpukan buku itu menghela nafas panjangnya.

"Susah banget ya cari inspirasi, mau bikin genre fiksi remaja itu sudah pasaran. Bikin cerita horor tetapi lebih horor diri gue."

KRIIING...!

"Eh kaget gue bangsat!"

Gadis itu beranjak dan mengangkat teleponnya yang berdering ria dari tadi.

"Halo."

"Lava kita ada tugas baru nih buru-buru ye datangnya. Ditunggu diruang rapat markas."

"Yo tunggu bentar Beo. Gue siap-siap dulu."

Tut!

"Lah langsung di Tut, nggak ada salah perpisahan gitu? Sudahlah siap-siap dulu."

Gadis itu melangkahkan kakinya kesebuah patung lalu memutar kepala patung itu.

Terpampang lah sebuah ruangan yang berisi berbagai macam senjata dan alat pelindung.

Gadis itu mulai mengganti pakaian menjadi pakaian berwarna hitam tidak lupa memakai baju Anti peluru.

Gadis itu tidak lupa juga menggunakan topeng rubah diwajahnya.

Adhisti Lavanya Candramaya atau gadis yang biasa disebut Vanya. Dia merupakan penulis novel dengan pembunuh bayaran sebagai kerja sampingannya.

Vanya bergelut di bidang ini mulai dari ia umur enam belas tahun di tahun pertamanya SMA.

Awalnya dirinya sedikit ragu-ragu membunuh orang tetapi lama-kelamaan mulai terbiasa karena yang dibunuhnya itu hanya para penjahat yang merugikan negara.

"Double-Action Revolver atau Desert Eagle." Vanya melihat-lihat pistol yang berada ditangannya.

"Bawa keduanya aja deh," Ucap Vanya lalu memasukkannya kedalam tasnya.

Vanya juga tidak lupa membawa tas gitar yang ternyata berisi sebuah senjata SPR-4 berkaliber peluru 8,6 mm.

Setelah semua sudah siap Vanya segera bergegas menuju garasi dan menggunakan mobil Lamborghini Aventador warna merah yang baru saja keluar.

***

Di markas Artemis Vanya melangkah dengan angkuh seolah berkata 'saya memiliki kuasa disini' dan anggota lain membungkukkan badannya sebagai tanda hormat kepada para petinggi Artemis.

"Lava lama banget Lo njing!"

"Ya sabar dong Raf! Jakarta itu macet!" Seru Vanya yang ngeles.

"Mana ada! Udah malam gini juga. Btw jangan panggil nama asli gue disini."

"Rafael Bimo Saputra."

"Heh! Udah dibilang jangan sebut nama asli gue ini tambah lagi jadi nama panjang gue!" Seru Rafa yang sudah geram.

Vanya terkekeh kecil ternyata temannya ini masih takut nama panjangnya disebut. Bukannya apa-apa tetapi kalau ada mata-mata dan identitas diri akan mudah ditemukan.

Btw tentang Rafa itu profesi aslinya sebagai dokter bedah di rumah sakit terkenal padahal gajinya sudah besar, katanya sih kerja sampingannya hanya untuk bersenang-senang sembari membela kebenaran.

Tentang organisasi mereka itu hanya menerima membunuh penjahat dan mereka sudah bekerjasama dengan polisi juga mendapat sertifikat izin mendirikan organisasi mereka.

Pokoknya selama mereka tidak merugikan negara mereka akan bebas beraktivitas.

"Dimana bos? Katanya ada tugas," tanya Vanya dengan menaikkan alisnya.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang