DUKE 24🌏

292 25 1
                                    

"Vanya disini dulu ya Abang mau ke Leo dulu," Ucap Aska tetapi dicegat oleh Rafa

"Nggak perlu gue aja! Kalian semua memang nggak peka! Gue emang anggap Vanya seperti adik kandung gue tapi nggak pernah manjain dia seperti kalian. Asal Lo pada tahu aja gue sering lihat Leo melamun menatap kalian, mungkin ini puncak kemarahannya. Tante disini juga bersalah Rafa sering lihat Leo ingin meluk Tante, tetapi Tante malah menolak itu semua! Bagaimana dia nggak sedih! Kalian semua sudah salah karena manjain Vanya! Vanya nggak salah tapi kalian semua! Walaupun Vanya memang seorang putri dia tidak boleh manja!" Teriak Rafa lalu bergegas pergi.

Vanya menundukkan kepalanya memang benar seorang putri tidak boleh manja karena mereka harus melindungi anggota sukunya. Demi apapun dia tidak pernah ingin dimanja dan Rafa selalu mengajarkannya untuk mandiri tidak bergantung kepada orang lain.

"Kalian nggak perlu terlalu manjain gue karena gue selalu dibimbing Rafa untuk mandiri. Kita boleh aja sayang dan yang lain tetapi harus adil bukan karena gue anak cewek atau Leo anak cowok semua sama," Ucap Vanya dengan menatap pintu yang terbuka.

***

Disebuah ruangan berwarna putih sosok yang dipanggil Leo itu sedang melamun dengan tatapan kosong.

Leo melamun sekaligus menahan emosi sebenarnya ia tidak pernah menunjukkan ekspresi wajahnya yang seperti ini, ia tidak ingin dikasihani oleh orang lain.

Tapi ini dia sudah sangat kesal karena disaat dia ingin bermanja-manja dengan bundanya malah menolak dengan alasan Vanya lebih bersedih dan macam-macam lainnya.

Awalnya saat Aska mulai memprioritaskan Vanya dia hanya diam karena lagipula mereka juga kakak-adik. Lalu Malik juga Riel mulai sering curhat kepada Leo tentang Vanya dia hanya tersenyum walaupun agak sedikit kecewa karena mereka mulai lupa dengan dirinya tetapi itu tidak apa-apa menurutnya.

Lalu sekarang puncaknya dikala bundanya sendiri lebih menyayangi saudaranya yang lain. Dirinya memang anak cowok tetapi apakah tidak boleh memeluk orang tua? Apakah tidak boleh bercerita dan tertawa bersama?

Dirinya sangat ingin memiliki kenangan yang indah bersama orang tuanya karena dia tidak memiliki kenangan masa kecilnya. Dia tidak pernah ingat memori masa kecilnya walaupun sudah beberapa kali mencoba mengingat malah itu membuat kepalanya tambah sakit.

Disaat anak-anak lain mengambil rapot didampingi oleh orangtuanya dia hanya bisa diam menatap iri kepada murid yang lain. Selama ini dia menunggu kabar bahwa ada orang tua yang mencarinya tetapi tidak ada bahkan sampai di umurnya yang ke dua puluh tiga tahun.

Akhirnya dia hanya bisa mendapatkan kasih sayang saudaranya walaupun bukan saudara kandung setidaknya mereka menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri.

Dia dan saudaranya memang memiliki masa lalu yang suram dan berjuang bersama bahkan dirinya juga rela belajar mati-matian agar bisa membantu para saudaranya. Ibaratkan dia seorang air yang selalu mendukung bunga untuk tumbuh tiba-tiba seekor kupu-kupu datang mengambil sari manis juga membuat bunga itu berkembang sehingga air tidak lagi diperlukan.

Tok! Tok! Tok!

"Leo, ini gue."

Rafa? Iya dia mendengar suara Rafa kali ini dirinya sedikit kecewa karena bukan para saudaranya yang menghampirinya. Mungkin kali ini mereka benar-benar melupakannya.

Ceklek

Pintu terbuka sebenarnya pintu itu dari awal memang terbuka sebenarnya ia hanya terlalu malas untuk mengunci pintu kamarnya.

Ceklek! Klik!

Kali ini pintu benar-benar dikunci oleh Rafa. Rafa hanya ingin pembicaraannya diganggu sama yang lain.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang