Vanya dkk dan Aska dkk menuju kantin yang penuh dengan para murid-murid tidak lupa juga dengan para guru.
Para murid mulai menatap Vanya dkk dan Aska dkk dengan tatapan heran, mungkin karena Vanya dkk yang pergi bersama Aska dkk.
Mereka mengambil tempat duduk di dekat tempat jual makanan agar lebih mudah memesan makanan dan mengambil pesanan.
"Lo tunggu disini gue akan pesanin makanan Lo semua," Ucap Aska lalu beranjak ke penjual makanan.
Vanya dkk menatap kepergian Aska berbeda dengan sahabat Aska yang diam dengan tenang.
"Baik juga tuh orang," Celetuk Rafa.
"Siapa yang bilang bang Kelvin jahat? Asal Lo tahu dia yang ngerawat kami bertiga. Kalian itu babu pemerintah nggak tahu saja kalian di...," Ucap Leo yang terpotong oleh ucapan Riel.
"Yang kalian kira benar belum tentu benar dan yang kalian kira salah belum tentu salah," Celetuk Riel lalu menatap tajam Leo.
Leo yang mendapat tatapan tajam dari Riel kemudian cengengesan, salah bicara lagi dirinya.
"Mana ada penjahat yang ngaku yang ada penjara akan penuh," Ucap Rafa dengan menatap sinis Riel dan Malik.
Malik terkekeh geli kemudian menatap Rafa dengan santai.
"Gelar aja yang Sp.B tapi otak nggak bisa dipakai," Celetuk Malik yang kelewatan santainya membuat Rafa semakin geram.
"Tapi gue bingung didunia asli gue itu pintar kok disini goblok ya, seharusnya sekarang gue kuliah gelar Sp.B," Ucap Rafa dengan mengerutkan keningnya.
"Kalah pintar sama bang Kelvin aja bangga, bang Kelvin aja yang pintar nggak sombong tuh," Celetuk Leo.
Rafa sudah mau mencekik leher Leo tetapi tiba-tiba sebuah bunyi kaca dilempar menghentikan kegiatannya.
Mereka menatap seorang gadis yang sudah dikerumuni beberapa gadis yang mengenakan seragam berwarna merah.
Vanya berdiri diiringi oleh Rafa dan Mika yang mengikuti Vanya, karena mereka merupakan dari organisasi Artemis mereka harus membela kebenaran.
Sementara Leo, Riel dan Malik hanya diam mereka tidak ingin ikut campur karena itu bukan urusan mereka dan lagipula ini bukan dunia mereka.
***
Saat para beberapa gadis itu mau menampar wajah gadis yang sudah tersungkur di lantai Vanya menahan dengan tangannya.
Para beberapa gadis itu sepertinya sudah kesal karena kesenangannya dihentikan.
"Sel, hajar aja tuh cewek!"
"Hajar Sel!"
Tiba-tiba datang beberapa buah robot yang menuju Vanya dan mengalirkan aliran listrik ke tubuh Vanya yang membuat Vanya terkaget.
"Gimana enak kena setrum robot gue?"
Vanya meringis kecil sedikit melepuh juga tangannya yang bekas kena setrum robot itu. Vanya kemudian menatap dingin orang yang didepannya auranya berubah menjadi gelap dan dingin.
Orang-orang yang heboh tadi seketika diam ketakutan melihat aura kematian gadis itu tetapi tidak dengan gadis yang dipanggil Sel.
"Ouw! Lo panggil aura mematikan Lo tapi gue juga bisa."
Seketika gadis yang dipanggil Sel itu mengeluarkan aura kelicikan, ibaratnya Vanya mengeluarkan aura kemarahan seekor kucing hutan sedangkan Sel mengeluarkan aura kelicikan seekor rubah.
Tiba-tiba dari arah belakang muncul aura panas dan mematikan kadangkala mengeluarkan aura gelap juga.
"Sudah selesai?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kehidupan [END] ✓
FantasíaAdhisti Lavanya Candramaya atau gadis yang biasa disebut Vanya merupakan sosok yang tidak bisa ditebak terkadang banyak bacot, lawak, bengis, kejam dan bisa dibilang seperti punya kepribadian ganda. Vanya bekerja sebagai penulis novel dengan pembun...