DUKE 11🌏

406 36 0
                                    

Vanya melangkah menelusuri koridor sekolah yang penuh tanaman hijau memang dunia ini sudah bergaya teknologi maju tetapi seperti yang diketahui bahwa tanaman dapat melepaskan oksigen serta mencegah banjir.

Kalau menurut Vanya teknologi boleh maju tetapi lingkungan dan budaya harus tetap dilestarikan. Dulu ia saat disekolah sering mengikuti ekstrakurikuler tari dan festival budaya sekolah.

Kalau ditanya dimana abangnya Aska, dia sekolah lebih awal karena Aska sekarang lagi giat-giatnya latihan basket untuk lomba katanya sih untuk perayaan hari jadi sekolah yang ke 81.

Vanya jadi penasaran bagaimana awal mulanya sekolah ini tercipta tidak mungkin kan tiba-tiba sekolah ini langsung jadi. Memangnya ini seperti legenda 1000 candi Prambanan yang harus minta bantuan jin.

Vanya jadi penasaran didunia ini ada tidaknya sebuah kerajaan. Kalau di Indonesia ada banyak kerajaan seperti kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan tertua di Indonesia, Kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Gajah Mada sebagai Patih dan banyak lagi kerajaan lainnya.

Setidaknya harus ada sejarah kekuasaan mereka paling tidak, kalau tidak ada sama sekali itu namanya terlalu.

Vanya sekarang sudah sampai di muka kelasnya dan benar saja sudah ada guru penjilat didepan kelasnya. Kali ini sepertinya Vanya harus meminta bantuan abangnya, tetapi ia sedikit bimbang juga karena sekarang Aska sedang diwaktu sibuk-sibuknya latihan basket untuk lomba.

"Nak Vanya baik? Kamu mau nggak ibu traktir makan?"

Vanya mendengus kesal kemudian ia sedikit terpikir ide jenius.

"Oh iya Bu! Tunggu Vanya taruh tas dulu," Ucap Vanya sumringah.

Vanya dan guru penjilat itu menuju kantin juga tidak banyak juga para murid lain yang mencibirnya.

"Liat iyuh! Tuh anak caper!"

"Itu ibu Asih kan? Yang katanya guru penjilat."

"Cih! Disogok berapa tuh guru. Pasti nanti tuh anak nilainya tinggi nanti!"

"Ya jelas! Dapat bocoran soal gitu! Gimana nggak tinggi nilainya!"

Vanya tidak menghiraukan perkataan murid lain yang lebih penting perutnya terisi.

"Kamu mau makan apa? Biar ibu pesanin."

"Saya mau nasi goreng extra pedas Bu," Ucap Vanya dengan senyum palsu.

Tetapi jangan salah dirinya memang menyukai makanan pedas kalau tidak pedas rasanya kurang enak kayak ada yang kurang gitu.

"Kamu yakin extra pedas? Emangnya kamu kuat makan begituan?"

Vanya tersenyum palsu tetapi dalam hati beda, guru ini terlalu meremehkannya dirinya kira ia tidak mampu makan pedas.

Jangan salah dirinya sangat mampu makan pedas bahkan dirinya dijuluki sebagai Ratu cabe rawit karena ia sering makan dengan cabe rawit sepuluh biji bahkan lebih dia juga suka mengemil cabe.

"Kuat Bu, ibu suka makan pedes juga? Wah kebetulan dong ibu sama Vanya suka makan pedes. Ayo Bu kita makan sambil tanding," Ucap Vanya dengan senyum manis tetapi dalam hati sudah gembira dapat mengerjai guru penjilat itu.

"Tapi saya..."

"Kenapa Bu?" Tanya Vanya dengan berakting wajah bingung.

"Ah baiklah! Ibu pesankan makanannya dulu."

Vanya hanya mengangguk setelah sang guru sudah pergi jauh dia terkekeh kecil kemudian ekspresi wajahnya menjadi dingin.

Saat guru itu sudah datang Vanya segera merubah ekspresinya menjadi sesosok anak perempuan yang polos.

Dua Kehidupan [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang