"Arghhh!" Teriak Vanya.
Vanya duduk tegak dengan nafas yang terengah-engah ia seperti mendapatkan mimpi yang sangat buruk dan lebih buruknya mimpi itu seperti nyata.
Vanya menghela nafas dan terdiam cukup lama untuk memproses otaknya yang agak tidak berproses dengan seharusnya.
Vanya menatap ruangan biru bukannya ini merupakan kamarnya, ini tidak salah lagi. Bukannya tadi Vanya berada di perpustakaan bersama teman-temannya, kenapa tiba-tiba dirinya berada dikamar.
Vanya mencoba mengingat dan ingatannya yang terakhir dirinya membuka buku yang katanya kosong lalu kepalanya pusing dan tatapannya menghitam.
Apa ada yang salah? Kenapa dirinya dimimpikan hal yang seperti itu? Bahkan dirinya selalu mendapat teror aneh.
Ceklek
"Vanya sudah bangun, ini bunda buatin bubur," Ucap Rina dengan membawa sebuah mangkok.
Vanya memicingkan matanya menatap bundanya sepertinya dia baru saja melihat wajah yang mirip bundanya tetapi ada dimana.
Vanya terbelalak menatap bundanya ternyata Rina mirip seseorang yang dipanggil Dayang Arun didalam mimpi anehnya.
"Kamu kenapa menatap wajah bunda seperti itu? Di wajah bunda ada yang aneh?" Tanya Rina dengan tersenyum.
"Ehm... Nggak ada kepala Vanya cuman sedikit pusing," Ucap Vanya seadanya.
Mereka kembali diam dengan Vanya yang menyantap makanannya dengan paksa dan Rina menatap putrinya.
"Kamu cantik seperti permaisuri," Gumam Rina dengan menatap Vanya.
"Tadi bunda bilang apa?" Tanya Vanya sepertinya dirinya mendengar bundanya bicara tetapi kurang jelas.
"Nggak ada apa-apa, kamu lanjut makan," Ucap Rina dengan tersenyum kecil.
Vanya hanya mengangguk. "Teman Vanya sama Aska dan temannya pada kemana Bun?"
"Mereka pergi sekolah hari ini masih hari Jum'at," Jawab Rina.
Vanya hanya mengangguk seharusnya mereka akan pulang lebih awal kan. Tetapi tidak tahu kalau didunia ini kalau di negara mereka karena mayoritas Islam laki-lakinya diharuskan salat Jumat mungkin sebab itu pulang lebih awal.
"Ehm... Vanya apa nggak papa kalau kamu tinggal sendirian di rumah? Bunda sama ayah mau pergi kerja," Ucap Rina dengan raut wajah khawatir.
Vanya hanya mengangguk lagipula dirinya sudah terbiasa hidup sendiri dan menghasilkan uang sendiri. Bahkan ia kalau sedang sakit sering mengobati sendiri ia tidak ingin merepotkan orang lain.
Vanya hanya bergeming sembari menunggu kedua orang tuanya benar-benar pergi lalu berjalan menuju kamar Aska mungkin saja penemuan mereka ada di kamarnya.
Ia ingin memasuki kamar Aska ternyata kamarnya tidak dikunci sama sekali dan didinding yang ada tulisan di kertas --- penemuan kita ada di meja belajar.
Vanya hanya terkekeh geli sepertinya abangnya mengetahui keinginannya buktinya sudah disiapkan di atas meja.
Di atas meja terdapat tumpukan buku yang mereka bahas juga termasuk foto yang sudah di print sepertinya mereka benar-benar serius membahasnya malam tadi.
Vanya kembali mengambil buku tua yang membuatnya telak tidak sadar semalaman. Ia kembali penasaran kenapa sebuah buku bisa membuatnya kesakitan itu terlalu aneh untuk logika.
Mungkin karena dirinya kekurangan darah sehingga nutrisi dan oksigen untuk otak berkurang jadi membuatnya pingsan tiba-tiba. Penyakit anemia nya mungkin saja kambuh kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kehidupan [END] ✓
FantasyAdhisti Lavanya Candramaya atau gadis yang biasa disebut Vanya merupakan sosok yang tidak bisa ditebak terkadang banyak bacot, lawak, bengis, kejam dan bisa dibilang seperti punya kepribadian ganda. Vanya bekerja sebagai penulis novel dengan pembun...