Chapter 16

252 12 2
                                    

Kenfaro memasuki rumahnya, ia berjalan pelan menuju kearah kamarnya. Langkahnya terhenti kala berpapasan dengan papanya. Beberapa detik saling beradu tatapan akhirnya Kenfaro kembali melangkah menuju kamarnya.

"Kok udah pulang?" tanya Kafgan menatap Areta yang baru saja masuk.

"Tadi pingsan, makanya langsung aku jemput," Areta berjalan menuju dapur ia mengambil baskom kecil dan handuk kecil untuk mengompres dahi Kenfaro.

"Tolong beliin bubur dong, aku mau buat teh hangat dulu," pinta Areta.

"Belinya dimana?"

"Di depan ada kok, pinggir jalan itu loh yang rame penjual lainnya juga," ucap Areta, tangannya sibuk mengambil gula dan juga teh.

"Kalo tutup?"

"Ya cariin dong ditempat lain, kamu lagi nggak sibukan? Kan lagi libur."

"Yaudah aku beli dulu," pamit Kafgan mengambil kunci motor setelah itu pergi untuk membeli bubur.

"Ganti baju dulu yuk, terus diminum dulu ini tehnya," Kenfaro duduk sebentar setelah itu berdiri mengambil bajunya yang ada dilemari, setelah itu ia berjalan pelan menuju ke kamar mandi.

"Buburnya bentar lagi ya, lagi dibeliin sama papa," ucap Areta menatap Kenfaro yang sudah berjalan pelan menuju kamar mandi. Areta mulai merapikan tempat tidur Kenfaro, meletakan sepatu Kenfaro di-rak sepatu, meletakan tas sekolah di meja belajar putranya.

"Gimana, masih pusing?" Areta mulai menyelimuti kaki Kenfaro, kemudian mengambil teh hangat tadi memberikannya pada Kenfaro.

"Tiduran aja nggak apa-apa yang penting jangan tidur dulu ya," Areta menyalakan televisi supaya Kenfaro tidak tidur. Areta mulai mengompres dahi Kenfaro menggunakan handuk kecil tadi.

"Kamu kemarin pulang jam berapa?" tanya Areta pelan.

"Jam sebelas lebih dikit," ucap Kenfaro kemudian kembali menatap televisi sembari sesekali memejamkan matanya pelan.

"Pas hujan?"

"Udah agak berhenti," Areta menghela napas pelan.

"Besok lagi kalo hujannya belum reda, neduh dulu. Nih kamu jadi sakitkan gara-gara hujan-hujanan, jadi nggak bisa latihan buat turnamenkan," ucap Areta santai matanya melirik Kenfaro sekilas setelah itu kembali menonton televisi.

"Tapi Ken udah bilang papa harus pulang jam sepuluh. Itu aja kemarin telat," ucap Kenfaro ketika mengingat perkataan papanya saat ia berada di ruang tamu kemarin.

"Udah ikutin apa kata mama, kalo dimarahin papa bilang sama mama, ingatkan Ken?" tanya Areta tersenyum sambil mengusap rambut Kenfaro.

"Ibu," ucap Areta tersenyum seraya menaik turunkan alisnya.

"Ibu," balas Kenfaro pelan ketika Areta yang terus menunggu ucapannya.

"Dan Ibu, baru Ayah. Nahkan, udah pokoknya mama selalu benar!" ucap Areta membuat Kenfaro menghela napas pelan.

"Iya ma, iya," ucap Kenfaro pelan.

"Apaan kalo salah ya salahlah," ucap Kafgan membawa kantong plastik berisikan bubur serta piring dan sendok.

"Loh tapikan tetap dimana-mana ibu yang lebih utama. Jadi ya tetap harus dengerin apa kata ibulah," Kenfaro kembali memejamkan mata kala orang tuanya akan memulai perdebatan lagi.

"Iya emang lebih utama, tapi ya enggak selalu benar juga," Kafgan duduk disebelah Areta.

"Sekarang lihat sendiri, gara-gara kamu suruh pulang jam sepuluh Kenfaro jadi sakit ginikan."

Different [Alea & Kenfaro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang