Alea harap-harap cemas saat ini. Ia lupa tadi, seharusnya ia tidak membolos saja dan lebih memilih untuk tidur di kelas meskipun akan mendapatkan omelan dari Bu Dian. Namun, sekarang ia malah tertangkap basah oleh Bu Dian sendiri. Saat Bu Dian pergi ke perpustakaan untuk mengambil buku sebagai bahan pengajaran tadi, Bu Dian malah melihat Alea yang sedang tertidur di perpustakaan.
Tentu saja ia hapal dengan Alea, muridnya ini memang sudah sering membolos di jam pelajarannya. Namun, baru kali ini ia melihat membolos di perpustakaan seperti ini. Alhasil Bu Dian pun langsung menjewer Alea dan melaporkan Alea langsung pada Arga selaku kepala sekolah.
"Ayo cepat, orang tuamu juga sudah menunggu," suruh Bu Dian sambil menyeret Alea secara paksa. Alea yang mendengar ucapan Bu Dian tiba-tiba teringat jika Kafgan hari ini datang ke sekolahnya.
Semoga aja Papa udah balik, terus yang ada disini cuma Mama doang
Alea jadi cemas sendiri, padahal ia biasanya akan tenang-tenang saja jika ketahuan membolos. Karena ia tau, Mamanya itu akan datang dan memberinya sedikit nasihat. Setelah itu Alea akan bertobat, tetapi hanya sampai seminggu. Di minggu kemudiannya, ia akan mulai membolos lagi.
Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan untuk masuk, Alea dan Bu Dian pun masuk ke dalam ruangan Arga. Baru saja sampai di depan Arga, Alea dapat melihat tatapan kecewa dari Papanya. Dan juga tatapan cemas dari Mamanya. Tentunya sebelum Alea sampai Areta dan Arga harus menjawab pertanyaan dari Kafgan.
"Eh ternyata Bapak juga ikut, biasanya hanya Ibu saja yang hadir," ucap Bu Dian ramah. Kemudian mereka pun membahas tentang apa yang Alea perbuatan hari ini.
"Sekarang bisa Ibu ceritakan, bagaimana Alea selama di sekolah ini?" tanya Kafgan langsung. Tatapan yang tajam itu mengarah langsung kearah Alea.
Bu Dian pun memberitahu jika Kafgan ingin mengetahui lebih lanjut bisa langsung ke ruangan BK. Disana tentunya terdapat banyak informasi mengenai apa saja kenakalan yang selama ini dilakukan oleh Alea. Kafgan pun berdiri mengikuti arahan dari Bu Dian, ia bahkan sampai menyuruh Areta untuk tetap diam di ruangan Arga saja. Sedangkan Alea sendiri, sudah diizinkan untuk kembali ke kelasnya.
"Ma... Gimana ini?" tanya Alea ketakutan. Daritadi ia menahan diri agar tidak menangis. Sedangkan Areta yang ditanya hanya bisa menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Frustasi, itu yang Areta rasakan saat ini.
"Kamu lanjut belajar dulu," ucap Areta kemudian.
Terhitung sudah sejam lebih Kafgan berada di ruang BK. Seolah tertinggal info mengenai Alea, Kafgan terus menerus bertanya. Setelah dirasa cukup, Kafgan pun berpamitan.
Bu Dian pun berjalan keluar ruangan mengikuti Kafgan. Saat tepat berada di luar ruang BK, Kafgan pun meminta tolong pada Bu Dian.
"Bu, mohon maaf sebelumnya, apakah saya bisa meminta nomor Ibu?" tanya Kafgan sopan. "Buat apa ya Pak?" tanya Bu Dian sedikit kebingungan.
"Bisa saya minta tolong ke Ibu?"
"Minta tolong apa Pak?"
"Tolong saat Alea mulai bertingkah seperti hari ini, mulai dari sekarang Bu Dian melaporkannya pada saya saja. Bisa, kan Bu?"
"Oh, jika terkait hal seperti itu bisa Pak. Mulai hari ini saya akan laporan ke Bapak Kafgan saja." Kafgan pun bernapas lega mendengar persetujuan dari Bu Dian.
.....
Areta dengan hati-hati berjalan mengikuti Kafgan yang menuju ke parkiran mobil. Sepanjang kembalinya Kafgan ke ruangan Arga, Kafgan hanya diam tanpa berucap apapun. Ia terus menerus menelpon pegawai kantornya, membicarakan pekerjaannya. Ia bahkan hanya berbicara dengan Arga saat hendak berpamitan saja. Kafgan sedari dulu memang seperti itu, ketika marah ia hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan orang lain, tetapi lebih parahnya lagi ketika ia sama sekali tidak mau menyapa orang yang sudah membuatnya marah.
"Duduk dibelakang," suruh Kafgan dengan nada yang menusuk. Walaupun takut Areta tetaplah Areta, ia pun melayangkan kalimat protesnya, "Ya nggak bisa dong, aku tetap di depan," ucap Areta.
"Bisa nurut nggak? Atau pulang duluan sana," usir Kafgan tanpa memikirkan perasaan Areta.
"Kamu usir aku? Kamu pikir keren kamu begitu?" tanya Areta tak percaya, "Keterlaluan banget kamu."
"Keterlaluan?" tanya Kafgan terkekeh sinis, "Keterlaluan mana sama kamu yang udah dari lama bohong ke suami? Kamu anggap aku ada nggak selama ini?" tanya Kafgan tajam.
"Ya aku minta maaf," ucap Areta dengan menunduk. Dirinya tak akan bisa melawan sekarang, "Kamu maukan dengerin penjelasan aku?" tanya Areta menatap Kafgan penuh harap. Kafgan walaupun menyebalkan dan galak seperti itu, ia jarang sekali menunjukkan kemarahannya pada Areta. Kafgan malah lebih sering memarahi Kenfaro ataupun Alea.
"Nggak perlu," singkat Kafgan langsung masuk ke dalam mobil. Ia terlalu muak dan kecewa pada Areta. Areta mau tak mau ikut masuk ke dalam mobil, tentunya ia duduk di belakang.
Alea kembali dibuat ketakutan, ia masih saja terus menerus mengingat tatapan Kafgan yang dilayangkan padanya tadi. Dengan gerakan pelan ia mulai membuka pintu belakang mobil, namun suara Kafgan membuatnya menghentikan gerakan itu.
"Duduk di depan." Alea pun langsung mengikuti kemauan Papanya. Ia hanya bisa menunduk ketika berada di dalam mobil. Kediaman melanda, Kafgan sama sekali tidak berucap, namun pandangannya yang tajam itu sesekali tertuju pada Alea. Lirikan Papanya yang begitu dingin dan tajam membuat Alea tak bisa berkutik.
"Loh nggak jadi makan siang di luar?" tanya Areta ketika daritadi Kafgan terus melajukan mobilnya. Bahkan saat ini mereka sudah dekat dengan daerah komplek rumah. "Ngapain? Nggak ada yang perlu dirayain," ucap Kafgan membuat Areta diam. Sepertinya mood Kafgan benar-benar sedang down, "Hari buruk malah iya, semuanya kebongkar, kan?" sindir Kafgan. Nadanya dalam berucap memang santai tetapi sangat menusuk jika didengar.
Mereka pun telah sampai, namun tak ada yang berniat untuk turun dari mobil tersebut. "Ngapain? Turun sana," suruh Kafgan seolah ia sangat malas berada di ruangan yang sama dengan Areta dan Alea.
Kenfaro sampai di rumah dengan menggunakan motor yang ia kendarai. Namun saat hendak masuk ke rumah untuk sekedar makan siang, ia dibuat heran dengan mesin mobil Kafgan yang masih menyala. Kenfaro pun mengetuk kaca mobil Kafgan dengan pelan, "Paa... Kenfaro makan bentar ya," ucap Kenfaro.
"Kamu mau ikut bimbel nggak? Kalo mau, yaudah ayo sekarang!" ajak Kafgan dengan nada kesal. Kenfaro pun dibuat terkejut, ia bertanya-tanya apa kesalahan yang ia perbuat sampai-sampai Papanya itu kesal padanya. "Buruan, malah bengong!"
"Iyaa Pa, iyaa. Ini udah mau naik kok," ucap Kenfaro langsung duduk di samping Papanya. Bahkan tanpa sempat masuk ke dalam rumah untuk sekedar membuka sepatunya saja tidak bisa.
.....
Segini dulu ya, feedback dari kalian sangat ditunggu nih 😍😍
9 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [Alea & Kenfaro]
Ficção AdolescenteSEQUEL DARI KAFGANARETA Mencari sebuah kata sempurna tak akan pernah ada tapi Alea berharap setidaknya keluarga yang ia miliki mendekati kata sempurna. Sumber cover: piterest [High Rank] #2 - bestseller (06-08-2024) [PLEASE DON'T COPY MY STORY]