Chapter 36

49 3 3
                                    

Disinilah Alea di dalam mobil hanya berdua bersama Kafgan. Suasana yang sangat hening menyelimuti mereka. Sampai pada akhirnya Alea menangis. Menangis dalam diam, ia sangat takut sekarang.

"Pa, Alea minta maaf," ucapnya pelan sambil menunduk.

"Ya, asal kamu janji nggak akan ulangi lagi apa yang kamu perbuat."

"Iya Pa, maaf."

"Udah nggak usah nangis!" tegas Kafgan tanpa melirik Alea, pandangannya tetap fokus ke depan menatap jalan. "Papa bukan mama yang akan kasian dan nggak tega ngeliat kamu nangis kayak gini."

Bukannya diam Alea justru tambah terisak. Sungguh saat ini Alea sangat membutuhkan Areta. Jika saja Areta disini Alea akan langsung memeluk mamanya itu. Ucapan Kafgan benar-benar menusuk, beginilah papanya kalau sedang marah.

Kafgan menghela napas pelan melirik putrinya yang sedang menyeka air matanya terus menerus. Seperti anak kecil yang dimarahi orang tuanya agar diam dan berhenti menangis.

Akhirnya sampai juga Alea di sekolahnya dengan tangan yang sedikit gemetar ia menyalimi Kafgan dan berpamitan. Namun saat Alea baru saja melangkah ucapan Kafgan kembali membuatnya dilanda ketakutan, "Sebelum masuk kelas, temui Papi Arga. Tanya ke papi apa hukuman yang akan kamu dapatin dari perbuatan kamu itu." Alea menoleh dan mengangguk pelan kearah Kafgan. Tamat, tamat sudah riwayatnya.

.....

Alea berjalan dengan lesu kearah kantin. Dirinya masih mengingat apa yang diucapkan oleh Arga tadi. Arga menyuruhnya untuk membersihkan perpustakaan pada jam istirahat kedua dan membersihkan lapangan sekolah setelah jam pelajaran berakhir. Alea hendak protes, namun Arga malah berkata bahwa Kafgan sendiri yang memintanya untuk tidak membeda-bedakan anaknya dengan siswa lainnya. Oleh karena itu Arga memberikan hukuman itu untuk Alea selama 15 hari berturut-turut.

"Mau kemana Ken?" tanya Haikal menatap Kenfaro yang hendak beranjak dari kursi kantin yang sedang mereka gunakan untuk berkumpul. "Adek gue," balas Kenfaro singkat.

"Nih," ucap Kenfaro menyerah sekotak susu rasa coklat dan juga tiga permen sunduk kehadapan Alea. Alea yang sedang melamun pun jadi terkejut dengan kedatangan Kenfaro.

"Tumben baik," sindir Alea namun tetap menerima pemberian dari Kenfaro. Kan sayang kalau ditolak, kapan lagi Kenfaro akan baik padanya seperti ini.

"Bilang makasih dulu kek, lagian gue begini kan karena kasian sama lo." Perkataan Kenfaro membuat Alea langsung menatapnya tajam.

"Ck, sana nggak usah ganggu!" kesal Alea. "Bastian mana?" tanya Kenfaro yang bukan pergi malah mengalihkan topik pembicaraan.

"Ngapel!"

"Galak amat," ucap Kenfaro yang sudah duduk di depan Alea. Kenfaro mengamati wajah adiknya itu dengan tatapan mengejek. "Tadi nangis ya lo? Nggak usah nangislah, ntar malah demam lagi besoknya," ucap Kenfaro sambil menepuk-nepuk pelan kepala Alea.

Perlakuan Kenfaro sontak membuat separuh dari siswa menatap kearah mereka. Apalagi siswi-siswi langsung menatap Kenfaro terkagum-kagum. Mereka juga mulai berbisik-bisik tentang ketampanan Kenfaro.

Fenomena ini tak terlepas dari pandangan Alea, Alea berdecih pelan menatap Kenfaro dengan tatapan permusuhan, "Ck, caper banget sih!"

"Caper pala lo!" kesal Kenfaro langsung membawa jajanan yang ia berikan tadi dan juga menarik tangan adiknya itu untuk menjauh dari keramaian kantin yang sudah tidak kondusif lagi tentunya. Lagian namanya juga kantin nggak mungkin kondusif sih saat jam istirahat kayak gini.

Setelah membawa Alea ke taman belakang sekolah. Kenfaro pun mengajak adiknya untuk duduk.

"Papa bilang apa sama lo?" tanya Kenfaro pelan. Alea yang diberi pertanyaan seperti itu hanya diam, menatap Kenfaro dengan terheran-heran. Kesambet apa ini abangnya batin Alea keheranan.

Different [Alea & Kenfaro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang