Chapter 35

50 3 5
                                    

Entah berapa kali Areta sudah bolak-balik ke ruang kerja Kafgan untuk bertanya apakah ia sudah makan atau belum, tapi yang ditanya sedaritadi tidak menjawab. Hanya diam menatap Areta sekilas setelah itu kembali bekerja.

Areta melirik jam tepat pukul 9 malam, Areta melihat Kafgan keluar dari ruang kerjanya dan berjalan ke lantai bawah. Karena ingin memastikan bahwa Kafgan akan benar-benar makan, Areta langsung ikut turun ke bawah selang beberapa menit. Ia berpura-pura menuangkan air minum ke dalam gelas dan meminumnya sambil curi-curi pandang kearah Kafgan yang sedang mengambil piring. Setelah memastikan Areta pun kembali ke kamarnya.

"Aga dengerin aku dulu bisa nggak sih? Aku nggak suka ya diem-dieman kayak gini!" kesal Areta menatap Kafgan yang baru saja kembali ke kamar mereka setelah selesai makan.

"Mau apalagi? Semua udah jelas, kamu bohongin aku," ucap Kafgan pada akhirnya.

"Aku bohong supaya kamu nggak memperlakukan Alea kayak Ken nantinya. Aku nggak mau dia terlalu terkekang. Aku udah coba nasehatin dia karena dia selalu bolos di mata pelajaran yang nggak dia suka, tapi malah berakhir dengan dia yang nangis. Aku sebagai ibunya nggak tega."

"Jadi orang tua harus tegas, kamu mau mereka berbuat seenaknya?" tanya Kafgan, "Asal kamu tau, aku dulu nyesel banget kenapa bolos-bolos nggak jelas kayak gitu. Terus sekarang lihat dari nasehat kamu ada nggak yang masuk ke telinga Alea? Nggak ada, dia tetap aja bolos, kan!" Areta hanya bisa menunduk merasa bersalah.

"Dengan kamu sembunyiin dari aku kayak tadi, kamu sama aja buat aku malu Ta, aku kayak orang bego yang nggak tau apa-apa. Bertanya-tanya sendiri nggak ada satu pun yang mau ngasih penjelasan." Areta kembali diam, ia sangat amat menyesal sekarang.

"Sekarang aku nggak peduli, mau Alea atau Kenfaro sekali pun. Tetap akan aku perlakukan sama, kalau mereka salah ya salah!" tegas Kafgan menatap Areta tajam.

"Aku cuma nggak mau Alea jadi nggak dekat lagi sama kamu, dibandingkan sama aku, Alea itu lebih dekat sama kamu. Coba kamu bayangin kalau aja kamu marahin dia, nanti dia perlahan-lahan jadi menjauh Ga, nggak akan lagi mau terbuka. Bahkan yang paling aku takutin dia bisa aja kabur kayak Kenfaro," ucap Areta dengan mata yang berkaca-kaca. Sedetik kemudian matanya sudah mulai basah dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Dengan kamu biarin dia kayak gitu, bukannya tambah sadar dan berubah malah makin setiap waktu dia mengulanginya," tegas Kafgan menatap Areta yang masih saja menangis.

"Aku nggak mau Kafgan anak kita lebih dekat sama yang lain. Udah cukup aku terima Kenfaro yang lebih dekat sama Bang Gavin, terus sekarang Alea?" ucap Areta, ia terisak pelan membayangkan hal ini membuatnya sangatlah sedih, "Alea cuma punya kamu Kafgan, dia nggak seterbuka itu sama aku. Jadi please .... jangan buat dia menjauh."

"Aku lebih baik dibenci mereka tapi perilaku mereka benar daripada aku disayang sama mereka tapi dengan cara mendidik yang salah. Paham aku Ta, jadi orang tua itu nggak mudah karena kita juga baru pertama kali menjadi orang tua. Tapi aku nggak mau anak kita yang baru pertama kali jadi anak, menjadi anak yang nggak terdidik dan nggak taat aturan karena orang tuanya yang nggak ngasih tau,  dan nggak membimbing mereka dengan baik. Kita pernah ada diposisi mereka, seharusnya kita tau rasa penyesalan yang datang diakhir saat mereka nanti sudah menuju dewasa." Setelah mengucapkan kalimat dengan panjang lebar, Kafgan pun berjalan meninggalkan Areta yang masih saja menangis menyesali perbuatannya.

"Kafgan tapi nggak semua keputusan yang kamu terapin itu baik, jangan terlalu mengekang mereka. Mereka juga anak remaja yang butuh kebebasan." Ucapan Areta membuat Kafgan menghentikan langkahnya, "Kalau pun aku terlalu mengekang menurut kamu, aku akan tetap melakukan hal itu Ta, selagi mereka bisa berubah karena hal itu. Aku akan terus menerapkannya supaya mereka sadar, hidup nggak melulu tentang kebebasan. Mereka harus jadi orang yang kuat dan tahan akan semua hal, karena nggak selamanya kita ada disamping mereka, kan?" Kafgan pun kembali melangkah ke ruang kerjanya, karena ia butuh tempat sendiri untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut.

Different [Alea & Kenfaro]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang