Bab 32 : Xiamen - The Sex Talk

2K 313 4
                                    

Selesai liburan Sincia, Benny dan Vina kembali ke Xiamen. Mereka melanjutkan terapi dipandu oleh Sarah.

"Aturannya sederhana," jelas Sarah seraya tersenyum kepada Benny dan Vina yang duduk di dua kursi di hadapannya. "You can't say yes to sex until you can say no to sex at any time. Selama kalian tidak bisa berkata tidak, kalian belum siap untuk berkata ya. Jelas?"

Vina mengangguk. Wajahnya masih sedikit tegang, ia masih belum terlalu terbiasa berbicara mengenai seks dengan terbuka. Matanya melirik ke kalendar di dinding, pernikahan mereka tepat 6 minggu lagi.

"Benny, ingat, Vina harus merasa aman untuk menolak kapanpun ia tidak ingin."

"Iya," angguk Benny.

"Okay kita mulai latihannya, yang gampang dulu. Benny akan mulai dengan mengajak Vina pergi nonton bioskop, dan Vina menolak. Nanti gantian. Tujuan dari latihan ini untuk meningkatkan kemampuan komunikasi kalian, empati dan belajar berkata tidak tanpa tekanan maupun menerima penolakan tanpa sakit hati. Benny mau mulai sekarang? Kamu ajak Vina nonton dengan menyertakan tiga alasan kenapa kamu pengen ngajak Vina nonton"

Benny menggeser sedikit posisi duduknya berhadapan dengan Vina. "Vin, mau nonton bioskop besok sore? Ada film bagus yang kayaknya kamu suka. Dua, kita sudah lama enggak nonton di bioskop. Tiga, aku pengen habisin waktu bareng kamu,"

"Okay, Vina, sekarang kamu mulai dengan mengucapkan penghargaan kamu atas ajakan Benny lalu kamu tolak dan kamu tutup dengan apresiasi lagi."

Vina melihat ke lantai, ia selalu merasa bersalah ketika harus menolak ajakan orang. Ia menarik napas dan mulai bicara. "Makasih yah, Ben, sudah ajakin aku nonton. Hmmm cuman, aku lagi enggak kepengen nonton." Matanya melirik ke Sarah meminta persetujuan. Sarah menangguk dan tersenyum tanda puas.

Vina berdehem lagi sebelum melanjutkan. "Aku senang kamu ... perhatian film mana yang aku suka hmm .... Aku juga mau bareng sama kamu, hmmm, makasih ya." Ia melirik Benny.

"Ini hanya latihan, Vin. It's okay. You can say no to me," Benny meraih tangan Vina dan meremasnya.

"Bagus!" Sarah bertepuk tangan. "Sekarang gantian. Vina?"

"Ben, mau makan di luar? Kamu kayaknya sibuk banget minggu kemaren, mungkin bisa refreshing sebentar? Restauran yang kamu suka lagi ada discount."

"Thanks Vin udah ajakin makan di luar, tapi aku lagi pengen di rumah aja. Makasih juga kamu perhatian sama aku."

"Udah lebih lancar kan?" ucap Sarah bersemangat.

Vina mengangguk pelan. Ia tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

"Sekarang, Ben, you take the initiative to have sex with Vina." Sarah memberikan instruksi.

"Hmm ... apa harus se-jelas itu?" tanya Vina ragu-ragu.

"Ini cuman latihan Vin. Latihan untuk sesuatu yang kamu pasti akan hadapi setelah kalian menikah," kata Sarah lembut. "Akan ada saatnya kamu cape, nanti kalau sudah punya anak, mungkin hormone mu naik turun. Wajar. Dengan latihan, kamu bisa lebih nyaman. Manusia bisa karena biasa. Kita coba ya."

Vina mengangguk.

"Aku ... enggak nyaman kalau harus lihat Benny, bisa enggak ... aku enggak lihat ke arah Benny?" tawar Vina.

Benny mengangguk. 

"Benny, coba kursi kamu mundurin. Kasih jarak sekitar 1 m antara kamu sama Vina," perintah Sarah. "Saya akan keluar, jadi kalian bisa ngobrol dengan leluasa. Benny mulai duluan, setelah itu gantian Vina. Kalau sudah selesai, Benny panggil saya di dapur." Sarah bangkit sambil berjalan keluar, ia menepuk bahu Vina.

Love In Six Cities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang