Bab 46 : Xiamen - The News

1.8K 320 20
                                    

Xiamen, Mei 2015

"Happy anniversary, Mrs Lau," Benny mengecup kepala istrinya. Mereka berpelukan di atas ranjang, melihat ke langit-langit. Ini kamar yang sama ketika dulu Vina tertidur di pelukan Benny sewaktu mereka masih berpacaran. 

"Tidak terasa sudah 10 tahun ya?" tanya Vina memecah pikiran Benny.

"Ya ... tadinya aku pikir untuk 10th anniversary kita mungkin di Maldives, atau balik ke Cedar Falls, atau kembali ke tempat honeymoon kita. Siapa sangka ..."

"Kembali ke kamar yang sama di ranjang yang sama," tawa Vina pelan. Ia meletakkan kepalanya di dada Benny mendengar detak jantung Benny. 

"Why don't you stay here tonight?" Benny menggoda istrinya.

"5 minutes ..." Vina menepuk bahu Benny pelan.

Benny terkekeh, sejenak pikiran merekkembali ke masa lalu mereka, ketika Vina masih berjuang untuk lepas dari Nikolai. 10 tahun berlalu siapa sangka mereka masih berada di dalam cengkeraman Nikolai? 

Vina menambahkan. "I will stay forever."

Mereka terdiam. Suara detak jam kembali terdengar.

"Kembali ke kamar ini, tapi lagi-lagi untuk ... I feel bad ."

"Why?"

"Do you still remember my promise when I asked you to start our relationship again?" tanya Benny pelan. 

Marry me and you don't have to run anymore. Such a silly promise. I thought I could protect you from him, from everything." Benny menelan ludah. Dulu ia begitu yakin, yakin ia bisa. Yakin ia mampu. Ternyata jauh sekali kenyataannya.

"You're protecting me, Ben." bisik Vina lembut. "Kamu selalu begitu."

"Menjadi tua ternyata menakutkan. I missed my younger me. Yang selalu yakin, selalu pasti. Sekarang kadang aku bertanya, Can I do it? Sering aku merasa, I no longer have everything under control. Sometimes life just slipped from my fingers, things happened.''

"Now you're not only smart, Ben. Now, you're wise." goda Vina. "My wise CEO Husband." Jemari Vina menari di rambut Benny. Menelisik helai-helai rambut putih yang makin banyak.

Benny tertawa lemah. "I'm not sure about that."

"I'm pretty sure about that, Mr CEO."

"That's why I married you. "

Dari luar kamar sayup-sayup terdengar lagu Through The Years. Gantian Vina yang tersenyum. Dulu ia tidak mengerti mengapa Nana suka sekali lagu itu. Mengapa Nana selalu tersenyum lembut ketika menyanyi lagu itu dan mengatakan. "This is my song, one day I hope you'll experience this in your life." Ia bersyukur ia tidak lari lagi sepuluh tahun yang lalu. Ia bersyukur ia menarik tangan Benny dan mencegahnya bicara kepada Mei Hwa di restaurant itu. Lalu ketika mereka di Beijing, di Shangrila, kembali ke Jakarta.

"Sebenarnya, ada berita lumayan," kata Benny memecah lamunan Vina. "Beberapa old customers kembali," jawab Benny sambil tersenyum tipis.

"That's good!" ujar Vina sumringah.

"Rata-rata pada bilang, program Sentosa Group, murah, banyak discount tapi enggak user friendly. Terutama guru-guru senior banyak yang protes," kekeh Benny pelan. Ia menegakkan tubuhnya, mata Benny mulai berbinar. "Kamu tahu the real user friendly experience itu kayak apa?"

Vina menaikkan alisnya sambil menyunggingkan senyum. Ia suka Benny yang ini, yang matanya berbinar, yang suaranya bersemangat.

"User friendly yang bener-bener bagus, usernya sendiri enggak akan sadar bahwa program itu user friendly, sampai mereka pakai program dari kompetitor dan mereka komplain, 'Kok begini?' 'Kok begitu?'. Sammy luar biasa," puji Benny. "Coding-nya Sammy itu clean, slim and elegant. Bedanya antara programmer biasa dengan yang jenius, bagai langit dan bumi!"

"Senang lihat kamu semangat lagi, Ben!" Vina mengecup pipi suaminya.

"Ya, masih banyak yang harus dilakukan. But it's a good start!" Benny menarik napas lega. "Urusan kerjaan bisa ditunda dulu," bisik Benny mulai membelai rambut Vina dan melumat bibir Vina. 

***

Benny terbangun di ranjangnya. Ia melihat Vina masih tertidur. Ia beringsut ke pinggir ranjang, menggapai handphonenya dan seperti biasa browsing berita terbaru. Harga IHSG, matanya tiba-tiba berhenti di satu judul deadline yang membuat jantungnya seraya mau copot.

Benarkah?

Jemarinya langsung mengetik dengan secepat kilat, mencoba mencari berita-berita lain. Dalam sekejap berita-berita yang dicarinya bermunculan.

An Indonesian mega tycoon was arrested in his St Regis Residence Penthouse

Mata Benny dengan cepat membaca semua berita itu mencoba untuk mencerna kejadian yang terjadi. Otak Benny berputar cepat mencari cara untuk keluar dari masalah ini. 

Ia mendengar suara Vina dan istrinya mengeliat di tempat tidur. Rambut yang berantakan, mata sayu membuat Vina terlihat begitu menggairahkan.  

"Hi Ben, senang bisa lihat kamu ketika baru bangun," sapa Vina manja. 

Benny hanya tersenyum, ia mengangsurkan ponselnya. "Kamu baca." 

"Ben ... ini?" mata Vina membelalak membaca berita dan nama yang dikenalnya. 

"Kita mungkin perlu ke Singapore," putus Benny. 

"Is it safe?" 

" I hope so ..."  gumam Benny. "I'll contact my friend."  

***

Singapura, Juni 2015

Kwek & Friends Law Firm

Benny dan Vina duduk dengan wajah tegang di dalam ruangan ber-AC sangat dingin. Tiba-tiba pintu dibuka dan seorang pria berbalutkan jas mahal memasuki ruangan seraya membaca beberapa dokumen di tangannya.

"Benny! Long time to see!" Wajahnya langsung berubah cerah melihat Benny. Mereka berjabatan tangan dengan erat sambil saling menepuk bahu.

"Thanks for your time, John. Or should I call you, Mr Kwek?" puji Benny. "You look awesome, Man!"

John berpaling ke arah Vina dan memamerkan senyumannya. "You must be, Mrs Lau, nice to meet you." Ia mempersilahkan Benny dan Vina duduk.

"John, ini dulu satu asrama sama aku di Anglo Chinese School, Papanya orang Malaysia Mamanya orang Indonesia," jelas Benny. Vina mengangguk sopan.

"How can I help you today?" John duduk sambil melipat kedua tangannya, matanya yang tajam memandang Benny dan Vina dengan seksama.

"This is about the high profile case, Nikolai Wongso's case." Benny memulai percakapannya. "We have some evidence. Mungkin bisa membantu penyelidikan."

"That's awesome," mata John langsung berbinar-binar. Ia langsung membubuhkan beberapa tulisan di dokumennya. "Istri Nikolai dan Mama istri Nikolai ditemukan tewas di apartemen Nikolai."

"Istri Nikolai, Mrs Sharon Chew, was my wife's friend." Benny mengeluarkan beberapa foto Vina dan Sharon. "And I was in contact with her a few weeks ago."

John berhenti menulis dan melihat ke arah Benny. "I heard rumours that the police are looking for a Lau. A man."

Benny tersenyum kecut. "That's me. They're looking for me."

*** 

Love In Six Cities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang