Bab 43 : Sg & Jkt - The Chase

1.5K 300 14
                                    


Livi melihat lewat kaca spion, matanya bergerak dengan cepat memeriksa apakah ada orang yang mencurigakan di sekitar mereka. Ia  mulai menyetir mobilnya dengan perlahan. Sambil masih melihat ke arah kaca spion, Livi menggoyang-goyangkan kepala seolah mengikuti alunan musik sambil menyanyi.

"Cik, nunduk terus ya."

Di kursi belakang, Vina, Nata dan Nathan duduk mengenakan sabuk pengaman sambil merunduk. Menilai bahwa suasana sudah cukup aman, baru Livi memacu mobilnya lebih kencang.

"Jangan ngebut, Babe," kata Simon yang duduk di kursi penumpang sambil tertawa.

"Kita dipacu waktu, Hon," sunggut Livi. "Tenang aja, Cik, aku nyetirnya lebih jago daripada Simon!"

Vina hanya tersenyum lemah. Jantungnya masih berlari. You're safe ... you're safe ... . Kejadian beberapa menit yang lalu seperti di dalam film laga. Begitu mereka masuk ke dalam toilet, Livi dengan cekatan membongkar tas ranselnya, memberikan jaket selutut berwarna cokelat muda dan topi anyam besar kepada Vina. Livi kemudian memakaikan baju baru kepada Nata seraya mengajak Nata ngobrol mengenai Peppa Pig. Vina terkagum-kagum melihat gerakan Livi yang super cepat.

"Kamu biasa ngurus anak Vi?"

"Anakku kembar cowok, Cik, kalau ga gesit ditinggal kabur," tawa Livi. Terakhir ia memakaikan kacamata hitam ke wajah Nata. Livi sendiri pun mengeluarkan baju yang ternyata kembaran dengan baju Nata ditambah aksesoris serupa.

"Lengkap banget, Vi?"

"Tetangga-ku fashion designer, anaknya empat! Ini semua dikasih pinjem sama dia. Cik, ini Nathan aku gendong dulu," tawar Livi. "Nanti aku sama Nata keluar duluan ya, Cik. Cicik tunggu 3 menit, sebelum toilet itu ada ruang ibu menyusui, Simon nungguin Cici di situ. Masih inget Simon?"

Vina mengangguk. Simon, suami Livi, mereka berkenalan sewaktu Livi kuliah di Amerika. Benny tertawa ketika bercerita, alangkah bangganya mama Livi, anaknya putus dengan pacarnya yang ga jelas dan malah berjodoh sama Professor muda lulusan Amerika. 

Setelah semua barang dibereskan dengan rapi, Livi memberikan kacamata hitam baru kepada Vina.  Livi dan Nata berjalan keluar sambil bergandengan tangan.

Vina melirik jam tangannya menunggu hingga tiga menit lewat. Ia keluar dan di koridor, persis di sebelah ruang kaca bergambar baby, seorang pria tinggi mengenakan kemeja putih dan sweter biru sedang bersandar di tembok seraya memainkan gawainya. Di dekatnya ada kereta bayi berwarna abu-abu. Ia nampak sedang menunggu istrinya yang berada di dalam ruang menyusui. Pria itu mengangkat wajahnya dan tersenyum melihat Vina.

"Vina? I'm Simon." sapanya hangat sambil memamerkan senyum pepsodent. Diam-diam Vina berpikir berapa banyak murid Simon yang terpesona dengan senyuman dosen setampan ini. 

"Hi Simon."Vina berjalan mendekat. Tanpa canggung Simon membantu Vina menaruh Nathan di kereta bayi.

"Shall we?" Simon membuka tangannya mempersilahkan Vina untuk merangkul lengannya. Dengan kaku Vina menyambut lengan Simon. Ini pertama kalinya, ia bergandengan dengan pria lain selain suaminya.

Vina mengarahkan matanya keluar jendela. Menatap bangunan-bangunan berjejer rapi di pinggir jalan. Livi memaju mobilnya memasuki jalan tol dan tak lama mereka sampai di kediaman Livi dan Simon.

    Mobil mereka memasuki kompleks besar dengan papan nama bernama Kent Vale. Livi menurunkan kaca jendelanya di garda security dan berteriak. "Hi Uncle Vikram!" Pria India yang memakai sorban itu tersenyum melihat Livi dan menekan tombol untuk membuka gate.

    Di kiri mereka berdiri gedung-gedung apartemen tinggi berwarna hitam. Sedangkan di sebelah kanan, Vina melihat ada tulisan Cold Storage supermarket. Mobil berjalan masuk dan berhenti di bangunan lima lantai berdinding putih. 

Love In Six Cities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang