Bab 45 : Jkt & Xmn - The Wife

1.9K 296 30
                                    

Jakarta

Ethan mengetuk pintu kantor Benny. Benny yang sedang sibuk di telepon memberi isyarat kepada Ethan supaya masuk. Ethan segera masuk dan membuka sebuah map serta menaruhnya di meja di hadapan Benny.

"Yes, Sam ... I know ..." kata Benny kepada lawan bicaranya.

Mata Benny menyusuri dokumen yang disodorkan oleh Ethan. Jari Benny mengetuk 1 kali di bawah beberapa logo dan dua kali di bawah logo lainnya.

"Hmm ... then ..." gumam Benny sambil jarinya mengetuk di beberapa logo lain. Sesekali ia melirik ke arah Ethan yang dengan konsentrasi tinggi sibuk mengingat logo-logo mana saja yang Benny beri tanda dua ketuk.

"I see ... I trust your judgement," putus Benny.

Ethan mengangguk, lalu menyodorkan map kedua. Benny membaca huruf-huruf yang terketik rapi di dokumen itu sebelum membubuhkan tanda tangan di bawah dokumen tersebut.

"Saya permisi, Pak," pamit Ethan. Benny hanya mengangguk. Sambil melihat punggung Ethan, Benny berdoa semoga rencananya lancar. Ethan baru saja memberitahu perusahaan mana saja yang ditanyakan oleh Nikolai. satu ketuk, berikan data yang benar. Dua ketuk berikan data yang salah. Paling tidak kini ia tahu, ke arah mana Sentosa Group akan bergerak.

Waktunya tak banyak. tiga hari lagi ia harus pergi menengok keluarganya. Untuk mengelabui Nikolai, Benny terbang ke kota yang berbeda. Terkadang ke Hong Kong, lalu ke Beijing, Chengdu. Setelah dari pesawat, Benny biasanya langsung berganti ke moda transportasi lain seperti kereta atau bus. Kali ini ia memilih rute Jakarta- Beijing. Lalu berpura-pura membeli tiket domestik Beijing - Shanghai. Padahal Benny naik kereta 12 jam Beijing-Xiamen. Melelahkan, tapi ia tidak bisa ambil resiko jika orang-orang Nikolai tahu dimana Vina berada.

**

Jakarta, Kemang

"YOU CALLED THIS FOOD?" Nikolai membanting piring keramik itu ke lantai. Pecahan piring keramik bercampur dengan pasta dan saus Alfredo putih berserakan di lantai.

"I'm sorry," gumam Sharon. "Bik .."

"YOU CLEAN THE FLOOR! YOU!" bentak Nikolai. Sharon terkesima. Namun, sebelum ia bereaksi, Nikolai membanting gelas kristalnya ke lantai. "DO IT NOW!"

Nikolai melihat mata istrinya berkaca-kaca. Namun, ia hanya memandang Sharon dengan bengis. "Lakukan ... atau ..." desisnya pendek.

Sharon buru-buru berjongkok dan berusaha membersihkan pecahan piring dan gelas kristal. Nikolai mencari benda lain untuk melampiaskan kekesalannya. Tidak menemukan benda apapun lagi untuk dibanting, Nikolai bangkit. Matanya berkilat ketika melihat satu pecahan piring yang cukup besar. Ia memungutnya, mendekati Sharon dan mencengkeram kaki Sharon. Nikolai melirik kepada pecahan piring dengan ujung tajam dan mengoreskannya ke betis Sharon. Dalam sekejap garis merah muncul di betis putih Sharon. Ia hanya tertawa mendengar suara rintihan Sharon. Nikolai berdecak puas melihat garis merah itu bertambah panjang dan dalam.

Setelah puas, ia berjalan ke ruangan gymnya. Nikolai membuka pintu ruangan gymnya yang dipenuhi dengan aneka peralatan fitness. Ia menunjuk ke pojok ruangan, menarik sangsang tinju. Niko memasang sarung tinjunya dan mulai memukul sangsang di depannya.

DAMN IT! WHERE IS SHE?! Ia sudah mencari Vina kemana-mana tapi ia seolah hilang ditelan bumi. Ia tidak ada di Sydney, Singapura, maupun Hong Kong.

Benny sialan!! Bangsat!

Nikolai membayangkan muka Benny di sangsang yang sedang ditonjoknya dan dengan kekuatan penuh, ia memukul sangsang itu hingga sangsang itu bergetar kencang. .

Love In Six Cities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang