Bab 19 : Xiamen - The Conversation

1.9K 342 14
                                    

Vina melihat bayangannya di cermin, ia mengenakan cheongsam rosy red  dan menunjukkannya kepada Alvin.

Mata Alvin bersinar melihat gaun yang terakhir. "Ambil yang merah, Na. It's gorgeous." Vina mengangkat bahu. "Iya. Yang merah bagus."

Ia kembali ke ruang ganti, dan keluar sambil membawa cheongsam itu dan menyerahkannya kepada pelayan yang menunggu di dekatnya. Ia baru duduk ketika melihat bayangan Alvin.

"Ini bagus ga?" Alvin mematut dirinya di depan cermin dengan Tuxedo jet black.  Vina tersenyum menatap sosok Alvin yang tinggi, gagah, wajah Alvin dengan alis yang tebal dan hidung mancung memang bisa membuat banyak perempuan menoleh ke arahnya.

"Mendingan daripada yang abu-abu metalik tadi."

"Ckckck ... lo tuh ya ... kuno. Black Tuxedo so lame!" omel Alvin sambil mematut  bayangan dirinya. "Bagusan yang metalik. Black Tux enggak perlu nunggu menikah buat pake."

Vina mengambil foto tanpa banyak tanya.

"Gue dah foto, tar dibandingin lagi," jawab Vina pendek.

Handphone Alvin bergetar. "Yes Sweetheart?" jawab Alvin sambil tersenyum. Matanya berpendar. Tanpa melihat, Vina tahu siapa yang menelpon, ia buru-buru menyingkir memberi privacy kepada Alvin. Hanya ada satu gadis yang dipanggil Alvin, Sweetheart.

Ia duduk di atas sofa beludru merah, matanya mengelilingi ruangan melihat aneka manekin dengan gaun pengantin dan gaun pesta. It's over, Vin. Ia menunduk dan melihat karpet merah di bawah kakinya. Ia berusaha keras mengendalikan angan-angan yang ia tahu pasti akan meluncur liar jika diberi kesempatan. Will I ever ... STOP! STOP ... just stop. Ia membuka tasnya menarik tissue cepat-cepat dan menempelkannya di matanya yang basah.

"Na?" Suara Alvin menyebabkan dirinya terlonjak. "Vera mau ngomong." Alvin memberikan handphonenya kepada Vina.

"Ya Ver?"

"Vinaaaaaaaaaa," teriak Vera gembira di ujung sana, "makasih ya say dah mau nemenin Alvin!! Engko sepupu lo itu kalau enggak ditemenin tar jangan-jangan beli purple tuxedo!!"

"Hahaha cuman gitu aja. Dia hampir mau beli grey metallic."

"Grey Metallic?" jerit Vera, "dihhh amit-amit jabang baby! Adatnya engko lo tuh. Ampun deh gue."

"Ampun apa ampun, buktinya lo mau juga married sama dia." Senyum tipis merekah di bibir Vina.

"Pake pelet tokcer tuh dia," gelak Vera. Suaranya tiba-tiba berubah serius. "kata Alvin, itu cowok ngejar lo ke Xiamen?"

Vina menghela napas pelan. "Iya." Alvin dengan mulut embernya ... Mungkin dia bahkan sudah telpon Mamanya dan kasih tau kalau Benny datang ke Xiamen!

"Alvin kuatir banget sama lo." Nada suara Vera terdengar cemas.

"Gue baik-baik saja kok. Parno dia,"

"Kalo lo butuh ngomong kabarin gue atau Alvin yak. We're here to help you."

"Sure. Thanks. How's the wedding prep?"

"Great!!! Everything is so smooth. Juli lo datang kan??"

"Pasti donk."

"Yeayy beberapa bulan lagi, kita jadi sister-in-love!"

"Cousin-in-law," tambah Vina sambil tersenyum.

"Gue ada yang lupa ngomong sama Alvin."

"Gue oper yak. Take care." Vina menyerahkan kembali telponnya kepada Alvin sambil menonjok bahu pria itu. "EMBER!" Alvin hanya nyengir lalu menghilang kembali.

Love In Six Cities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang