Bab 13 : Mountain View - The Puzzle ⚠️

2.2K 354 72
                                    

Warning : sexual abuse content.

Vina menatap handphonenya dengan nanar.

Today 08.07 am

Morning, Ben

9.24 am

Aku bisa telpon?

10.46 am

Benny, kamu marah ya?

11.39

I'm sorry.

Empat SMS yang ia kirim dari pagi tadi tak satupun dibalas. Ia baru hendak mengirim pesan lagi namun tangannya terhenti.

Stop it Vin. Jelas kan? Kurang jelas apalagi? maki Vina dalam hati.

Dengan gontai, Vina bangkit dari tempat tidurnya. Kejadian kemarin malam hanya berbayang samar di otaknya. Yang ia ingat hanya, ia terperangkap tanpa bisa bergerak. Vina berjuang keras menahan air matanya.

Masak gini aja nangis? Cengeng!!

***

Handphone Benny bergetar. Ia melirik. Message baru dari Vina. Alih-alih membalas message Vina, Benny terus melihat ke arah laptopnya.

This is crazy!!

Ia terus ingin berkelit, tetapi sepanjang malam potongan-potongan ingatan membentuk puzzle yang makin jelas. Kepingan percakapan-percakapan yang dulu ia abaikan.

"Tasmu berat banget, bawa apa aja?"

"Girl's stuff." Vina membongkar tasnya mencari tissue. Ia mengeluarkan dompet, diary, botol minum, Swiss army knife, hand sanitizer. Sebuah gantungan kunci tanpa kunci berwarna abu-abu metalik jatuh ke lantai. Benny memungutnya tetapi dalam sepersekian detik Vina sudah merebut gantungan kunci itu dari tangan Benny.

"Ya ampun, Vin, gantungan kunci doank." Benny tertawa geli.

""Ini bukan gantungan kunci biasa, ini pepper spray!" bantah Vina sambil buru-buru menyimpan gantungan kunci tersebut di tasnya. Benny mengerutkan keningnya. Ia melihat gantungan serupa terpasang di resleting tas Vina.

"Two pepper spray?"

"Cadangan. Project di East coast gimana Ben? Lancar?" Vina tersenyum dan menuangkan teh untuk Benny.

"Small hiccups. Ada sedikit masalah di ..."

"Kamu enggak kepanasan?" Benny memandangi Vina yang mengenakan Cardigan lengan panjang dengan jeans. "Ini udah mulai masuk musim panas, Vin. Mountain View lebih panas dari Cedar Falls."

"Ga panas kok. Kamu besok jadi meeting sama jam 10? Mau aku bikinin sarapan apa? "

Two Pepper sprays, small Victorinox knife. Dulu ia tidak mengerti mengapa Vina membawa benda-benda aneh dalam tasnya. Sekarang ia mengerti.

Hal lain menyesakkan dadanya, ia sadar kenapa Vina tiba-tiba tertarik sekali dengan pekerjaannya. Ketika ada hal yang ingin Benny tanyakan, Vina akan melemparkan satu dua pertanyaan tentang pekerjaannya. Pertanyaan tentang pekerjaan selalu berhasil memancing Benny sibuk bercerita selama paling tidak 15 menit. Benny menggelengkan kepala, sepertinya Vina tidak sadar bahwa ia menggunakan strategi Ketika lawan menginginkan sesuatu, berikan umpan untuk menjebaknya (Sun Zi Art of War, chapter 1 Detailed Assessment and Planning). Benny termakan kesukaannya membanggakan diri, hingga ia mengabaikan tanda-tanda yang ada.

Pakaian Vina semua tertutup, sebagian besar tangan panjang. Tidak ada hot pants, mini skirts, tank top, skinny jeans, legging ketat. Dulu ia pikir Vina memang sukanya seperti itu, tidak cental centil. Benny menelan ludah. Ia tidak suka dirinya salah menilai, salah menebak.

Love In Six Cities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang