"Ha!"
Suara serempak dari anak-anak yang memasang kuda-kuda dan melakukan pukulan depan terdengar begitu nyaring.
Di ruangan tersebut seorang kakek tua mengangguk, "Hari ini cukup, dan jangan lupa untuk mempertajam tendangan kalian."
Anak-anak itu melakukan gerakan serempak tegak lalu membungkuk. Sang Kakek pergi dari ruangan tersebut.
Anak-anak itu ber hah ria lalu menjadi ricuh. Dojo hari ini selesai.
Salah satu anak perempuan yang kelihatan paling mencolok karena terlihat seperti albino berjalan menuju tempat tasnya. Ia mengambil botol minum lalu menenggakkan hingga habis.
Bruk
Anak perempuan itu sedikit mengerutkan dahinya merasakan tubrukan dari belakang yang menabrak punggungnya.
Ia menoleh ke belakang dan mendapati anak laki-laki bersurai hitam dan bermanik coklat madu tengah mencoba bangkit.
Segera, anak perempuan itu mengulurkan tangannya. Anak laki-laki itu mendongak dan tertegun lalu menerima uluran tangan tersebut.
"Terimakasih, apa punggung mu sakit?" tanya anak laki-laki itu seraya membersihkan bajunya.
Anak perempuan itu mengangguk, "Tidak, lain kali hati-hati."
Tak ada senyuman yang terpatri di bibir tipis anak perempuan itu. Ia bukannya marah, hanya wajahnya memang seperti itu.
"Wahaha, laki-laki macam apa kau ini?! Masa ditolong oleh perempuan!"
Sahutan terdengar dari sisi lain ruangan. Anak-anak yang masih ada disana hanya melirik sekilas.
Anak laki-laki yang merasa diejek mendecih lalu kembali menatap anak perempuan itu, "Siapa namamu? Namaku Baji Keisuke."
"Itona (Y/n)." balas anak perempuan itu.
Baji tersenyum yang menampakkan kedua taring nya, "(Y/n)? Bagus juga! Lain kali ceritakan padaku kenapa kau seperti albino ya? Aku harus mengurus anak bandel itu dulu."
(Y/n) hanya mengangguk lalu menatap kepergian Baji yang mendekati si Anak bandel.
Anak perempuan itu menghela nafas. Ia tahu warna mata, bulu mata, alis, bahkan rambutnya tak memiliki warna yang wajar tapi ia bukan albino.
Itu keturunan. (Y/n) mewarisi ini dari Ayahnya.
Saat pertama kali (Y/n) muncul disini, anak-anak lain sering menjulukinya anak sihir hanya karena alasan di atas. Namun lambat laun anak-anak lain mulai bisa beradaptasi dengan (Y/n) begitupun sebaliknya. Mereka sekarang mengerti dan berteman cukup baik satu sama lain.
Ia melamun tanpa sadar ruangannya sudah kosong, anak perempuan itu segera membereskan barang-barangnya lalu bergegas keluar ruangan tersebut.
Saat berbelok keluar ruangan, tubuhnya menabrak seseorang yang lebih tinggi darinya.
(Y/n) menetralkan wajahnya karena kesal. Ia mendongak menatap siapa yang ia tabrak.
Pria.
Yang ditabrak menundukkan kepalanya lalu berjongkok menatap kagum pada segala yang ada di (Y/n).
"Maaf." ucap (Y/n) lalu membungkuk sebentar.
Pria itu tersenyum lalu menepuk-nepuk puncak kepala (Y/n), "Ahaha, tidak apa-apa. Boleh kutahu namamu?"
(Y/n) menatap datar pria itu, "Itona (Y/n)."
Pria itu ber heh ria, "Namamu bagus, apa kau albino? Warna matamu indah sekali~"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐑𝐎𝐍𝐄
Fanfiction-ˋˏ [Tokyo Revengers] ˎˊ- ━─━──── • ────━─━ Itona (Y/n) pernah mendengar itu, mendengar tentang Sano Manjiro yang tak terkalahkan, bocah itu cucu dari guru bela dirinya. Suatu hari, ia berkenalan dengan Baji. Teman dari Manjiro itu tak sengaja...