Bagian 45

2.1K 481 141
                                    

PIP PIP!!

ADEGAN DEWASA! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR ATAU TIDAK NYAMAN, DIANJURKAN UNTUK TIDAK MEMBACA.

-- ¤ ----- ¤ --

"Hei, pak detektif, wajahmu sangat menyebalkan."

Naoto hanya diam menatap dingin pria bertubuh besar nan kekar yang duduk di hadapannya.

Mulutnya dilakban oi! Takemichi malah diem aja lagi... Oh iya, dia 'kan sering ada di situasi hidup dan mati.

EH YA TAPI SEKARANG BEDA!

Sekarang sudah 2-3 jam lebih Naoto dan Takemichi diikat duduk di kursi, di gudang yang katanya markas Rokuhara Tandai. Mulut keduanya di lakban.

Tak ada luka atau memar.

Tapi berpuluh- ah, tidak, beratus-ratus orang mengepung keduanya! Kalau gerak sedikit ya siap BUGH deh.

LAGIAN BAWAHANNYA BANYAK BANGET!

"Akh... Lama sekali! Kenapa Itona tidak kemari?!"

Naoto mengerutkan dahinya. Kenapa dari tadi orang ini nyebut marga (Y/n) terus sih?

Naoto yakin wanita itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan yang namanya gangster.

Tapi ini Rokuhara Tandai! Geng besar lainnya selain Bonten.

"Oi!"

Naoto tersentak dari lamunannya. Ia kembali menatap pria yang katanya bernama Terano South dengan datar.

Terano mendekati Takemichi yang sedari tadi hanya menunduk. Asli, dia lagi mikirin apa sih?!

Pasrah banget perasaan.

"Kau Hanagaki Takemichi 'kan?" tanya Terano.

SRECK!

"Huh...?"

Terano membuang lakban yang baru saja ia lepas paksa dari mulut Takemichi.

Sakit tapi kok Takemichi reaksinya biasa aja...

Naoto mengerjap beberapa kali melihat Takemichi kebingungan. Pria yang akan menjadi kakak iparnya itu mengedarkan pandangannya seperti orang baru bangun tidur.

Sebentar...

JADI DARI TADI DIA MOLOR?! ANJING KALO TAU GITU NAOTO JUGA IKUTAN AJA TADI!

"Aku... Dimana...?" bingung Takemichi yang masih setengah sadar. Suaranya serak.

Terano mengerjap-ngerjap, "Hah?"

Takemichi mendongak menatap Terano yang duduk di depannya.

Matanya perlahan melotot, "GEDE BANGET!"

Naoto diam menghela nafas melihat itu. Calon laki siapa sih? Kelakuannya bikin capek aja.

Terano menaikkan satu alisnya. Gini-gini dia kaya kloningannya Taiju.

Badan besar? Yes.
Hot? Yes.
Suka teriak? Yes.
Tapi ada yang beda. Beda nasib.

Taiju sekarang yang udah kaya soalnya punya restoran mewah dimana-mana.

Tapi saya gak setuju juga. Taiju suami saya gak segede Terano kok.

"Kau tidur ya?!" Bentak Terano dengan wajah kesal.

Hanagaki hanya mengangguk kikuk, "B-bisa jadi... Tadi aku mimpi."

Terano menggeram. Baru kali ini ada yang ngomong santai sama dia selain orang penting di Bonten.

𝐓𝐇𝐑𝐎𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang