Bagian 48

1.7K 410 125
                                    

PIP PIP!!

ADEGAN DEWASA! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR ATAU TIDAK NYAMAN, DIANJURKAN UNTUK TIDAK MEMBACA.

-- ¤ ----- ¤ --

“Inupi, ayo ke markas.”

Koko beranjak dari kursinya membereskan buku yang ia baca. Hari ini menghabiskan waktu dengan Inupi memanglah yang terbaik.

Tapi entah kenapa semenjak kematian Akane, Inupi jadi sering duduk di jendela.

Padahal sekarang lagi hujan.

Keduanya dan anggota Bonten yang lain bisa bebas keluar dan memperlihatkan diri ke publik karena tak ada satupun yang tau mereka orang berbahaya.

Pernah ada seseorang yang berhasil mengungkap identitas mereka tapi sehari kemudian, orang itu hanya tinggal nama.

Menghapus semua data yang disimpan orang itu dan membereskan berita yang disebarkan orang itu lewat koran.

Munkin hanya beberapa orang yang tau wajah petinggi Touman. Itupun tak mampu berbuat apa-apa.

Dan lagi Koko mau pulang soalnya sepi, guys. Bisa-bisa khilaf dia nanti.

“Inupi, perasaanku tidak enak dari tadi.”

“Inupi, ayo.” Koko mengernyitkan alisnya saat tak ada respon apapun untuknya.

Kepalanya menengok kearah jendela, “Inupi?”

Lagi-lagi tak ada respon membuat Koko terpaksa berjalan ke jendela yang diduduki Inupi.

Untung gak kena air hujan.

“Oi, Inupi, kau sedang apa?” Koko hendak menampar pipi Inupi.

Namun sekon kemudian, matanya mengerjap beberapa kali. “...Inupi?”

Tangannya membelai pipi Inupi dengan lembut, “Inupi~” dayunya pelan.

Koko melepaskan jasnya dan memakaikan nya di dada Inupi, “Dingin, ya?”

Gawaras ni orang.

Koko terdiam menatap Inupi yang masih di alam bawah sadarnya.

Duh, flashback.

Lakuin gak ya?

Perlahan, Koko mendekatkan wajahnya dengan wajah Inupi. Debaran jantungnya bertambah seiring dengan menipisnya jarak dengan Inupi.

Koko memejamkan matanya saat bibir-

Sruk

Koko tertegun saat kepala Inupi jatuh ke dadanya. Ia menatap sang Keka- anjir lah, sang Teman.

“Inupi, bangun. Ayo balik.”

“Oi, Inupi,”

“Inupi!”

Koko menatap Inupi dengan kesal.

Ini hanya perasaannya saja atau bagaimana? 

Inupi dingin dan sedikit kaku.

“Oi, Inupi!” Koko memegang kedua lengan Inupi dan menggoyang-goyangkan nya.

Koko melirik pinggang Inupi seki- lah. LAH KOK BERDARAH SIALAN!

Mata Koko melebar. Ia mengecek pinggang Inupi, “Kenapa aku gak sadar...”

Pantesan, perasaan kok Inupi gak nafas-nafas. Ternyata...

Luka tembak.

DIH KAPAN DITEMBAKNYA?!

Koko masih menyerap semuanya. Ia berjalan mundur perlahan. Jangan-jangan pas aku ke toilet... Pikirnya.

𝐓𝐇𝐑𝐎𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang