(13) Potong Rambut

1.8K 275 8
                                    

"Papa ... nanti kita jajan sosis bakar dulu ya, Papa, di kedainya Om Yeonjun!"

Jay yang tengah fokus mengendarai mobilnya, otomatis berdeham kecil. "Tapi habis itu, janji dulu sama Papa ya, kalau Wonie mau Papa ajak ke--"

"Ke rumah Oma Lee!? Mau!" pekik bocah itu semangat. Padahal, sang ayah belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan Jungwon main potong-potong saja. Hal itu jelas membuat ayahnya itu mendengkus karenanya.

"Wonie udah kangen banget sama Oma Lee. Pengin makan masakannya Oma Lee, pengin main juga sama Opa Lee. Pokoknya, Wonie mau kok, Pa, diajak ke rumahnya Oma Lee."

Walaupun merasa sedikit kesal karena kebiasaan sang putra yang senang memotong kalimatnya, Jay tetap menyempatkan diri untuk melirik Jungwon di sampingnya. Melihat wajah putranya yang tampak berseri-seri itu, seketika membuat Jay merasa ingin mengabulkan keinginan Jungwon. Akan tetapi, akhir-akhir ini pekerjaannya sangat-sangat banyak.

Alhasil, lelaki satu anak itu hanya bisa menghela napas panjang. "Papa belum selesai bicara, Jungwonie."

Mendengar sang ayah memanggilnya dengan sebutan 'Jungwonie', seketika membuat bocah tujuh tahun itu mencebikkan bibir. Dia sudah melakukan kesalahan. Jungwon sangat menghafal itu. Ayahnya, akan memanggilnya seperti itu ketika dia berbuat kesalahan kecil. Nah, kalau dia berbuat kesalahan besar, maka sang ayah akan memanggil nama lengkapnya, 'Park Jungwon' dan itu akan sangat-sangat berbahaya. Dia dalam masalah besar.

"Maaf, Papa," ujar Jungwon sambil menundukkan kepalanya.

Jay menggeleng kecil, kemudian menyunggingkan senyum tipis. "Wonie ingat, 'kan, apa yang selalu Papa bilang?" Bocah tujuh tahun itu mengangguk kecil. "Coba, apa?"

"Wonie nggak boleh potong pembicaraan orang tua," jawabnya.

"Nah, itu Wonie tau. Lalu, kenapa tadi Wonie potong omongan Papa?"

Jungwon mengalihkan pandangannya ke jalanan. Menatap apa saja yang dilewati mobil sang ayah, lalu menjawab dengan suara pelan. "Soalnya ... Wonie pikir, Papa bakal ajak Wonie ke rumahnya Oma Lee."

Jay menghela napas pendek. Saat di lampu merah, ia memutuskan untuk menatap wajah bulat putranya itu. "Nanti Papa ajak Wonie ke rumah Oma Lee, kalau sudah libur sekolah, oke? Tapi ... coba Wonie lihat, sekarang."

Dahi Jungwon berkerut lucu. "Apa, Papa? Lihat apa?"

"Rambutnya Wonie udah panjang, tuh. Jadi, harus dipotong rambutnya."

Bola mata bocah itu membulat, menambah kesan menggemaskan di wajah putra dari Jay itu. "Belum, kok, Papa. Rambut Wonie belum panjang, tau!"

Jay otomatis meringis. Saat lampu merah berubah hijau, ia kembali menjalankan mobilnya ke barber shop langganan. "Itu rambutnya udah panjang banget. Apalagi poninya Wonie, tuh. Memangnya, Wonie nggak takut dimarahin sama guru kalau rambutnya panjang?"

"Enggak, tuh." Jungwon menjawab cuek. "Wonie pengin punya rambut panjang kayak Om Gyu, Papa. Keren, deh!"

Astaga, Bang Beomgyu. Jay memejamkan mata sambil menghela napas pendek. "Om Gyu, kan, udah nggak sekolah lagi. Jadi, nggak apa-apa kalo dia punya rambut panjang. Kalau Wonie, kan, masih sekolah."

Bocah tujuh tahun itu auto merengut kesal. "Kenapa peraturan itu nggak adil, Papa?"

Jay praktis terdiam, sambil mengerjap beberapa kali. Apa tadi yang putranya katakan? Dari mana Jungwon belajar mengatakan hal itu? Oh, ayolah. Jungwon itu baru kelas satu SD. Usianya juga masih terlalu muda untuk mengetahui kata-kata berat. Jay merasa, dia tidak pernah mengajari Jungwon kata-kata seperti ini sebelumnya. Lalu, dari mana sang putra belajar mengatakan hal seperti itu?

(NOT) Just Papa and Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang