"Om Jake sama Om Hoon pulangnya lama banget! Wonie kesel, tau! Wonie marah!"
Jake dan Sunghoon yang baru saja tiba lima belas menit lalu, otomatis meringis saat mendengarkan sambutan berupa omelan kecil dari Jungwon si keponakan tersayang. Padahal, mereka sudah memutuskan untuk langsung melaju ke kediaman sang sahabat, Jay, tepat setelah pesawat yang keduanya tumpangi mendarat di kota tempat tingga mereka. Namun, ternyata mereka tak bisa lolos dari Jungwon yang tengah merajuk.
"Maafin Om Hoon, ya? Om sebenernya mau pulang dari kemaren-kemaren, tapi Om Jake, tuh, yang nahan-nahan, katanya kerjaan masih banyak!" Sunghoon mulai membeberkan alasannya sambil membalas bombastic side eye yang diberikan oleh Jake kepadanya. "Wonie salahin Om Jake aja! Marahin!"
"Duuuh! Lo tuh bisa nggak sih, nggak nuduh-nuduh gue!?" Jake yang biasa penyabar dan baik hati, kini jadi kesal sendiri. Sunghoon ini bukannya mencari solusi untuk keluar dari masalah, malah mendorongnya ke jurang lalu berlari sendiri mencari jalan pulang. Memang teman yang patut mendapat laknat Tuhan. "Wonie jangan percaya sama omongannya Om Hoon! Wonie tau, kan, Om Hoon itu pembohong?"
"Enak aja, lo!" Sunghoon jelas tidak terima dikatai pembohong seperti itu.
Sementara Jake? Dia mana peduli. Semasa bodoh, lah! Lagi pula, salah Sunghoon yang sudah memulai perang lebih dulu. "Sebenernya Om udah mau pulang dua hari lalu, tapi ternyata dari pihak agensinya Om Sunghoon, tiba-tiba nambahin kerjaan Om lagi, jadinya nggak jadi pulang, deh. Pokoknya salahin Om Hoon aja, ya?"
Nyaris saja Sunghoon mengeluarkan sumpah serapah kalau saja Jay tidak segera datang, membelah keributan yang terjadi di ruang tengah rumahnya. "Wonie," panggil ayah satu anak itu dengan suara lembut. "Om Jake sama Om Hoon-nya jangan dimarahin dulu, ya? Om-om-nya capek, baru banget sampai tadi. Memangnya Wonie nggak kasihan?"
Ucapan Jay barusan, membuat Sunghoon dan Jake otomatis berakting seolah-olah tubuh mereka sedang lemas tak berdaya. Raut wajah keduanya oun dibuat semelas mungkin. Maklumlah, yang satunya aktor yang satunya lagi fotografer. Paling cocoklah soal yang namanya bekerja sama dalam tim.
"Wonie juga masih harus istirahat, kan? Ingat nggak, kata dokternya kemaren apa?" tanya Jay lagi. Sebenarnya, ia tidak mau mencermahi putranya seperti ini, tetapi terkadang, Jungwon memang harus diarahkan untuk melakukan sesuatu dan diingatkan ketika bocah itu melakukan kesalahan. Maklum, mumpung masih kecil.
Jungwon yang semula cemberut—badmood maksimal, perlahan mulai tenang. "Maaf," ujar bocah itu pelan. "Maafin Wonie, Om Jake, Om Hoon. Maaf karena Wonie udah marah-marah."
Duh, kalau Jungwon sedang dalam mode lucu dan menggemaskan seperti ini, siapa sih, yang tidak gemas!? Jake dan Sunghoon saja rasa-rasanya hampir meleleh dibuatnya.
"Iya, iya. Maafin Om Hoon sama Om Jake juga, ya?" Jake mendekat, lalu meraih keponakan tersayangnya itu ke dalam gendongan, sementara Sunghoon yang tidak mau kalah kini terlihat menghampiri keduanya, lalu tanpa aba-aba langsung memeluk mereka sampai Jungwon tergencet.
"Duuuhh, ponakan kesayangannya Om Hoon!" pekik aktor alay itu sambil menangkup pipi bulat Jungwon. "Wonie tenang aja, Om Hoon bawa oleh-oleh yang banyaaak banget buat Wonie."
"Beneran, Om!?" Mendengar kata 'oleh-oleh' membuat Jungwon jadi bersemangat. Maklum, sudah dibiasakan sejak dini oleh Sunghoon yang selalu membawakan oleh-oleh dalam bentuk apa pun ketika lelaki itu bepergian. Entah untuk urusan pekerjaan atau hanya sekadar berlibur.
"Iya, dong!" Sunghoon kemudian dengan bangganya menyerahkan satu goodie bag besar yang sejak tadi disembunyikan di balik sofa. "Ja-jang!" pekiknya semangat.
Waduh, jangan ditanya deh, reaksi Jungwon bagaimana. Bocah itu bahkan sampai melonjak kegirangan meminta turun dari gendongan Jake. Agaknya bocah gembul itu lupa kalau usianya sudah hampir delapan tahun.
"Om Jake juga punya oleh-oleh buat Wonie," ujar Jake yang tidak mau kalah dengan sahabatnya yang alay itu, sembari memberikan paper bag cokelat yang khusus dibawanya untuk Jungwon.
Jungwon jelas kegirangan karena mendapat banyak sekali oleh-oleh mulai dari pakaian, mainan sampai aneka camilan. Bocah itu bahkan lupa kalau dirinya baru saja pulang dari rumah sakit dua hari lalu dengan plester luka di punggung tangannya yang menempel untuk menutupi bekas tusukan jarum infus.
Kalau Sunghoon kebanyakan membawakan oleh-oleh berupa mainan dan pakaian, lain halnya dengan Jake yang membawakan banyak sekali camilan mulai dari cokelat sampai pie susu pun dibawakannya. Bukan tanpa alasan Jake memilih membelikan Jungwon aneka camilan. Ia jelas tahu bagaimana nafsu makan sang keponakan yang memang terkadang di luar nalar itu.
"Bilang apa dulu ke Om Jake sama Om Hoon, Nak?" Jay bertanya kepada sang putra, agar Jungwon yang sekarang tengah terlena dengan beragam oleh-oleh yang dibawakan, tidak melupakan kewajibannya.
Beruntungnya, Jungwon adalah anak pintar yang dapat langsung menangkap maksud ayahnya itu. Bocah itu bahkan langsung tersenyum lebar sambil merentangkan tangannya untuk memeluk kedua Om tersayangnya itu sambil berujar, "Makasih banyak oleh-olehnya Om Jake, Om Hoon! Wonie sayang banget sama Om Jake sama Om Hoon!"
Jay tersenyum hangat saat melihat bagaimana interaksi antara sang putra dan kedua sahabatnya itu. Walaupun setelahnya, ayah satu anak itu jadi pusing sendiri, sih, memikirkan oleh-oleh yang dibawa salah satu dari temannya itu. Dalam hati, ia membatin, Mau ditaroh di mana lagi, ini baju-bajunya Jungwon, ya, Tuhan!?
Rasa-rasanya, Jay mulai sekarang harus mempertimbangkan untuk menghibahkan pakaian-pakaian milik Jungwon yang sudah menggunung itu kepada anak-anak kurang mampu. Ya, ingatkan Jay untuk mulai memilah-milah pakaian yang luar biasa banyak dan masih bagus-bagus itu nantinya.
"Wonie main bareng Om Jake sama Om Hoon dulu, ya? Papa mau mandi."
Ucapan dari Jay barusan, langsung dihadiahi anggukan semangat oleh Jungwon. Bocah itu masih terjebak dalam euforia akibat banyaknya oleh-oleh yang ia terima dari om-omnya. "Oke, Papa. Wonie mandinya nanti, ya!"
Ya sudah, akhirnya sepanjang hari itu, Sunghoon dan Jake menghabiskan waktu mereka untuk mendengarkan segala macam ocehan sang keponakan tersayang yang menceritakan ini itu, terutama saat bocah itu sakit beberapa waktu kemarin. Rasa lelah setelah perjalanan yang cukup panjang seolah-olah sirna karena ocehan lucu putra tunggal Jay itu.
Toh, mereka bercerita sambil rebahan manja di ruang televisi, kok, dengan Jungwon yang asyik memakan camilan yang Jake bawa hingga pipinya cemong terkena remahan pie susu dan cokelat yang dimakannya.
Semula, sih, semuanya terlihat biasa-biasa saja. Bahkan sampai Jay ikut bergabung mendengarkan cerita anaknya seusai menyiapkan menu makan malam, pun, tidak ada sesuatu yang mengejutkan terjadi. Hingga Jungwon tiba-tiba saja memanggil kedua Om tersayangnya itu dengan suara yang kurang bersemangat, tidak seperti tadi.
Jake dan Sunghoon tentu saja bingung. Pikir mereka, kenapa Jungwon tiba-tiba badmood? Apa bocah itu sudah mengantuk?
Namun, jawaban Jungwon setelah ditanya perihal apa yang hendak ia katakan, membuat kedua sahabat itu saling pandang dan terdiam.
"Waktu itu, Wonie ketemu Mama."
Hanya satu kalimat, tetapi berhasil membuat Jake dan Sunghoon terdiam seribu bahasa, lantas dengan kompak menatap ke arah Jay dengan tatapan serius. Jay yang sadar atas tatapan teman-temannya itu langsung menghela napas pendek, seraya menaikkan kedua bahunya, santai.
Gesture singkat yang Jay berikan, membuat Jake dan Sunghoon merasa agak lega. Setidaknya, mereka dapat mengambil kesimpulan kalau Jay yang sekarang berada di hadapan keduanya, bukanlah sosok sang sahabat yang mereka lihat bertahun-tahun lalu.
+ㅈㅈ+
Jumat, 30 Juni 2023Nah lho ....
Sabtu, 1 Juli 2023
090624
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) Just Papa and Me! [JayWon]
Fanfiction[JayWon FF AU] ______________________________ "Papa! Wonnie mau pindah sekolah!" Punya anak cerewet dan banyak maunya seperti Wonnie ini enak atau tidak, sih? ______________________________ Starring: Park Jongseong/Jay Park as Jay Park Yang Jungw...