(30) It's Okay

1.4K 181 24
                                    

Jay adalah tipe orang yang mudah panik untuk beberapa hal, termasuk jika itu menyangkut orang-orang tersayangnya. Apalagi saat tiba-tiba saja ia menyadari kalau ternyata anaknya terserang demam. Bukan main paniknya lelaki itu.

Mulanya, ia hendak pulang lebih awal karena merasa pekerjaannya tidak begitu banyak hari ini. Terlebih saat melihat sang putra tertidur dengan nyenyak di atas sofa. Tidak sempat dipindah ke kamar karena tadi, ia asyik berbincang dengan Heeseung perkara masa depan. Biasalah, urusan laki-laki dewasa.

Namun, saat baru saja hendak membawa putranya itu ke dalam gendongan, Jay dapat merasakan suhu tubuh anaknya yang terasa panas, tidak seperti biasanya. Bodohnya lagi, lelaki itu baru menyadari kalau Jungwon berkeringat hingga pakaian yang bocah itu kenakan terlihat basah di bagian punggung dan sekitar leher.

Untung saja masih ada Heeseung di sana. Coba kalau tidak? Jay pasti hanya akan berputar-putar tak tahu harus melakukan apa karena terlalu panik. Akhirnya, mereka membawa Jungwon ke rumah sakit. Pasalnya, suhu tubuh anak itu bisa dibilang jauh dari kata normal. Jay takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan kalau sampai terlambat.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Jungwon mengalami gejala tifus. Dokter bilang, kemungkinan bocah itu kelelahan dan seketika itu pula, Jay merasa begitu bersalah. Karena kesibukannya beberapa waktu terakhir, ia jadi kurang memperhatikan anaknya itu. Ia juga tidak pernah bertanya apa saja yang dilakukan oleh sang putra selama di sekolah seperti hari-hari biasanya.

"Mamnya lagi, nggak?" Jay bertanya kepada sang putra, sesaat setelah bocah tujuh tahun itu berhasil menelan buburnya pada suapan kelima.

Jungwon menggeleng singkat sebagai jawaban, sementara sang ayah langsung mengulurkan tumbler berisi air putih dan membiarkan anaknya itu minum lewat sedotan yang tersedia. "Habis ini minum obat, ya?"

Jay harus banyak bersyukur karena putranya itu tidak kesulitan minum obat. Walaupun selama sakit, si bocah hanya akan diam saja sepanjang hari, tetapi setidaknya ketika jamnya makan dan meminum obat, Jungwon langsung iya-iya saja. Makannya memang tidak banyak, tetapi setidaknya perut bocah itu terisi, lah. Dengan begitu saja, Jay sudah senang.

Selesai meminum obatnya, Jungwon langsung merengek—tidak berbicara dengan jelas, dengan tangan yang diangkat. Jay yang peka, langsung menyambut tubuh anaknya itu ke dalam gendongan. Walau agak repot karena harus menjaga supaya selang infus yang menusuk punggung tangan sang anak tidak tertarik. Ngeri juga kalau sampai itu terjadi.

Saat sakit begini, Jungwon memang menjadi berkali-kali lipat lebih manja daripada hari biasanya. Bocah itu akan terus-terusan minta dipeluk atau digendong. Pokoknya, tidak mau jauh dari ayahnya barang sedetik pun. Terkadang, Jay jadi agak kesulitan melakukan aktivitas sederhananya seperti buang air kecil dan mandi. Habisnya bagaimana lagi? Putranya saja sudah menempel seperti perangko begini, mana tega dilepas. Kalau dilepas, Jungwon akan menangis kecuali kalau anak itu sudah tertidur lelap, baru deh, Jay bisa menegakkan punggungnya sebentar.

Menjelang sore, Heeseung datang membawa keranjang khusus berisi aneka buah-buahan. Jungwon yang saat itu berbaring nyaman di atas tubuh sang ayah tampak enggan bangun. Jay bahkan sudah mengusap pucuk kepala anaknya dengan penuh kasih sayang serta mengecupnya berkali-kali. "Wonie," bisiknya lembut. "Ada Om Hee, tuh."

Sayangnya, Jungwon malah semakin mengeratkan pelukannya di tubuh sang ayah. Kepala bocah itu bahkan sengaja dibenamkan pada ceruk leher ayahnya itu, sampai membuat Heeseung tertawa kecil karenanya. "Lucu banget ponakannya Om Hee!" ujarnya gemas, sambil mengusap pipi Jungwon yang kemerahan karena demam yang diderita anak itu.

Omong-omong, posisi Jay sekarang bersandar pada sofa bed dengan Jungwon yang berada di pangkuannya, memasrahkan seluruh bobot tubuhnya pada sang ayah. Bocah itu tertidur sekarang.

(NOT) Just Papa and Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang