(24) Suara Om-Om

1.4K 208 26
                                    

Akhirnya, setelah melalui pergulatan batin yang cukup hebat, Jay mengizinkan putra tersayangnya itu untuk ikut di acara perkemahan yang diadakan di sekolahnya.

Kalau ditanya apakah ia sudah benar-benar ikhlas mengizinkannya atau tidak? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Belum apa-apa saja, Jay sudah memikirkan segala macam kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.

Saat sedang membantu sang putra mengemasi barang-barang apa saja yang harus dibawanya nanti, wajah si ayah muda satu anak itu terlihat datar dan tidak bersemangat seolah-olah seluruh energinya sudah diserap semuanya oleh Jungwon.

"Papa, Wonie bawa ini, ya?"

Mulanya, Jay ingin mengabaikan karena masih merajuk. Akan tetapi, lama-lama tidak tega juga. Alhasil ia menoleh dan mendapati sang putra tengah memeluk sebuah boneka beruang yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuh bocah itu. Melihatnya membuat Jay otomatis menghela napas panjang.

"Mau dibuat apa Wonie bawa itu?" tanyanya kepada sang putra.

Jungwon cemberut, kemudian memeluk bonekanya semakin erat. "Buat bobok, lah," jawabnya.

Lagi-lagi, Jay menghela napas panjang, kali ini sambil memijat pangkal hidungnya yang mendadak berdenyut. Kemudian, ia menghampiri sang putra dan meletakkan kedua tangannya di bahu kanan dan kiri Jungwon. "Gini deh. Wonie sebelumnya tahu, nggak, berkemah itu yang kayak gimana?"

Bocah berusia tujuh tahun itu menggulirkan matanya ke kiri dan ke kanan demi mencari jawaban. "Tau," jawabnya kemudian.

Jay tersenyum kecil, kemudian mengajak putranya itu untuk duduk di pinggiran ranjang. Gerak-gerik Jungwon barusan, jelas sudah dihafal di luar kepala olehnya, sebab bocah satu itu selalu melakukannya ketika sedang kebingungan, tetapi gengsi untuk mengaku jika ia sebenarnya tidak tahu.

"Coba kalau menurut Wonie, berkemah itu apa, sih?"

Jungwon mengayunkan kakinya yang menggantung di sisi tempat tidur, sebelum kemudian menjawab, "Kata Bu guru Chaewon, berkemah itu artinya tidur bareng-bareng sama temen-temen di dalam tenda, terus main games, bikin api unggun, banyak deh!"

"Terus? Main games-nya gimana?" tanya Jay lagi. Mengerti jika guru sang putra hanya menjelaskan bagian-bagian yang sekiranya dapat dimengerti dengan mudah oleh anak-anak sekolah dasar. Makanya ia malah menanyakan hal lain.

Sementara itu, sang putra malah kembali memberikan gestur berpikir yang terlihat begitu lucu di matanya. "Pake tablet? Jadi nanti Wonie bawa tablet, deh, pas kemah. Mau ajakin Ni-Ki sama Sunoo nonton juga! Mereka pasti bawa tablet juga, deh, nanti."

Mendengar jawaban sang putra barusan, membuat Jay tertawa. Melupakan sejenak bagaimana dirinya yang agak tak rela membiarkan sang putra ikut berkemah nantinya. Namun, setelah melihat sendiri bagaimana Jungwon yang terlihat belum mengetahui bagaimana perkemahan yang sebenarnya membuat lelaki itu berpikir, mungkin memberikan izin dan membiarkan Jungwon ikut berkemah adalah pilihan yang terbaik.

"Wonie," panggilnya yang membuat Jungwon bergumam sebagai jawaban, sembari menatap wajah sang ayah dengan serius. "Kamu nggak boleh bawa tablet ke sekolah, Nak. Namanya juga berkemah, masa bawa alat elektronik, sih?"

Dahi Jungwon berkerut tak mengerti. "Kok gitu?" tanyanya. "Terus, main games-nya gimana dong, Pa?"

"Ya ... Papa nggak tau nanti guru-gurunya Wonie mau main games apa. Tapi dulu waktu Papa sekolah, mainnya games tebak-tebak kata gitu sama ada yang namanya kata berantai. Jadi, Papa sama teman-teman satu sekolah bikin iring-iringan panjang banget sampai mengelilingi sekolah."

Jungwon terlihat tertarik dengan cerita yang sang ayah perdengarkan. Bocah itu bahkan sampai tidak berkedip selama beberapa saat saking fokusnya ia mendengarkan.

(NOT) Just Papa and Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang