(23) Jungwon Hilang?

1.5K 210 18
                                    

Sejak semalam, Jay merasa dirinya terserang kegalauan super akut. Antara hati dan pikirannya sama sekali tidak mau bekerja sama memberikan jawaban yang pasti. Sumpah, kalau seperti ini terus, Jay bisa mati kebingungan.

Ketika pikirannya bilang 'ya', maka hatinya bilang 'tidak'. Begitu terus hingga Sunoo jadi artis juga seperti om-om idolanya--Park Sunghoon yang alay itu, kata Jay.

Bahkan karena kegalauannya itu jugalah, ayah muda satu anak itu hanya berguling-guling saja di tempat tidur sejak berjam-jam lalu. Hingga jam digital di atas nakas menunjukkan pukul tiga pagi, matanya masih terlihat segar. Tidak ada jejak kantuk sama sekali yang terlihat.

Padahal, Jay sudah berusaha keras untuk membuat dirinya sendiri tertidur. Seperti contohnya membaca buku, tidak memainkan ponsel dan mendengarkan musik-musik klasik yang menenangkan lewat earphone. Akan tetapi, tetap saja lelaki 25 tahun itu tak bisa menutup matanya dan tertidur.

Pusing, astaga. Mana besok ia harus menghadiri rapat dengan investor baru, pula. Bisa kacau wajahnya yang tampan mempesona ini kalau sampai meninggalkan jejak berupa mata panda yang mengganggu. Apa kata para koleganya nanti kalau sampai itu terjadi? Yang ada, pamor dirinya sebagai seorang duda tampan satu anak bisa terguncang lalu jatuh dan tak berarti lagi.

Ah, sial. Jay mengumpat dalam benak. Kenapa di jam-jam dini hari seperti ini adalah waktu yang sangat cocok untuk overthinking, sih?

Jay kemudian memilih memiringkan tubuhnya ke samping kanan, di mana ranjang tidur sang putra tunggal berada. Diperhatikannya wajah sang anak yang terlelap dengan damai setelah adegan merajuk seharian itu dalam diam. Helaan napas panjang pun terdengar hingga lelaki itu lagi-lagi mengubah posisi tidurnya. Kali ini dengan posisi menghadap ke langit-langit kamarnya.

"Kasih izin atau enggak, ya?" Jay bergumam sembari melipat kedua tangan di depan dada. "Kalau nggak dikasih, takutnya ngambek sampai sebulan."

Jika di luaran sana ada yang namanya suami takut istri, maka untuk Jay, julukan yang paling tepat adalah ayah yang takut kepada anaknya sendiri.

Ya, bukan takut dalam hal negatif, sih. Akan tetapi, kentara saja bagaimana takutnya Jay saat mood sang putra berubah menjadi mengerikan.

Jungwon itu wajahnya saja yang imut-imut, tetapi kelakuan dan pola pikirnya terkadang sudah menandingi orang dewasa. Entah karena faktor sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki jarak usia sangat jauh dengannya atau bagaimana, Jay juga tak begitu mengerti. Padahal seingatnya, ia sudah berusaha untuk mendidik Jungwon dengan cara yang terbaik. Tidak tahu juga ketika ia lepas pengawasan.

Maklum saja, teman-teman Jay itu kalau datang tak warasnya, bisa-bisa mengajari Jungwon yang aneh-aneh hingga terkadang sukar diterima nalar. Makin pusinglah ayah satu anak itu sekarang.

"Kalau misalnya dikasih izin, kenapa tiba-tiba gue khawatir banget gini, ya? Kayak ada yang ganjel."

Rupanya, Jay masih terjebak dengan segala jenis overthinking-nya itu hingga pukul lima pagi. Lelaki itu bahkan tak sadar jam berapa tepatnya ia tertidur, sebab saat bangun, tiba-tiba saja ia mendapati jam digital di atas nakas menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Entah karena nyawanya belum terkumpul semua atau bagaimana, ayah satu anak itu dengan mudahnya berujar, "Oh, baru jam sepuluh." Kemudian menguap lebar sambil meregangkan tubuhnya dalam posisi malas-malasan. Setelah merasa sedikit lebih segar daripada tadi, Jay memilih memastikan lebih dulu apakah putranya masih tertidur atau tidak.

Namun, saat kepalanya menoleh menatap ke arah ranjang milik Jungwon seketika itu juga Jay mendadak panik. Sang putra sudah tidak ada di atas tempat tidurnya!

(NOT) Just Papa and Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang