(2) Wonie Mau Pindah Sekolah!

3.2K 446 20
                                    

"Papa! Wonie mau pindah sekolah, Papa!"

Pusing. Satu hal yang dapat Jay gambarkan tentang bagaimana kondisinya hari ini adalah pusing.

Sambil membalik potongan paha ayam yang sedang ia goreng, lelaki itu berusaha tetap tenang. Sementara itu, Jungwon sang putra masih terus-terusan menarik ujung kaus lengan pendek hitam yang dikenakan ayahnya.

"Papa ... Wonie mau pindah sekolah ...!" Jungwon lagi-lagi merengek, membuat Jay menghela napasnya lelah.

Lelaki itu menatap Jungwon yang lebih pendek darinya itu dan berujar, "Wonie, Papa sedang menggoreng ayam. Nanti kamu kena cipratan minyak, Nak. Tunggu Papa di meja makan, oke?"

Jungwon praktis mendengkus sebal saat mendengar apa yang dikatakan sang ayah. Ia mengentakkan kakinya beberapa kali menuju meja makan. Melipat kedua tangannya di atas meja, lengkap dengan wajah yang dibuat cemberut maksimal. "Papa ... Wonie mau pindah sekolah, Papa ... please!"

Sejatinya, Jay tidak tahu apa alasan Jungwon ingin pindah sekolah seperti yang ia katakan kurang lebih seminggu terakhir. Ketika ditanya alasannya pun, Jungwon tidak pernah menjawab dengan benar. Bocah itu hanya bilang jika ia ingin pindah sekolah karena bosan. Itu saja.

Padahal, saat memutuskan untuk memasukkan Jungwon ke Pelita Bangsa adalah karena jarak sekolah putranya itu dekat dengan rumah sahabatnya--Jake. Jika dia sedang sibuk, Jungwon akan dijemput oleh Jake atau asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Jake untuk dibawa ke rumah majikannya itu. Bahkan biasanya, ibu dari Jake sendiri yang akan menjemput Jungwon dan membawanya bermain di rumah hingga Jay pulang kantor.

Namun, ketika Jungwon dengan kukuh ingin pindah sekolah, seketika membuat Jay frustrasi. Kenapa sih, dengan Jungwon?

"Papa kalo Wonie nggak pindah sekolah, nanti Wonie bakal pukul Juno!"

Pekikan Jungwon praktis membuat Jay yang sedang mengangkat ayam goreng ke atas piring, nyaris saja menjatuhkan paha ayam potong itu kembali ke penggorengan. Kemudian, lelaki itu menoleh ke arah sang putra dan menatapnya dengan tatapan horor. "Wonie, Papa nggak pernah ngajarin Wonie untuk berbuat seperti itu, kan?"

Bukannya takut sebab ditatap horor seperti itu oleh sang ayah, Jungwon malah semakin cemberut. "Makanya Wonie mau pindah sekolah, Papa!" Bocah itu berteriak kesal. "Pokoknya kalo Wonie gak pindah sekolah, Wonie bakal beneran pukul Juno kuat-kuat!"

Setelah mengatakan hal itu dengan menggebu-gebu, Jungwon langsung meninggalkan meja makan. Bahkan ketika sang ayah memanggil namanya berulang-ulang pun, Jungwon tetap mengabaikannya. Bocah itu memilih mengunci diri di dalam kamar. Padahal, sudah jelas jika kamar itu juga ditempati oleh sang ayah. Otomatis, Jay bisa terlambat pergi ke kantor kalau putranya bertingkah seperti itu.

Jay menghela napas panjang. Ia memutuskan untuk segera mematikan kompor dan meletakkan ayam goreng buatannya di atas meja makan. Lelaki itu mengambil ponsel miliknya di atas lemari pendingin, lantas mendial nomor sang sahabat--Jake. Cukup lama sampai teleponnya diangkat oleh lelaki bermarga Shim itu.

"Ya, halo. Kenapa Jay?" Jake memulai percakapan lebih dahulu. Sementara itu, Jay memilih mendudukkan dirinya di meja makan.

"Lo sibuk nggak hari ini, Jake?" tanya Jay sambil menuang air putih ke gelas.

"Enggak terlalu, sih. Kenapa? Jungwon nggak apa-apa, 'kan?"

Jay menggeleng, walaupun dia tahu jika sang sahabat tak dapat melihatnya. "Enggak apa-apa, Jake. Cuma ... gue bingung sama dia akhir-akhir ini."

"Bingung kenapa, deh?"

Lelaki 25 tahun itu memijat pangkal hidungnya karena merasa pusing. "Jungwon sekarang dikit-dikit mintanya pindah sekolah. Semingguan ini ngomongnya gitu terus."

(NOT) Just Papa and Me! [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang