Part 38

159 17 1
                                    

..

Tangisku tak usai saat setelah aku bertemu dengan Abah dan Uti, setelah aku memeluk Abah tiba-tiba saja Abah mengalami sesak nafas dan bilang jika jantungnya sangat sakit membuat kami semua panik termasuk Uti sedangkan kepanik kan Uti ditenangkan oleh rey dan Waicih.

Aku langsung minta abang dan Uwa membawa Abah kerumah sakit, didalam mobil Aku trus menangis seraya menggenggam tangan Abah yang masih mendapatkan kesadaran.

"An dini"panggil Abah dengan menahan sakitnya.

"iya Abah, Dini disini. Abah tahan ya sebentar lagi sampai"jawabku diiringi tangisanku.

"A bah minta ma af ke pada mu ya Nak, Ma akan Abah dan Uti"ucap Abah membuatku menatap wajah Abah yang sangat pucat.

"Andini sudah maafkan Abah, Abah tidak perlu trus menerus meminta maaf"

"Ar ya"panggil Abah kepada Abang yang sedang mengemudi.

"iya bah, Arya disini tunggu bah sebentar lagi sampai"jawab Abang seraya trus fokus pada jalanan.

"Ma afkan Ibu Nak, tak se muanya salah Ibumu"ucap Abah membuat Abang menangis.

"iya bah, iya Arya sudah maafkan keselahan Ibu. Sudah ya bah jangan trus meminta maaf Arya berusaha mengikhlaskan semuanya"

Setelah jawaban Abang membuat Abah tidak berbicara kembali dan saat sampai dirumah sakit Abang langsung memanggil suster untuk membawa blankar, setelah Abah berada di blankar genggaman tanganku tidak dilepaskan oleh Abah membuat aku ikut ke UGD tapi tidak sampai masuk.

"sebaiknya adek tunggu disini, kami akan berusaha semaksimal mungkin"ucap dr. kepadaku.

"lalukan yang terbaik dok untuk Abah saya"jawab Abang yang sudah merangkul tubuhku.

"pasti Mas"

Dr. masuk kedalam UGD dan menangani Abah, Aku trus menangis dipelukan abang sedangkan paman mengusap punggungku dan abang berusaha tenangkan aku.

Setelah 20 menit menunggu akhirnya dokter keluar membuat aku, Abang dan Uwa mendekat kearah dokter yang menatap kami sedih. Sebelum bicara dr. menghela nafasnya.

"bagaimana keadaan Abah kami dok? "tanyaku yang langsung menatap dokter.

"detak jantungnya lemah dan saat ini beliau ingin bertemu dengan keluarganya, silahkan"jawab dokter membuatku langsung masuk dan menggenggam tangan Abah.

"Andini"ucap Abah.

"iya bah ini Dini"jawabku.

"Arya"panggil Abah membuat abang menggenggam tangan abah satunya.

"iya bah Arya Dini"jawab Abah.

"Cucu-Cucu Abah harus menjadi orang besar ya, jangan pernah sombong dengan apa yang kita capai, harus bisa mengikhlaskan masalalu dan trus berjalan mengikuti alur takdir jangan tinggal sholat 5 waktunya ya nak. Pesen Abah hanya itu jangan kalian benci Ibumu ya nak"ucap Abah membuat aku dan abang menangis.

"iya Abah"jawab ku dan abang secara bersamaan.

"Putra"panggil Abah melepaskan genggaman ku dan berusaha menggapai tangan Uwa.

"iya Pak, Putra disini Bapak harus kembali sehat kan sudah dikunjungi oleh Arya dan Andini"ucap Uwa mengusap lengan Abah.

"Put jika nanti Bapak tiada, pesan bapak cari teteh mu ya beritahu dia jika bapak sangat menyayangi nya salamkan maaf bapak yang tidak bisa menjadi bapak yang mengerti keinginan putrinya, maafkan atas keegoisan bapak"ucap Abah membuat Uwa putra menangis.

Ntah kenapa hatiku merasakan kehilangan saat Abah mengucapkan kata-kata itu membuatku trus menangis,
"Pak, gak boleh bicara seperti itu bapak harus sehat kan bapak ingin bertemu dengan teh Cahya. Putra janji akan mencari teh Cahya tapi bapak harus sembuh dulu"ucap Uwa membuat Abah tersenyum.

Nafas Abah terputus-putus membuat kami semua khawatir saat Abang akan panggil dokter tiba-tiba Abah menarik tangan Abang,
"jangan tinggalin Abah, temani abah disini"ucap Abah kepad Abang.

"Arya disini bah, Abah harus sembuh. Harus bisa melihat Cucu-Cucu Abah sukses, Abah sebentar lagi akan jadi akan punya cicit dari azizah jadi harus sehat kembali"jawab Abang dengan tangisannya.

"Sa lamkan Pesan Abah un tuk Azi zah ya Ar, Abah ju ga menya yangi nya. Sa lam kan maaf Abah ke pada Azizah ya Ar"ucap Abah menahan sakitnya, Abang tidak bisa menjawab lagi.

"Put, ja ngan lupa sama Wasiat yang ba pak buat malam itu ya"lanjut Abah kepada Uwa.

"apa si Pak, ngomongin wasiat segala nanti itu mah sekarang Bapak harus sembuh dulu"jawab Uwa kepada Abah.

"tun tun bapak Put"ucap Abah membuat ku dan Abang menangis.

Uwa menatapku dan ku tatap balik, aku menggelengkan kepalaku kepada Uwa.
"Put tun tun Bapak"ulang Abah membuat Uwa mengambil nafas kasar dan menghembuskan nya.

"Kita semua ikhlas Pak jika memang ini yang terbaik dan buat bapak tidak merasakan sakit lagi"ucap Uwa yang berdiri di samping Abah tepat di kuping Abah dan menuntun Abah mengucapkan Syahadat.

Setelah Uwa menuntun Abah membaca Syahadat dalam kesekejab mata Abah langsung menutup matanya dengan wajah yang bersinar dengan bibir yang membentuk senyuman tipis membuat Aku, Uwa dan Abang menangis.

5 menit setelah itu dokter datang dan meminta kami keluar, aku menangis di pelukan Abang dan tak lama dokter keluar memberitahu jika Abah sudah tiada membuat tangisku menjadi tubuhku melemas seketika bahkan Abang dan Uwa membantuku duduk dikursi tunggu.

"maafin Dini Bah, saat Dini berkunjung Abah malah ninggalin Dini"ucapku disela tangisanku.

"Dini dengerin Uwa kita harus ikhlas, Uwa tau kamu sedih kita semua sedih tapi kamu harus tegar, ikhlas dan lepaskan Abah tidak dengan tangisan"ucap Uwa kepadaku.

"Dini ingatkan ucap Abah saat Usia Dini 10 tahun, saat Dini bersedih karna harus pulang ke jakarta setelah Dini berlibur di bandung kata Abah 'Dini tidak boleh menangis karna Abah tidak menyukai itu' jadi Dini tidak menangisi kepergian Abah ya"lanjut Uwa membuatku langsung memeluk Uwa dan Uwa membalas pelukanku.

"bener kata Uwa dek, kita semua sedih atas kehilangan Uwa dan sekarang hanya tinggal Uti jadi kita harus lebih perhatikan Uti dan kesehatannya"ucap Abang kepadaku.

"kita urus semuanya ya, Uwa telp Waicih dulu menanyakan keadaan Uti"ucap Uwa lepaskan pelukan itu.

Aku sudah bisa sedikit tenang, Uwa menelphone Wa Icih sedangkan Abang menelphone Ayah memberitahu tentang meninggalnya abah sedangkan Aku berdiam diri dengan fikiranku yang pergi mengulang pesan Abah kepada Uwa putra tadi.

'Abah ingin Ibu melihat Ibu kan untuk terakhir kalinya, bah izinkan Dini yang mengabulkan pesan Abah kepada Wa putra ya bah, Abah tenang disana ya bah Dini menyayangi Abah'ucapku dalam Hati.

"Wa"panggilku menatap Wa putra.

"Izinkan Dini yang mencari Ibu ya Wa, Dini janji sebelum Abah dikebumikan Abah akan bertemu dengan putrinya"ucap ku membuat Wa putra menatapku bahkan Abang menatapku.

"memangnya kamu tau dimana Ibumu Dini? "tanya Uwa membuatku diam dan aku pun langsung meminta Uwa mengurus kepulangan Abah.

💔💔

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang