Part 57

176 19 5
                                    

..

Arya POV

Malam ini aku bersiap pergi, Aku akan menemui seseorang diluar setelah izin Aku pun langsung pergi menggunakan motor kesayanganku menerjang malamnya kota jakarta, sampainya di salah satu Cafe di tengah kota aku pun langsung masuk kedalam cafe mencari orang yang katanya sudah menungguku.

Setelah aku melihatnya dari pintu masuk, aku langsung menujunya dan duduk di hadapannya membuatnya menatapku terkejut.

"Assalamualaikum"ucapku.

"Waalaikumsalam"jawabnya dengan sangat lembut dan kalem.

"langsung pada inti kenapa saya minta ketemu, kenapa kamu kamu ingin mengkhitbah adik saya? Kenapa kamu sangat berani? Kamu tau kan siapa adik saya itu? Dan kamu hanya orang baru yang belum mengenal siapa adik saya? "tanyaku pada lelaki dihadapanku yang hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaku.

"Afwan, tidak bisa kah sebaiknya abang minum dulu? Kita bisa bicarakan ini dengan santai dan saya janji akan menjawab semuanya dengan baik"jawab lelaki itu memberikan daftar menu kepadaku membuat aku menghela nafas dan memesan minum.

"Afwan saya panggil abang saja gapapa, seperti ini bang kenapa saya berani mengkhitbah adik abang karna saya sudah mengantongi jawaban istikhara saya dan jawaban istikhara saya adalah adik abang, saya tidak mau menjerat Adik abang ke dosa yang saya buat karna adik abang berhasil membuat saya Zina fikiran. Makanya saya berani mengkhitbah Adik abang"ucapnya menjawab pertanyaanku tadi.

"saya memang tidak mengenal adik abang, yang saya tau jika adik abang wanita yang baik, wanita sholehah dan insyaallah bisa saya bimbing menuju jannah bersama-sama. Untuk yang lainnya bisa sejalannya waktu setelah pernikahan bang"lanjutnya membuatku tersenyum miring padanya.

"Pede sekali kamu, jika kamu benar akan menikah dengan adik saya "ucapku membuat dia tersenyum kepadaku.

"sekeras apapun abang menghalang jika adik abang adalah jodoh saya, kami akan bersatu bang. Saya mempunyai Allah yang maha membulak balik kan hati manusia"jawabnya membuatku terdiam.

"yakin kan saya jika kamu bisa menjaganya"ucapku menatapnya yang lagi-lagi tersenyum.

"saya tidak akan menyakinkan abang, tapi saya yakin abang akan melihat sendiri keyakinan saya bahwa saya akan menjaga, melindungi, mengayomi, menyayangi, mencintai dan memuliakan istri saya nanti"

Aku terdiam menatapnya kenapa ada perasaan tenang mendengar jawaban yang dia ucapkan, kenapa hatiku merasa yakin jika lelaki dihadapan ku ini bisa menjaga dan bisa selalu ada untuk adikku.

"baiklah, Buktikan pada saya bahkan kamu bisa mengembalikan adik saya seperti dulu, buktikan pada saya bahwa kamu bisa selalu ada buat dia, buktikan pada saya bahwa kamu bisa menjaganya dari orang lain termasuk dari dirinya sendiri, saya restui kamu tapi jika kamu membuat adik saya menangis, kamu buat adik saya kecewa sama kamu atau pun tersakiti, orang yang kamu hadap pertama kali adalah saya"ucapku menatapnya tapi Ntah kenapa setelah itu rasanya sangat ringan fikiranku.

Aku mengulurkan tanganku kepadanya membuatnya ragu-ragu menerima uluran tanganku,
"saya serahakan adik saya kepada kamu, cepat khitbah dia dan Halalkan adik saya"ucapku berusaha menahan tangisku, yang akhirnya akan melepas tanggung jawabku dari adikku.

"syukron bang atas restu dan izinnya, saya akan secepatnya mengkhitbah adik abang, ridhoi kami bang"jawabnya membuat aku menundukan kepala dan dia mengusap lenganku.

'dek, abang harap Ali memang yang terbaik untukmu dan bisa mengambilkan dirimu yang dulu'ucapku dalam hati.

1 jam aku dan Ali mengobrol bahkan awalnya aku kira Ali orangnya kaku dan sangat dingin karna dia seorang Gus tapi ternyata dia sangat ramah dan bisa dia ajak ngobrol santai, setelah pulang dari cafe aku langsung masuk kamar adikku saat aku masuk kamar Andini dia sedang tidur dengan sangat tenang.

"Abang tau lelahmu dek, abang tau ini gak mudah untuk kamu. Abang harap setelah hadirnya Ali dalam hidupmu semua nya berubah ya dek, kembali seperti Andini yang 10 tahun lalu dimana gak ada kesedihan, gak ada kekecewaan, dan semuanya baik-baik ajh. Abang siap melepasmu dek untuk bersatu dengan Ali dalam ikatan halal"ucapku menatap Andini seraya mengusap pipinya dan diakhiri mencium keningnya.

..

"Aku memberi restu jika Ali akan mengkhitbah adikku"ucapku membuat semua orang menatapku.

"kamu serius Ar? "tanya Yangkung.

"iya Yangkung, Ayah beri kabar keluarga Ali bahwa kita semua sudah memberi restu dan cepat laksanakan khitbahnya"ucapku kepada Ayah yang menatapku dengan senyum.

"Ayah tau beratnya dirimu yang akan memberikan tanggung jawabmu kepada lelaki yang memang pantas menerimanya untuk menjaga adikmu, tapi jika memang ini rencana Allah dalam menyatukan Adikmu dengan jodohnya maka kita tidak bisa berbuat apapun selain memberi restu dan meridhoi pernikahan mereka"ucap Ayah kepadaku dan aku hanya bisa menganggukan kepalaku.

"biar Papah saja yang menghubungi Habib"ucap Yangkung yang berdiri dan berlalu pergi.

Yangti tersenyum padaku lalu mendekat padaku dan langsung memelukku sedangkan aku dengan senang hati membalas pelukan Yangti,
"Abang mengambil keputusan yang benar"ucap Yangti.

"Abang tidak mau Andini seperti ini terus Yangti, Arya rapuh melihatnya dan mungkin memang ini kebahagiaan Andini setelah kesedihan yang hampir menguasai dirinya"jawabku membuat Yangti mengusap kepalaku.

"Yangti.. Aku juga mau dipeluk"ucap Azizah yang membuat aku dan Yangti tertawa dan semua tersenyum.

"ululu sini, Masyaallah Cucu yangti satu itu mau punya anak juga manja nya tidak hilang"ucap Yangti kepada Azizah saat Azizah sudah di pelukan Yangti.

"tau tuh, hilangin dikit manjanya kak. malu atuh saya calon keponakan abang"ucapku melanjutkan ucapan Yangti dan berhasil membuat Azizah merengek kepada Ayah membuat kami semua tertawa.

Tawa ini rasanya sangat hampa karna kurang satu orang yaitu adikku yang masih berada dikamarnya, Yangti yang mengtahui apa yang kufikirkan mengusap lenganku membuatku menatapnya dan yangti tersenyum kepadaki seperti mengucapkan kata tidak apa-apa.

❤❤❤

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang