Part 64

210 17 2
                                    

..

"ada apa dengan istri Mas? Kenapa seperti banyak sekali fikiran, ada yang belum mas tau ya dari kamu"ucap Mas Li yang sudah berada disisiku dengan posisi duduk menyamping agar bisa menatapku.

"Mas tau jika aku adalah pemilik dari ANHA media?"tanyaku.

"iya Mas tau, ayah sudah cerita bahkan adek juga punya perkebunan dan kebun teh warisan dari orang tuanya Ibu"jawabnya.

"iya Mas, fikiranku sedang memikirkan bagaimana nasib karyawan ku saat ini pabrik mengalami penurunan karna keuangan yang dikorupsi aku rugi besar Mas. Aku gak mungkin memberhentikan para pekerja sama ajh aku memutuskan rejeki mereka"ucapku dengan mata yang sudah berkaca-kaca bahkan air mata sudah mengalir dari sudut mataku.

"kenapa adek diam dan tidak langsung bicara pada Mas? Kenapa adek masih merasa sendiri sedangkan dikehidupan baru ini ada Mas yang dampingi kamu"ucap Mas Ali membuat ku diam dan hanya air mata yang trus saja menetes bahkan aku memberanikan diri memeluk dirinya lebih dulu.

Aku merasakan Mas membalas pelukan ku dan disitulah isakan tangisku keluar dari mulutku, rasanya masih sangat berat untuk membagi fikiran dan kegelisahan pada seseorang walaupun ke suamiku sendiri.

"dengerin Mas dan Mas mau kamu belajar menjalaninya, belajar terbuka sama Mas apapun itu tentang apapun itu Mas siap dengarkan dan kita cari jalan keluar sama-sama, adek tidak sendiri sekarang tidak seperti dulu sekarang ada Mas yang selalu ingin tau apa yang ada difikiran adek, apa yang sedang adek gelisahkan. Untuk masalah ini kita selesaikan sama-sama ya mungkin emang sulit untuk terbuka walaupun dengan suami adek sendiri tapi adek harus belajar jangan cepat-cepat perlahan ajh ya sayang, sudah Mas gak kamu sakit, Mas gak mau kamu terus memikirkan semua itu dan Mas gak mau kamu terus menangis"ucap Mas Ali yang membuatku menatapnya dan dia tersenyum padaku lalu menghapus air mataku.

"istri Mas jelek kalau nangis"lanjutnya membuatku menyembunyikan wajahku di dadanya.

"Masyaallah, Mas beruntung dapetin adek"ucapnya yang lagi-lagi membuatku tersenyum malu.

"tapi Gimana sama Nasib karyawan ku Mas?"tanyaku menatap suamiku.

"kita selesikan besok ya langsung ke pabrik Mas temani, sekalian kita Ziarah kemakam Abah dan Uti adek"jawabnya membuatku tersenyum dan menganggukan kepalaku.

"Gitu dong senyum kan adem Mas liatnya, sudah kita istirahat ajh yuk lumayan sampai ashar"ucapnya menarik tubuhku kedalam dekapannya dan kami pun memasuki alam mimpi bersama.

..

Jam menunjukan pukul 8 Malam dan dirumah hanya tertinggal keluarga Ibu, Keluarga Abah dan Umi dan kawan-kawanku yang belum pulang. Kami semua baru selesai makan malam dan saat ini sedang duduk santai diruang tengah.

"bang Ar, bang Galang mana? "tanyaku pada dua lelaki yang sedari tadi melirik diriku.

"bener gak ada? Berarti kalian menyanggupi syarat dariku hanya karna agar aku setuju dalam pernikahan ini?"ucapku menatap mereka dengan tatapan kecewa, Mas Ali yang ada disebelahku hanya mengusap punggungku.

Dua abang menundukan kepala tanpa ada niatan menatap wajahku,
"kenapa Abang menunduk? Bener ucapan Dini? Dini gak nyangka jika itu benar? Kenapa abang-abang seperti ini ke Dini"ucap ku dengan mata berkaca-kaca.

"adek"ucap Ayah.

"Ar, Galang jawablah jangan sampai Andini bener kecewa sama kalian"ucap Yangkung kepada dua abang yang sedari tadi diam saja.

"tidak dek, mereka sedang dalam Perjalanan tunggu lah sebentar"ucap bang Galang membuatku menatap abang malas.

"tau gak sabaran banget si"lanjut bang Arya.

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang