Part 63

201 18 1
                                    

..

Setelah sholat zuhur dan ngobrol sebentar dengan Gus tiba-tiba kak Azizah mengetuk pintu dan meminta kita untuk turun makan siang bersama-sama membuat aku dan Gus langsung beranjak dari duduk, aku merapihkan pasminaku sebelum keluar dari kamar setelah itu langsung berjalan berdampingan dengan Gus ntah kenapa rasa canggung itu masih ada.

"Masyaallah, temen bobrok gua jadi kalem gini si ck salut"ucap Vano yang melihatku menuruni tangga dengan santai mengikuti langkah suamiku.

"Van jangan membangunkan singa tidur, loe suka banget si mancing-mancing"ucap bang Galang kepada Vano.

"tau tuh ntar mah kalo udah disadisin sama adek gua ngadu ajh ke cewe loe"lanjut bang Arya membuat Vano cemberut dan aku hanya menahan tawaku.

Kami makan siang secara lesehan diruang yang tadi dijadikan akad, saat aku menghampiri semuanya dan mendekat ke arah bang Galang dan bang Arya berpisah dengan Mas Ali yang bergabung dengan Ayah juga Abang.

"gak akan berani dia sakarang mah sadis-sadis udah punya pawang ye kan, tapi baru satu hari loe udah kalem gini kok gua kangen ya dengan bobroknya loe"ucap Vano membuat Abah dan Mas ali menatapku juga Vano.

"Van jaga bicaramu nak"

"bener Mih, mamih tau kan gimana bobroknya Andini"ucap Vano yang trus memancing jiwa sadisku keluar.

"Bang kalau kamu diamuk sama Andini aku tidak akan nolongin kamu lh, karna kamu yang memulai"ucap Aisyah kepada Vano.

"gak akan sayang dia kan udah punya pawang, gak akan dia ngamuk ya gak An"ucap Vano yang terlihat raut takut saat menatapku, aku tau jika di sedang bercanda tapi dia yang memulai.

"gak juga"jawabku.

"tuh kan, lah kok gak juga"ujarnya yang dengan sekejab aku melemparkan bantal sofa yang ada di dekatku tepat mengenai wajah Vano, membuat semua orang tertawa.

"1 sama"ucapku.

Aku berjalan ke arahnya membuat dia mundur perlahan tapi langkahnya kalah dengan ku membuat satu tonjolan tanganku mengenai lengannya,
"2-1"

"Ahh parah si ini sakit sekali epribadehhh"teriak Vano seraya mengusap lengannya.

"lagi? "

"gak An, yaelah bercanda tadi gua loe mah serius banget"jawabnya membuatku tersenyum.

"tampang wajah loe mah gak bisa diseriusin, kan gua bilang loe mah tampang buaya malah gua heran Cewe kalem kaya Aisyah kok mau ya sama buaya darat kaya loe canda buaya darat"ucapku menatap Vano dan ucapku membuat semua orang tertawa.

"wah nusuk kehati sekali epribadehhh"

"mampus loe Van, kan gua Udah peringatan tadi"ucap Bang Arya membuat Vano memberikan dua jarinya bertanda perdebatan telah usai.

Sebelum aku menghampiri para orang tua di dapur aku mendekat ke arah Aisyah dan menaruh lenganku di pundaknya seraya menatap Vano,
"Syah, sekali kali coba cek hpnya kalau Wa nya aman jangan percaya dulu lihat telegram nya dan kalau kamu liat dia masih punya aplikasi Litmach dan Tantan fiks dia buaya. Canda buaya"ucapku membuat Aisyah melipat tangannya dan menatap Vano garang.

Semua orang tertawa melihat wajah Vano saat ini bahkan bang Arya tertawa ngakak, melihat kekalahan Vano jika sudah berdebat dengan diriku.

"Van pemenangnya satu kartu limit ya jangan lupa"ucap ku yang langsung berlalu pergi.

"woy gak ada ya"teriak Vano membuatku melambaikan tanganku ke atas.

"jangan kaget Abah nak Ali jika melihat seperti itu, Andini disayang banyak orang termasuk sahabat-sahabat nya apalagi Vano yang udah sama kaya Arya, Galang dan Rey jadi di maklumi ya"ucap Ayah kepada Mas Ali.

Jangan Tinggalkan Aku, Ibu! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang