Vote gengs💃
.
.
.Alex sudah berada di Pranciss selama seminggu, selama itu juga dia mencari Universitas yang setidaknya bisa dia masuki nantinya.
Saat ini dia sedang membersihkan tangan dan wajah Arita dengan kain basah yang dicelupkan air hangat. "Kapan kamu bangun.." lirihnya pilu, dia hampir putus asa.
Arita masih memejamkan matanya seakan tak ada lagi niatan untuk bangun. Alex mulai kehilangan kepercayaannya akan Arita.
"Aku kangen omelan kamu.."
"Kangen semuanya yang ada di diri kamu, kangen banget."
"Aku maunya cari yang lain, tapi aku gamau jadi orang yang paling menyesal jika saat itu terjadi kamu terbangun."
"Kamu bangun, mengetahui aku bersama perempuan lain pasti membuatmu sedih. Kamu pasti..bakalan sama pria lain..aku..hiks..gamau itu terjadi.."
Alex menangis lagi, entah mau sampai kapan dia menangis, entahlah dia juga tidak tau sampai kapan. "Bangun..hiks..aku mohon bangun Rita.." mohonnya.
Kali ini, mereka lagi-lagi hanya berdua saja. "Aku..hiks..gak sanggup lagi.." pilunya dengan tangan yang menggengam erat tangan Arita.
Tangisan itu menggema ke sudut kamar, tangisan yang mengandung banyak arti didalamnya.
"Bangun..hiks.."
Tangisan itu terdengar ditelinga Arita, sampai membuatnya memaksa diri agar terbangun. Perlahan, kedua matanya terbuka, tatapan kosong lah yang terlihat disana.
Genggaman tangan Alex terbalas, membuat cowok itu tersentak.
"Rita!?" serunya tak bahagia, terlebih saat kedua manik Arita melirik kearahnya.
Bibirnya masih terkatup rapat. "Tunggu ya, tunggu. Aku panggil Dokter dulu." ujarnya bergetar, dengan tangan yang gemetar dia menekan tombol diatas kasur.
Kemudian duduk kembali. "Syukurlah, aku senang.." bisiknya bahagia.
Lagi dan lagi, Arita hanya memandangnya dengan tatapan kosong. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, tiada yang tau selain Arita sendiri.
.
.
.
.Euforia penuh suka cita terasa di kamar inap Arita, keadaannya dinyatakan normal tanpa kendala, Dokter sudah memastikan Arita melewati masa kritisnya.
Kini hanya tinggal pemulihan. Dira tak henti-hentinya mengelus rambut putri kesayangannya itu. "Kakak, jangan sakit lagi." Arita melirik Adiknya.
Tedi. Lalu mengangguk singkat.
"Maafin oma, mulai sekarang Oma gak bakal maksa apapun lagi sama kamu."
Arita mengangguk pelan, baguslah kalau memang seperti itu. Alex sendiri berdiri di dekat ranjang Arita, jantungnya berdegup amat cepat.
Dia senang, Arita sudah kembali sadar.
"Ta..aku merindukanmu.." lirih Alex, kepalanya menunduk guna memandang lekat wajah Arita.
Sekilas, ingatan sebelum insiden penusukan itu kembali melintas dikepalanya. Membuat raut wajah Arita mengeras dan penuh dengan kebencian.
"Kamu tau? Alex pulang ke Indonesia, dan dia langsung memacari gadis lain."
"Jangan membual, lagipula itu bukan urusanku."
"Oh ya? Tapi mereka berciuman."
Jantung Arita berdetak kencang, terlebih saat Ben memberikan foto dimana Alex dan seorang gadis berseragam SMA yang sama dengannya.
Berpelukan dengan bibir yang menyatu. Rasanya, hati Arita teremas sampai hancur.
Semua hening, sampai akhirnya Ben mendorongnya keras dan menusuk perutnya sebanyak 10 kali, hal yang teringat dikepalanya adalah foto jahanam itu.
"Arita? Kamu kenapa?" tanya Alex pelan.
Tatapan sendunya membuat kebencian Arita naik berkali-kali lipat. Dia mendecih pelan "Keluar." perintahnya dingin.
Semua terdiam. "Siapa yang kamu maksud?" tanya Theo.
Arita melengos, enggan menatap mata penuh kepedian milik Alex. "Rita gamau lihat cowok ini, Rita gak kenal sama dia. Usir dia." ujarnya dingin.
Deg!
Alex membeku, apa lagi kali ini Ya Allah.
Kenapa Alex tak bisa senang sedikit saja.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bayi Boyfie [End]
Teen FictionAlex, cowok troublemaker yang akan berubah menjadi kucing manja jika berhadapan dengan kekasihnya. Cowok tukang tawuran itu bahkan rela memakai pakaian longgar demi melihat senyum kekasihnya. Start-20 Juni 2021 End-14 Juli 2021