Enam

33.1K 3K 11
                                    

Sebenci apapun mereka padaku
Aku berusaha agar kebencian ku pada
Mereka memudar sedikit demi sedikit

Azzahra Al Ghifary

¤¤¤
Widyaarrahma
¤¤¤

Usai mendengar perkataan kakanya itu Fahmi memilih pergi dan membiarkan kakaknya menenangkan diri.

Ucapan kakaknya kembali terngiang dipikirannya, apakah dulu orang tua angkat kakaknya kejam pada dia ?

Namun kalimat Zahra seakan menjadi alasan Fahmi untuk menjadi penjaga bagi Zahra.

Jika memang Papahnya tak mau bahkan tak sudi menyebut nama Zahra maka dia berjanji pada dirinya sendiri agar bisa membahagiakan kaka satu satunya itu.

Sementara di lain tempat Arvan Arvin dan Aisyah berada diruang tamu setelah beberapa kali Arvan membujuk agar bisa duduk dan membicarakan masalah Zahra

"Bun apa benar dia kakak tiri aku ?" Entah sudah berapa kali Arvan mengatakan itu namun Aisyah tak menjawab

Wanita itu hanya terdiam menyandarkan badannya dishofa sambil memejamkan mata seakan mengingat kenangan 20 tahun yang lalu.

"Sebenarnya apa yang bunda rahasiakan dari kami bun ?" Tanya Arvin setelah sebelumnya mendengar penjelasan masalah Zahra dari Arvan.

"Iyah, dia kaka kalian" kalimat itu terdengar dari mulut Aisyah setelah sekian lama dia diam

"Kenapa bunda gak pernah cerita bun ?" Tanya Arvan

"Karna bunda bahkan sudah lupa kalau bunda punya anak perempuan, 20 tahun yg lalu masa suram bunda dan bunda berusaha melupakan semuanya demi masa depan bunda dg ayah dan kalian" ucap Aisyah meneteskan air kata mengingat bagaimana dulu pemaksaan perjodohan orang tuanya

Sementara Arvan dan Arvin terdiam mendengarnya membayangkan posisi Zahra, dimana dia adalah anak yang bahkan sudah dilupakan oleh ibunya sendiri.

"Bun, bunda Perempuan kan ? Bukannya Arvin mau memojokkan bunda, tapi Mba Zahra juga butuh bunda walaupun dia sudah dewasa, Bunda mungkin bisa memayangkan posisi mba Zahra yang tumbuh dewasa tanpa orang tua kandung, dan setelah bertemu malah diusir karna sudah dilupakan" ucap Arvin Lembut tak ingin menyakiti hati bundanya

"Bunda tau, Bunda Faham tapi dia hadir tanpa kesiapan bunda dan om kamu Om Aditya" ucap Aisyah lalu beranjak menuju kamarnya

"Anterin gw ketemu mba Zahra" ucap Arvin berdiri

Arvan hanya mengangguk dan mengambil kunci mobil di gantungan khusus kunci disamping tv.

●●●

Kini Arvan dan Arvin sudah berada dirumah Aditya, hanya ada Fahmi diruang tamu karna Fatim sudah ke Cafe cabang untuk mengurus keuangan disana.

"Mba Zahranya mana ?" Tanya Arvin yang sudah penasaran dg wajah kaka tirinya itu

"Mba Zahra lagi gak bisa diganggu, gw aja abis diomelin sama dia, gw gk tau kenapa Papah dan Tante Aisyah membenci dia, gw tadi dengerin omongan mba Zahra aja sampe gak kuat bayanginnya apalagi dia yang ngrasain" ucap Fahmi menyenderkan badannya di Sanggahan Shofa

"Coba gw telfon siapa tau dia mau kluar" ucap Arvan membuka Hpnya dan menekan nomor Zahra

Assalamualaikum

Waalaikumussalam
Mba, Arvan dibawah sama Arvin
Pengin ketemu.
Bisa kebawah sebentar mba ?

Iyah sebentar

Tuut.

"Alhamdulillah" ucap Arvan

Tak lama Zahra muncur dari dapur membawa Minuman untuk adik tirinya karna tau dirumah hanya ada Fahmi sementara bibi masih memasak untuk makan siang.

Zahra meletakan minuman dimeja ruang tamu dan duduk disamping Fahmi.

Tatapan Arvin tak lepas dari gadis itu dari gadis itu membawa nampan hingga kini duduk disamping Fahmi.

Semuanya hanya diam tanpa ada percakapan, 4 orang yang duduk di ruang tamu itu sibuk dengan fikirannya masing masing.

Hingga Arvan berinsiatif mengajak Zahra untuk pergi

"Ke Mall yuk mba" ucap Arvan memecah keheningan

Zahra menengok kearah Arvan teringat ajakan Fahmi beberapa jam yang lalu juga mengajaknya ke Mall.

Tak ingin ada yang merasa tersinggung akibat ucapannya Zahra memikih menggelengkan kepalanya

"Mba lagi pengin dirumah" ucap Zahra lembut

"Maafin ucapan Bunda yah mba" ucap Arvan membuat Zahra teringat kejadian pagi tadi dimana dia diusir bahkan dari rumah ibunya sendiri

Ia hanya mengangguk tak sanggup berkata apa apa lagi, air matanya perlahan turun namun segera dia hapus tak ingin adik adiknya tau

Fahmi yang mengerti suasana hati kakaknya segera menariknya kedalam pelukannya.

Terdengar isakan kecil dari Zahra yang kini sudah ada dipelukan Fahmi.

Arvin yang notabennya anak pendiam paling tidak kuat melihat wanita menangis apalagi yang sekarang didepannya adalah kaka tirinya, walaupun sebelumnya ia tak menyangka punya kaka tiri perempuan.

Arvin langsung berpindah duduk disamping Zara dan mengelus pundak wanita itu yang bergetar.

"Kalian pulang aja mba mau ke kamar" ucap Zahra lalu pergi meninggalkan ke tiganya.







_____________________
Kata kalian putus cinta sakit ?
Memang sih sakit
Tapi lebih sakit dilupakan
Oleh seorang ibu yang bahkan 9 bulan
Aku berada didalam kehangatan rahimnya

~Azzahra Al Gjifaru

Widyaarrahma
Tegal 14 Juli 2021

Maaf yah kalo kurang feel dari bab ini

AZZAHRA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang