Dua Puluh

28.1K 2.5K 4
                                    

Aku berusaha mengerti akan dirimu meski kau sibuk dg urusanmu

¤¤¤
Widya Arrahma
¤¤¤





Boleh jujur, dia sedikit pusing, ditambah traumanya yang sedikit teringat kejadian kemarin malam

Zahra menggenggam erat tangan Fahmi saking eratnya menahan pusing yang semakin terasa.

Mungkin karna dia terlalu cape dan belum makan dari siang hingga pusing itu kembali datang

"Kami Njid dan Jiddahmu" ucap lelaki yg dipanggil Njid itu

Zahra sudah tak merespon ucapan didepannya, dia hanya merasa pusing yang amat.

Ditambah kilasan amarah dari ayah dan abinya kembali datang.

2 lelaki yang seharusnya menjadi pelindung itu kini menjadi sosok yg penyeramkan dimata Zahra.

Setetes Darah kembali keluar dari hidung Zahra membuat pusing yg tadinya hanya biasa saja menjadi semakin sakit dan membuatnya tak sadarkan diri disamping adiknya

"Loh kenapa bisa mimisan ?" Tanya wanita yg biasa dipanggil Jiddah itu

Fahmi langsung merebahkan Zahra di Shofa yang tadi dia duduki sementara Raka berpindah ke Shofa Single.

Fatim kembali keluar mengambil Daun sirih smentara Jiddah Aminah mengambil tisu dan mengelap darah yang keluar dari hidung cucunya itu.

Fahmi segera mengambil obat yg kemarin di minta kakanya.

Setelah darah dihidungnya mereda kini Zahra hanya bisa menangis seperti malam kemarin tanpa membuka mata.

Arvan dan Arvin yang baru sampai karna berniat mengembalikan tas kakaknya yg tertinggal kaget melihat kakaknya yang wajahnya kini pucat.

Tanpa aba aba Arvin lansung membopong Zahra hendak membawa ke mobil namun di halangi oleh Njid Aziz

"Mau dibawa kemana hey kamu siapa ?!"

"Saya adiknya, mba Zahra akan saya bawa ke rumah sakit, kalau begini terus bisa tdk tertolong dia" ucap Arvin langsung membawa sang kaka ke Mobil diikuti Arvan dan Fahmi

Sementara Aditya tercengang mendengar kata Rumah Sakit. Dimana kejadian 20 tahun yg lalu mengingatkannya.

Sedikit info semenjak kelahiran Zahra, Aditya enggan masuk ke Rumah skit lagi bahkan saat kelahiran Fahmi pun Aditya memilih untuk membawanya ke bidan dari pada dia harus mengingat kembali kejadian itu.

●●●

Keesokan harinya Zahra merejapkan matanya menyesuaikan cahaya yg ada, terlihat Arvin disampingnya sembari membaca Al Quran.

Zahra memegang tangan Arvin seolah meminta sesuatu

Arvin mengakhiri bacaan Al Qurannya menaruhnya dimeja samping brangkar milik Zahra

"Kenapa mba ?" Tany Arvin

"Mba mau pulang" lirih Zahra

"Tapi mba kecapean, setidaknya sehari yah sampe mba pulih" ucap Arvin dibalas gelengan Zahra

"Mba mau pulang kalau Arvin gk mau anterin mba pulang sendiri" ucap Zahra kembali berusaha untuk duduk namun dicegah oleh arvin

"Eh iya iya kita pulang tapi aku ngomonv ke dokter dulu yah mba izin biar mba rawat jalan" ucap Arvin dibalas anggukan Zahra

Setelah Arvin keluar kini Fahmi dan Raka bergantian masuk ke ruang rawat Zahra

"Ada yg sakit mba ?" Tanya Fahmi

Zahra hanya menggeleng lemah

Abi gk kesini ?

Itulah yg Zahra fikirkan sekarang, disaat dia butuh sosok orang tua yang mendampinginya bahkan disaat dia terbaring di rumah sakit ini namun tak ada satupun org yg disebut orang tua itu disini.

"Abi lo lagi disidang njid" ucap Raka seakan tau gerak gerik Zahra yang menelisik penjuru ruang rawat mencari seseorang

"Oh" ucap Zahra












_________________________
Rindu Tolong Diam
Dia sudah tak bisa lagi ku jangkau

Widyaarrahma
Tegal 19 Juli 2021

AZZAHRA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang