Bismillah...
Yohan berdiri di sebelah Yara sambil bertolak pinggang, bibirnya mengerucut tanda sebal, namun tetap tak diacuhkan. Pemuda itu mendecak keras lalu menarik paksa kakaknya itu dari atas kursi membuat Yara agak terhuyung ke samping namun dengan bodo amat tetap memperteguh posisinya di sana.
"Kak!!! Udahan dong, gantian," rengek Yohan sambil menarik-narik lengan Yara kesal.
"Ck, diam dulu deh Yo, satu nyawa lagi ini," ucapnya santai tanpa menoleh ke arahnya adiknya itu sama sekali.
"Tapi kan udah giliran gue, kan peraturannya satu nyawa satu kesempatan main, lo kan tadi udah mati!" protes Yohan.
Sebenarnya di rumah mereka, banyak sekali benda elektronik yang bisa dimainkan. Namun bermain dengan komputer lama yang ada di gudang masih saja tetap menarik bagi mereka berdua. Mungkin karena komputer itu adalah benda elektronik pertama yang dibelikan Papa, jadi ada banyak kenangan yang mereka rasakan saat bermain komputer itu.
Tadi sebenarnya Yohan yang ingin mengenang masa lalu dengan komputer itu. Entahlah, kalau sisi sentimentilnya bangkit, cowok itu memang suka berduaan saja dengan komputernya itu. Tapi tiba-tiba Yara muncul, tertarik dengan apa yang dilakukan Yohan dan berkhir dengan menguasainya seperti sekarang.
Yohan mendengus. Yara memang menyebalkan, Yohan bahkan tak habis pikir kenapa Yara bisa berstatus sebagai kakak padahal lebih sering ia yang mengalah untuk kakaknya itu.
Melihat tidak ada tanda-tanda jika Yara akan bergeming dari duduknya, Yohan akhirnya memilih untuk rebahan saja di sofa yang ada di gudang sambil bermain hape. Namun baru saja hendak mengecek group kelas untuk melihat apakah ada pr atau tidak, sebuah notifikasi dari instagram muncul dan berhasil membuat matanya membulat.
"BUNDA! YOHAN AKHIRNYA DI NOTICE!" teriak pemuda itu tiba-tiba membuat Yara yang sedang bermain bowling di komputer dan fokus mengarahkan bola jadi kaget dan salah memencet.
"Yo, berisik ih! Poin gue jadi kurang tuh kan!" teriaknya balik.
Yohan tidak peduli dengan game Yara, ia langsung bangkit dari duduknya dan mencubit kedua pipi kakaknya itu gemas.
"Lo puas-puasin deh main komputernya, emang ya, yang namanya kesabaran selalu mendatangkan kebahagiaan," kata Yohan lalu langsung pergi sambil meloncat-loncat, meninggalkan Yara yang kebingungan dengan tingkah adiknya itu.
Gadis itu menghela napas. "Yah, Yohan pergi, kalau main komputernya gak rebutan mana seru," ucap Yara sambil menatap layar komputer dengan tak berselera.
"Gue matiin aja deh, nanti kalau Yohan main komputer baru gue main lagi," sambungnya ceria lalu mematikan komputer itu dengan santai.
🌧️🌧️🌧️
Yohan mengggit bagian bawah bibir sambil duduk di atas kasur. Ekspresinya terlihat gugup saat menekan profil instagram Aviana yang entah bagaimana tiba-tiba memfollow akun instagramnya.
"Kenapa gue tiba-tiba difollow ya? Apa jangan-jangan penantian gue selama empat tahun akan berakhir tahun ini?" katanya heboh sendiri sambil melihat profil ig gebetannya itu.
Yohan menarik napas panjang.
"Calm down Yo, calm down, kata kak Yara jadi cowok itu harus cool, kayak tokoh novel teenlit, jangan alay begini, nanti cewek bisa ilfeel," ucap pemuda itu mencoba menenangkan diri.
Namun melihat foto-foto di instagram Aviana yang tersenyum sangat manis membuat pertahanannya kembali runtuh. Ia malah jadi tersenyum-senyum tidak jelas sambil melihat foto itu membuat Yohan langsung menutup aplikasi instagramnya sebelum ia makin terlena dengan kecantikan Aviana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Teen Fiction"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...