Bismillah...
Yara baru saja pulang shalat tarawih saat melihat Yohan sedang duduk dengan kepala menelungkup ke atas meja belajarnya. Pemuda itu masih mengenakan setelan yang ia gunakan saat pergi bukber bersama Avina tadi, membuat Yara jadi menghela napas lalu menggeleng-gelengkan kepala, bersiap untuk menceramahi Yohan yang bukannya fokus ibadah saat bulan ramadhan, tapi malah sibuk pacaran.
"Astaghfirullah, jangan membuang waktu dengan percuma, saudaraku! Gunakan masa muda dengan bermanfaat, jangan malah sibuk pacaran!" kata Yara dengan suara diberat-beratkan. Meniru gaya ceramah ustadz di mesjid hari ini.
Namun Yohan bergeming.
"Yohan, saudaraku! Bangunlah!" seru Yara sekali lagi. Namun Yohan tetap diam, mengacuhkan keberadaan kakaknya itu.
"Yohan!"
Yara jadi kesal sendiri lalu mendorong lengan adiknya dengan keras, "Eh, lo udah shalat belum sih? Jangan sampai gue aduin ke Ayah kalau lo gak shalat sebelum tidur ya," kata Yara mulai mengancam. Yohan mendecak, mulai kesal karena kakaknya itu tidak pernah absen untuk mengusiknya.
"Gue udah shalat," jawab Yohan akhirnya. Tapi kepalanya masih menelungkup.
"Kapan? Lo aja baru pulang!" kata Yara tak langsung percaya. Yohan mendengus, masih enggan untuk mengangkat kepalanya dari atas meja.
"Tadi waktu gue masih diluar, udah deh, mending lo keluar, gue lagi males ngadepin lo," kata Yohan datar. Yara memajukan bawah bibir.
"Lo kenapa dah? Badmood lagi? Gue perhatiin sejak lo pacaran sama si Aviana mood lo jelek mulu, kenapa sih?" tanya Yara lagi.
Sebenarnya Yara tidak pernah setuju Yohan pacaran dengan Aviana. Mereka bertiga pernah satu sekolah dulu. Dan waktu SMP, Aviana sudah sering digosipkan kalau ia bukan perempuan baik-baik seperti image yang selalu ia munculkan di depan anak-anak lain.
Gosip mengatakan kalau Aviana suka memanfaatkan cowok-cowok yang menyukainya. Awalnya Yara sih tidak peduli dan tidak percaya, sampai teman sekelasnya ada yang pacaran dengan Aviana. Yara masih ingat betul teman cowoknya itu menangis di kelas karena ketahuan mencuri uang kas, dan saat diusut, penyebabnya karena Aviana yang ngambek kalau tidak dibayari perawatan di salon. Mana biaya salonnya mahal, mana sesuai dengan isi dompet anak sekolah.
Tapi Yohan itu bucin. Jadi apapun yang Yara katakan ia tak percaya. Sekarang terbukti kan, bukannya menjalani hari dengan riang gembira, Yohan malah sering uring-uringan karena Aviana.
"Duit lo habis berapa tadi? Lo yang bayarin teman-temannya makan ya?" kata Yara memulai introgasi.
"15."
Yara melotot, "15 juta?"
"15 ribu! Gue beli ayam geprek tadi, lagian sejak kapan gue punya uang sebanyak itu," kata Yohan malas. Sekarang kepalanya sudah terangkat karena lelah menjawab pertanyaan kakaknya yang tak habis-habis itu.
"Lah? Masa iya si Aviana mau makan ayam geprek 15 ribu?" seru Yara tak percaya.
"Gue aja yang makan, dia enggak."
Yara mengerutkan kening.
"Apa sih? Lo kan pergi bukber sama dia, masa lo aja yang makan?"
Yohan akhirnya menceritakan kejadian hari ini kepada Yara. Dimulai dari Yohan yang menjemput Aviana ke rumahnya. Kata-kata Aviana yang mengomelinya minta dijemput pakai mobil mulai besok soalnya takut make upnya luntur selama di jalan.
Kemudian kejadian berlanjut saat Aviana dan Yohan sampai di tempat mereka bukber. Bagaimana gaya berteman Aviana yang sangat tidak disukai Yohan. Asap rokok dimana-mana, dan teman-teman Aviana yang minum dengan santai sebelum adzan maghrib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Novela Juvenil"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...