[32] Aviana Dalam Elegi

147 29 33
                                    

Bismillah...

Kadang-kadang, kalau Yara sedang tidak di rumah sehingga rumahnya tidak berisik, Yohan suka merenung sendirian di kamar.

Memikirkan beberapa pertanyaan random yang muncul di kepala, seperti ; Untuk apa ia hidup di dunia ini? Kenapa ia bisa jatuh cinta? Apa yang ingin ia lakukan di masa depan? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang pada akhirnya tidak pernah menemukan jawaban.

Yohan tau ia tipe orang yang pemikir dan suka berbicara. Karena itu, sejak dulu kriteria yang ia inginkan untuk menjadi pasangannya adalah gadis yang pintar dan nyambung saat diajak ngobrol. Bukan yang hanya pandai berdandan, tapi juga punya pemikaran yang matang. Yang tidak peduli dengan aib orang lain tapi senang membantu saat melihat ada yang kesusahan.

Yohan menyukai kriteria itu. Tapi kenapa ia malah jatuh cinta pada Aviana?

Jujur, saat pertama kali menyukai gadis itu, Yohan terpana pada kecantikannya. Gadis itu seperti artis. Berwajah manis, bertubuh tinggi langsing, dan suaranya lembut sekali. Dan saat mendengar gadis itu menyanyi di pentas seni, seketika Yohan merasa jatuh hati.

Tapi Yohan tak pernah mencoba mendekat. Sejak dulu, Yohan hanya mengaguminya dari jauh. Menyukai gadis itu seperti mengagumi idola di tv. Hanya sebatas itu. Tidak lebih.

Tentu saja Yohan berharap ia bisa lebih dekat. Fans mana yang tidak ingin berbicara dengan artis idolanya? Tapi rasanya itu harapan yang terlalu berlebihan, karena itulah Yohan tidak mau mendekat duluan.

Dan mengejutkan, Aviana yang malah mendekatinya duluan. Mengikuti instagramnya, memberikan nomor WA dengan tanpa pikir panjang dan yang paling penting gadis itu yang malah menyatakan perasaan duluan.

Tapi kembali lagi ... apakah sebenarnya yang seperti Aviana yang benar-benar diinginkan Yohan? Atau perasaannya hanya sekedar fans yang menggemari idolanya?

Memikirkan itu membuat Yohan pusing sendiri sampai Aviana muncul dan duduk di depan pemuda itu. Mereka berjanji bertemu di taman kota dan duduk di toko es krim yang ada di sana.

Saat Aviana datang, semua mata seketika menatap gadis itu. Sebagian berdecak kagum, sebagian lain pura-pura cuek walau diam-diam melirik lagi karena terpana dengan kecantikannya. Dan Yohan dulu juga seperti mereka, hanya saja sekarang pemuda itu sudah merasa biasa saja. Cukup dengan mengingat ekspresi marah Aviana langsung membuatnya kehilangan selera untuk terpesona.

"Kamu udah pesan?" tanya Aviana  langsung saat mendudukkan tubuhnya di kursi. Tidak meminta maaf atas keterlambatannya sama sekali padahal Yohan sudah menunggunya setengah jam sendirian.

"Udah," jawab Yohan.

"Punya aku?"

"Belum."

Aviana langsung berhenti memeriksa isi tasnya karena sedang mencari hape dan menoleh ke arah Yohan dengan tatapan tidak senang, "Kan aku udah bilang dari tadi ke kamu, pesenin aku es krim rasa vanilla coklat—"

"Kakak bisa pesan sendiri kan? Kenapa nyuruh-nyuruh Yohan?" kata Yohan datar. Sebenarnya Yohan lupa memesankan untuk gadis itu. Dan biasanya kalau begitu ia pasti langsung meminta maaf dan buru-buru memesankan apa yang diinginkan Aviana.

Tapi sekarang jangan harap. Meski Yohan tidak suka suara melengking gadis itu saat mengomel, tapi itu lebih baik daripada disuruh-suruh.

Aviana mendengus, lalu menyandar ke kursi dengan tangan terlipat di depan dada. Tatapannya tetap tajam pada Yohan. "Dulu aja baik banget waktu PDKT, sekarang aslinya keluar," kata gadis itu.

Yohan tersenyum miring, "Kakak juga," katanya singkat.

Untungnya Aviana cantik. Sehingga tanpa perlu repot-repot memesan, waitress laki-laki di tempat es krim itu langsung mendatanginya dengan senyum lebar. Yah, kalau yang datang biasa saja, pasti dipanggil dulu baru datang, tapi Aviana beda.

Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang