Bismillah...
Yohan berdehem-dehem gugup sambil berjalan di dekat Aviana. Sedangkan kakak kelas cantiknya itu, sibuk memilih novel-novel teenlit tanpa bersuara. Yohan mengamati wajah cantik gadis itu dari samping. Ekspresinya terlihat sangat serius saat menatap deretan buku warna warni itu membuat Yohan bergumam, apa Aviana juga pecinta novel sama seperti kakaknya?
Kalau sama-sama suka novel, berarti mereka akan cocok dong kalau jadi saudara ipar?
Yohan tersenyum, geli sendiri, Aviana bahkan belum jelas punya perasaan padanya atau tidak, kenapa bisa-bisanya ia berfikir sampai sejauh itu.
"Aku sebenarnya gak pernah baca buku beginian, makanya aku bingung mau ambil yang mana."
Celetukan Aviana itu berhasil membuat imajinasi Yohan yang membayangkan kakaknya dan Aviana akan cocok menjadi saudara ipar buyar seketika. Gak suka baca buku beginian? Sepertinya dibanding suka baca novel, Aviana malah terlihat tidak suka membaca.
Meski sesaat merasa kecewa, Yohan langsung memberikan tanggapan pada kalimat gadis itu, "Ooh, trus kenapa kakak dari tadi kelihatan asyik banget milih bukunya?" tanya Yohan.
Aviana menatap pemuda itu sesaat sebelum menjawab, "Untuk hadiah ulang tahun teman aku, Dira, kamu udah ketemu orangnya, yang di kolam waktu itu," jawab Aviana. Ia lalu menghela napas panjang sambil menaruh novel warna pink yang ada di tangannya.
"Kamu boleh bantuin pilih gak Yo? Aku pusing lihat tulisan panjang-panjang begini," ucap gadis itu seolah benar-benar lelah.
Yohan mengerjap, "eh iya, boleh deh," katanya lalu langsung sibuk mencari-cari buku yang sering dibaca kakaknya.
Wajah pemuda itu langsung berbinar saat melihat sebuah buku berwarna biru pastel yang ada di rak tengah. Tanpa pikir panjang ia segera mengambilnya dan mengulurkannya pada Aviana.
"Ini kak, bagus, judulnya Ales dan Alesha, novel kesukaan kakaknya Yohan," ucap Yohan promosi.
Aviana mengangkat alis, lalu menerima novel itu dari tangan Yohan. Sesaat ia membaca sinopsis yang ada di balik novel itu dan tersenyum tipis.
"Oke, kayaknya bagus, makasih ya Yohan," ucap gadis itu manis. Yohan mengangguk senang.
"Sama-sama kak," ucapnya.
Aviana lalu segera membayar buku itu ke kasir, sedangkan Yohan yang awalnya mengikuti gadis itu tiba-tiba berhenti berjalan. Tatapannya jatuh pada sebuah notes kecil berwarna kuning terang, mengingatkannya pada Maya yang tidak suka warna kuning. Senyum jahil pemuda itu perlahan muncul lalu tanpa pikir panjang segera mengambil note itu.
🌧️🌧️🌧️
"May, nanti abis ashar lo ikut gak?"
Pertanyaan dari bibir pintu itu membuat Maya yang tengah mencatat ringkasan biologi jadi mendongak. Menatap Milo, abangnya, dengan tatapan bingung.
"Kemana?" tanya gadis itu.
"Ke panti asuhan," sahutnya.
Milo akhir-akhir ini memang sibuk mengajar di salah satu panti asuhan yang berada cukup jauh dari rumah mereka. Entah mendapat hidayah darimana, abangnya yang dulu tengil itu tiba-tiba saja jadi rajin melakukan hal positif. Awalnya Maya curiga kalau abangnya melakukan hal itu karena sedang jatuh cinta, namun melihat gelagat abangnya yang selalu semangat menceritakan adik-adik yang ia ajar saat mereka makan malam, Maya merasa mungkin ia terlalu berpikiran buruk tentang abangnya.
Gadis itu diam sejenak, lalu melirik ke arah ringkasan catatannya yang hampir siap. "Hem, boleh sih, tapi pulangnya gak terlalu malam kan?" tanya Maya. Milo tersenyum senang lalu menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Roman pour Adolescents"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...