Bismillah...
Maya menatap mading sekolah dengan ekspresi sangat serius lalu mengangguk-angguk saat memahami poin-poin yang disampaikan disana.
Hari ini hari ketiga Maya ke SMA Budi Pekerti. Setelah verfikasi nilai dan dinyatakan lulus, gadis itu melanjutkan kegiatan dengan mencatat hal-hal yang harus ia lakukan setelah diterima di SBP. Seperti kapan MOS akan dilaksanakan dan lain sebagainya.
Namun, saat serius-seriusnya, sebuah suara terdengar memanggilnya dari arah samping membuat gadis itu menoleh dan melotot seketika.
"Serius amat May," celetuk Yohan sambil nyengir membuat Maya merasa jantungnya berhenti berdetak detik itu juga.
"Ko-kok lo bisa disini?" tanya Maya tanpa sadar jadi tergagap.
"Ya karena mau daftar ulang lah, apalagi?" sahut cowok itu santai lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Situasai makin ramai di depan mading membuatnya tak nyaman.
"Udah nyatatnya May? Duduk di kantin yuk," ajak Yohan.
Maya berdehem, "ehm, bentar lagi, gue belum selesai nyatat," katanya lalu kembali merunduk, berpura-pura mau melanjutkan catatan meski sebenarnya hanya ingin menyembunyikan senyum saat mengetahui Yohan ternyata mendaftarkan diri di SMA yang sama dengannya.
Mendengar alasan Maya, Yohan yang seperti biasa tidak peka malah berdecak lalu mengeluarkan hape untuk memfoto semua pengumuman yang ada di mading.
Maya mengerjap, memandangi cowok itu dari samping. Maya sangat sadar kalau sejak SMP Yohan termasuk jajaran cowok-cowok hits di sekolahnya, dan sekarang cowok itu makin terlihat tampan dari yang terakhir kali ia temui.
Maya menepuk keningnya sendiri, kenapa lagi-lagi ia terpesona pada cowok ini? Padahal selama libur kelulusan, Maya berusaha keras untuk move on dari Yohan.
"Ada yang namanya teknologi kamera May, jadi lo gak perlu ribet nyatat," kata Yohan setelah selesai memotret semua pengumuman yang ada di mading.
"Nah sekarang ayo ke kantin," ajak Yohan lagi, lalu tanpa persetujuan Maya langsung menarik tas gadis itu agar mengikutinya.
"Duh, jangan diseret, gue susah jalannya," protes Maya sambil melepaskan diri dari tarikan Yohan.
"Iya, iya," kata Yohan lalu membiarkan gadis itu jalan sendiri.
Keduanya lalu berjalan bersisian menuju kantin. Sesampainya di sana tenyata masih belum ada yang berjualan karena masih dalam suasana libur sekolah. Maya tertawa saat menyadari hal itu sedangkan Yohan hanya mengecurutkan bibir sambil mencari kursi kosong untuk duduk.
"Huf, akhirnya, gue capek banget dari tadi," katanya lalu menaruh kepala di atas meja. Maya tersenyum lalu duduk di depan cowok itu.
"Gue gak nyangka bakalan ketemu lo disini, bukannya rumah lo jauh dari SBP?" tanya Maya menanyakan pertanyaan yang sejak tadi bersileweran di kepalanya.
Maya pernah satu kali ke rumah Yohan waktu SMP untuk membesuk Yohan yang saat itu sakit gejala tipus. Karena itulah Maya sangat tau jika jarak rumah Yohan ke sekolah ini cukup jauh.
"Gue juga gak nyangka bakalan ketemu lo disini, bukannya rumah lo di komplek Jati luhur?" tanya Yohan sambil menopang dagu. Maya mengangguk.
"Iya, tapi sebelum masuk SMA gue pindah rumah ke dekat sini," jelasnya. Yohan membulatkan mulut.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa lo sekolah disini?" tanya Maya lagi.
Yohan bergumam, "Lo mau jawaban jujur apa jawaban jaim?" tanya cowok itu malah bertanya balik. Maya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Ficção Adolescente"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...