Bismillah...
Ada anak baru di kelas Maya, namanya Karina. Anak baru itu sebenarnya cantik luar bisa namun wajahnya jutek minta ampun, membuat anak-anak sekelas Maya jadi enggan bergaul dengannya.
Awalnya Maya pun juga begitu, terlebih melihat Karina membuat Maya jadi teringat Aviana, Maya yang cukup trauma dengan gadis cantik jadi memilih untuk tidak mengakrabkan diri. Hingga suatu hari, Maya, Tegar, Odi dan Karina berada dalam satu kelompok tugas yang sama, gara-gara kelompok itulah persepsi tentang Karina berubah seketika.
"Gue beneran gak nyangka sih, lo ternyata asyik juga diajak ngobrol," kata Tegar takjub setelah pertemuan tugas pertama mereka.
Karina tertawa kecil, "Emang gue kenapa sampai lo ngerasa gak nyangka?" tanya Karina membuat Maya dan Tegar jadi reflek saling pandang.
Tegar menggaruk tengkuk lalu berdehem-dehem, "Hem, yah, gue pikir lo anaknya pendiam gitu, jadi gue ngerasa gak enak aja ngajakin lo ngobrol," jelasnya mencoba sehalus mungkin. Karina malah tertawa nyaring mendengar alasan itu.
"Kenapa? Karena gue jutek ya?" tanya Karina, Maya jadi merasa tak enak lalu reflek memukul lengan Tegar dengan buku isi 40 miliknya.
"Tuh kan! Lo sih!" katanya setengah berbisik pada Tegar yang sudah sibuk mengelus-ngelus lengan sambil meringis.
"Kenapa jadi gue sih, gue gak ngomong jutek," balas Tegar tak mau disalahkan.
Karina yang melihat perdebatan itu jadi mengibaskan tangan, "Santai aja, udah biasa kok gue dibilang jutek, anak-anak sekelas juga jauhin gue gara-gara itu kan?" selidik Karina tanpa beban sama sekali. "Emang udah dari sananya jutek begini, jadi gue nunggu momen aja untuk memperlihatkan sifat gue yang sebenarnya," sambung Karina. Maya dan Tegar membulatkan mulut tanda mengerti.
"Tapi walaupun jutek, lo cantik banget lho Rin, gue pas pertama kali lihat lo aja mupeng, serius dah!" kata Tegar berusaha mendukung Karina. Namun kalimatnya itu malah membuatnya jadi dicibir oleh ketiga teman yang ada di dekatnya.
"Sa ae lu karung goni, celah dikit langsung di gas aja," kata Odi sambil melempar kulit kacang pada pemuda itu, membuat Maya tertawa.
Maya bergumam, "Tapi sebenarnya gue ngerasa gak nyangka juga lho bisa ngobrol banyak sama kalian berdua," kata Maya sambil menopang dagu, menatap Odi dan Tegar yang duduk di depannya.
"Lah? Emang kita kenapa?" tanya Tegar.
"Ya biasanya kan kalau di kelas gue jarang main sama kalian, jadi jarang ngobrol aja gitu, apalagi Odi, dia kan lebih kalem dibanding lo, Gar," jelas Maya.
Kalau di kelas, sebenarnya Maya tipe anak yang lumayan pendiam, ia bukan tipe yang suka menghidupkan suasana seperti Tegar, Maya hanya gadis di sudut kelas yang cuma menyumbang tawa kalau ada yang membuat lelucon. Kalau diibaratkan Tegar itu artisnya sedangkan Maya cuma penonton bayaran.
Bahkan meskipun Tegar dan Odi cukup dekat dengan Yohan, yang notabene adalah sahabatnya Maya, hal itu tidak membuat Maya serta merta jadi ikut dekat dengan mereka. Maya bicara seadanya dengan Tegar dan Odi, begitu pun sebaliknya.
Tegar menghela napas, "Gue sebenarnya pengen banget ngobrol sama lo May, soalnya chat lo sama Yohan kayaknya seru gitu, tapi si Yohan gak ngebolehin, katanya gue gak baik buat lo," kata Tegar seolah sangat sedih.
Maya merasa ada yang janggal dengan kalimat pemuda itu, "Sebentaar, lo baca chat gue sama Yohan?" tanya Maya bingung. Tegar nyengir.
"Iya, hehe," katanya tanpa dosa.
Maya mendengus, untung ia dan Yohan tidak pernah bicara serius di chat. Isinya hanya lawakan receh yang tidak terlalu penting. Tapi meski begitu, Maya agak kaget juga kalau chatnya dibaca-baca orang lain seperti itu, setidaknya memberi pelajaran untuk Maya agar menyampaikan sesuatu yang penting jangan lewat chat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Fiksi Remaja"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...