Bismillah...
Maya mengernyit, merasa aneh dengan perlakuan Yohan padanya akhir-akhir ini. Entah perasaannya saja atau memang begitu kenyataannya, Yohan sangat posesif padanya beberapa hari belakangan.
Pertama, Yohan tidak mengizinkan gadis itu pulang sendiri, setiap hari Maya harus diantar pulang oleh Yohan. Kedua, setiap hari mereka harus belajar kelompok sampai sore, dan kalau Maya menolak, Yohan akan marah. Awalnya Maya pikir, oh ini mungkin efek ujian tengah semester, jadi Yohan sedang semangat-semangatnya belajar, tapi lama-lama pemikiran itu berubah.
Kalau memang cuma karena sedang semangat belajar, kenapa Yohan sampai tidak memperbolehkan Maya untuk bertemu Selatan?
"Ngelamunin apa May? Masih ada lima belas soal lagi lho," ucap Yohan sambil menunjuk buku cetak yang ada di hadapan mereka.
Maya mengerjap, tanpa sadar jadi melamun karena memikirkan tingkah pemuda itu akhir-akhir ini.
Yohan tersenyum sambil menatap gadis itu, "Lo capek ya? Mau istirahat dulu?" tanya Yohan lagi membuat Maya mendelik.
"Eh, enggak capek kok, cuma lagi pengen bengong aja," jawab Maya cepat, lalu pura-pura sibuk memasukkan anak pensil ke dalam pensil mekaniknya.
Yohan membulatkan mulut mengerti, "Oke deh kalau begitu," katanya lalu kembali melanjutkan mengerjakan soal dari buku cetak.
Maya menghela napas lalu menggigit bagian bawah bibir. Diam-diam melirik ke arah Yohan yang sudah kembali sibuk menulis. Gadis itu merutuk, tak bisa menahan rasa penasarannya.
"Yo, lo ngerasa gak sih akhir-akhir ini lo agak aneh?" ucap gadis itu akhirnya, membuat gerakan menulis Yohan berhenti begitu saja.
"Maksud lo?" tanya pemuda itu pura-pura tak paham lalu lanjut menulis lagi.
Maya berdecak pelan, "Mungkin ini terdengar gr banget, tapi lo ngerasa gak sih akhir-akhir ini lo terlalu posesif sama gue?" tanya gadis itu terus terang, ia menelan ludah sesaat, "lo baik-baik aja kan sama kak Aviana?" lirihnya.
Yohan tertegun. Untuk sesaat tidak tau harus berkata apa ketika akhirnya gadis itu benar-benar bertanya padanya. Yohan sadar, tentu saja, ia sangat sadar kalau perlakuannya pada Maya benar-benar aneh belakangan ini. Ia bersikap seakan ia adalah pemilik Maya, hingga tak boleh ada yang mengusik gadis itu.
Tapi kenapa ia jadi begini? Pemuda itu juga tidak tau alasannya. Yang pasti semenjak melihat snapgram Maya hari itu, ia menjadi tak nyaman dan harus bersikap waspada dengan Selatan.
Dan tentang Aviana. Feeling Maya benar, akhir-akhir ini hubungan Yohan dan kakak kelas idamannya itu memang sedang tidak baik-baik saja. Entah karena Aviana bosan atau sedang sibuk ujian, chat dari Yohan seringkali tidak digubris oleh gadis cantik itu. Kalaupun mereka berkomunikasi, gadis itu hanya minta diantar jemput, membuat Yohan lebih merasa seperti ojek langganan dibanding calon pasangan.
Yohan lalu mengangkat wajah, menatap Maya tepat di manik mata, "Emang kenapa kalau gue posesif sama lo? Salah? Lo kan sahabat gue, sebelum ini kita juga sering bareng," kata Yohan tanpa ragu membuat mata Maya melebar.
Gadis itu menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, "Oke, sebelumnya kita emang sering bareng, tapi lo gak pernah larang-larang gue dekat sama siapapun kayak sekarang, Yo," ucap Maya lalu membenarkan posisi duduknya. "Jawab jujur, kenapa lo ngelarang gue ketemu Selatan?" tanya gadis itu tajam.
Yohan menatap gadis itu datar, "Jadi ini karena Selatan?" katanya.
Pemuda itu mendengus lalu menaruh pensilnya, mendadak kehilangan semangat belajar karena Maya menyebut nama cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Novela Juvenil"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...