[09] Seblak

264 60 21
                                    

Bismillah...

Maya tersenyum puas setelah menyelesaikan masakannya lalu perlahan menarik nafas kuat untuk mencium wangi seblak yang menguar di udara. Soal masakan yang satu ini, Maya berani jamin, ia sangat percaya diri dan tidak akan mengecewakan Selatan.

"Udah jadi May?"

Selatan muncul di pintu dapur sambil menggendong Moana. Adik bungsu Maya itu terlihat anteng berada di dalam gendongan Selatan, bahkan tak turun-turun dari sana semenjak cowok itu datang, membuat Maya diam-diam menghela napas melihat kelakuan adiknya itu.

"Udah, ini mau gue masukin ke piring dulu," ucap Maya sambil mengambil piring, "By the way itu si Moa gak berat apa digendongin mulu? Lumayan berat lho dia, bisa-bisa lo encok nanti," kata gadis itu khawatir.

Selatan melirik Moana sejenak. Gadis kecil itu malah makin menempel padanya membuat Selatan tak punya pilihan lain selain menggendongnya.

"Emang agak berat sih, tapi kalau gue turunin dia langsung nangis," ucap pemuda itu.

Maya menghela napas gusar, "Ya udah, lo duduk aja di ruang tv dulu, nanti gue anterin seblaknya kesana," ucap Maya. Selatan mengangguk mengerti.

"Oke," ucapnya patuh lalu membawa Moana ke ruang tv.

Milo yang sejak tadi memperhatikan dan melihat pemandangan itu dari jauh jadi bergumam. Jujur saja, keduanya terlihat seperti pasangan saat ini daripada sekedar berteman. Sebenarnya abangnya Maya itu agak heran. Padahal saat pertama kali bertemu keduanya terlihat sama-sama tidak tertarik, tapi kenapa setelah kemarin pergi ke panti asuhan bareng jadi akrab begitu?

Daripada penasaran sendiri, Milo akhirnya memutuskan untuk bertanya langsung pada Selatan.

"Kenapa kalian tiba-tiba jadi akrab?" tanya Milo sambil mendudukkan tubuhnya di sebelah Selatan membuat pemuda yang memiliki tatapan datar itu jadi mengangkat wajah dan menatapnya bingung.

"Siapa? Gue sama Moana?" tunjuknya pada Moana yang sedang memainkan tali jaketnya.

Milo berdecak, "Bukan, sama Maya," ucap Milo.

Selatan membulatkan mulut, "Ooh itu, emang kami kelihatan dekat ya?" tanya Selatan balik. Milo mengangguk.

"Lumayan, terakhir kali kalian ketemu masih ogah ngobrol, tapi sekarang lo malah berani banget nyuruh adik gue masakin lo sesuatu, si Maya juga begitu, kalau bukan karena dekat mana mau dia masakin lo seblak," jelas Milo.

"Something happened yesterday?" tanya Milo lagi sambil mengangkat alis dua kali.

Selatan bergumam, tak langsung menjawab, ia malah mengelus kepala Moana membuat gadis kecil itu mendongak dan tersenyum lebar padanya. Selatan ikut tersenyum.

Pemuda itu lalu kembali mengalihkan tatapannya, menatap Milo, "Gak ada kejadian apa-apa, kita ngobrol lama cuma karena ceker," jelas cowok itu. "Jadi lo gak usah khawatir adik lo kenapa-kenapa," sambungnya pelan.

Sebenarnya sejak awal Selatan sadar jika pertanyaan Milo yang terdengar santai itu untuk menyelidiki hubungannya dengan Maya. Meski mereka akrab, tetap saja Milo bersikap waspada terhadap cowok yang mendekati adiknya. Dan melihat Selatan menyadari itu, Milo jadi tak bisa menahan senyum.

"Gue kira lo orangnya gak peka Tan, ternyata paham juga maksud gue apa," kata Milo sambil menepuk-nepuk bahu Selatan. Selatan mengangguk mengerti, merasa aura Milo jadi agak menyeramkan kalau sudah membahas adiknya itu.

Sebelum mereka melanjutkan obrolan, Maya sudah muncul sambil membawa mangkok besar berisi seblak membuat Selatan yang sedang mencubit pipi Moana langsung menoleh dan tersenyum cerah.

Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang