[19] Tentang Prioritas

219 52 27
                                    

Bismillah...

"Jadi siapa aja yang bisa datang ke nikahan buk Sinta?"

Farhan—si ketua kelas—berdiri di depan sambil menatap teman-teman sekelasnya dengan tatapan malas, berbanding terbalik dengan teman-temannya yang sudah aktif mengacungkan tangan dengan heboh.

"Gue! Gue!" teriak Kiara yang duduk di barisan depan dengan semangat, "tapi nanti gue nebeng sama lo ya Han?" kata Kiara lalu mengedipkan sebelah mata membuat Farhan langsung memasang ekspresi jijik.

"Enggak, enggak, gue gak mau bonceng cewek selain emak gue, lo cari tebengan yang lain aja sana," kata cowok berkacamata itu pedas membuat Kiara merengut kesal.

"Gue ikut juga deh," kata Yohan yang merasa kalau momen ke kondangan bareng dengan teman sekelas akan mengasyikkan, pemuda itu lalu menoleh ke belakang untuk melihat Maya, "lo juga kan May? Masa anak kesayangan buk Sinta gak datang?" ledeknya usil membuat gadis itu mencibir.

"Iya, gue juga," kata Maya pelan.

Melihat anak-anak sekelasnya sudah heboh, Tegar juga tak mau kalah, ia melirik ke arah Odi yang duduk di sebelahnya, bukannya ikut membahas tentang acara nikahan Bu Sinta, teman sebangkunya itu malah terlihat cuek bermain game.

"Lo ikut Di?" tanya Tegar. Odi mengangguk walau tatapannya masih pada layar hape.

"Bu Sinta tetangga gue, bisa diomelin Bunda kalau gue gak datang,"  jelasnya saat Tegar terasa melihatnya dengan tatapan takjub.

Tegar mendecih, "Pantesan, biasanya lo kan jarang mau ikut," kata Tegar yang awalnya sudah takjub kalau Odi  yang selalu malas diajak kemana-mana mulai mau bergaul.

Sekarang pandangan Tegar beralih kepada Karina yang duduk diam sambil menyaksikan teman-temannya heboh, gadis itu sesekali terlihat tertawa kalau ada yang membuat lelucon, tapi hanya sebatas itu, ia tidak berkata ingin ikut atau tidak membuat Tegar ingin memastikan.

"Karina! Lo pergi gak?" tanyanya agak keras karena Karina duduk agak jauh darinya, selain itu karena kelas sedang heboh-hebohnya jadi Tegar harus agak mengeluarkan suara ekstra untuk membuat Karina sadar kalau ia sedang ditanya.

Gadis cantik itu langsung menoleh saat namanya disebut, lalu mengangguk, "Ikut, tapi kalau ada tebengan," katanya membuat Tegar jadi membulatkan mulut mengerti.

Tegar yang merasa kalau mereka sudah cukup akrab sejak mengerjakan tugas kelompok bersama tanpa pikir panjang langsung berucap, "Sama gue aja Rin, Odi nanti sama Maya," katanya tetap dengan suara agak keras agar bisa didengar Karina, namun kalimat itu malah membuat Maya dan Yohan yang duduk di barisan depan dan Odi yang duduk di sebelahnya jadi kaget dan menoleh ke arah Tegar.

"Lah? Lo sama Odi, May? Bukannya sama gue?" sahut Yohan yang biasanya selalu bersama Maya kalau ada acara kelas.

"Terserah sih, gue ngikut aja," kata Maya santai. Yohan yang mendengar jawaban cuek gadis itu jadi merasa tak senang.

"Gimana sih, lo udah janjian sama Odi?" tanya Yohan lagi. Namun sebelum Maya menjawab, Odi sudah langsung memberikan jawaban dari barisan belakang.

"Lo sama Maya aja Yo, si Tegar asal ngomong ini," kata Odi langsung memberikan klarifikasi setelah sebelumnya melotot ke arah Tegar yang malah memasang wajah polos.

"Tuh, Odi kosong tuh, sama Odi sana," kata Farhan yang langsung mengambil kesempatan untuk mengusir Kiara yang masih merengek minta tebengan pada cowok itu.

Kiara merengut, "Dasar pelit, ya udah deh, gue sama Odi aja," kata Kiara yang langsung berjalan ke tempat Odi untuk memastikan apakah Odi bersedia memberinya tumpangan gratis.

Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang