[33] Bunga Kesukaan Maya

154 30 16
                                    

Bismillah...

Maya baru saja keluar dari rumah Yohan saat melihat pemuda itu datang dan memberhentikan motornya di depan rumah. Langkah gadis itu seketika terhenti, senyum riangnya saat bercerita dengan Yara tadi berubah menjadi ekspresi kaget.

Tak ada bedanya dengan Maya, Yohan juga sama kagetnya. Ia yang awalnya bersenandung, langsung salah tingkah saat tatapannya dan Maya bertemu.

"Boleh tolong bukain pagar gak May?"

Maya mengangguk linglung, lalu dengan gerakan kaku seperti robot berjalan mendekat ke arah Yohan, membukakan pagar untuk pemuda itu. Yohan mengangkat alis, jadi terkekeh saat melihat tangan Maya yang membukakan pintu pagar gemetar saking gugupnya.

Dan Maya sudah sibuk merutuk di dalam hati, menyalahkan diri sendiri yang larut bercerita dengan Yara sehingga pulang lebih lama dari yang ia rencanakan. Mana pulangnya bertepatan dengan Yohan, kan jadi malu.

"Pulang sama siapa Maya?"

Basa basi, Yohan akhirnya yang membuka topik obrolan. Maya membasahi bawah bibir. Ia masih merunduk. Merasa gugup bukan main.

"Sama ojek," lirih gadis itu pelan.

"Mau gue anterin aja gak?" tawar Yohan. Maya buru-buru menggeleng .

"Gak usah, udah gue pesan, bentar lagi datang," kata Maya sambil mendorong pagar.

"Yakin nih gak mau di cancel aja? Mumpung motor gue masih diluar," kata Yohan kembali menawarkan. Maya tetap menggeleng.

"Enggak, makasih tawarannya Yohan," katanya menolak dengan lebih sopan.

Yohan lalu memasukkan motornya ke garasi, sedangkan Maya berdiri di dekat pagar sambil menunggu ojek onlinenya datang. Tak lama, Yohan muncul lagi dan berdiri tepat di sebelah gadis itu.

Maya jadi menoleh kaget. Menatap Yohan yang berdiri menjulang di sebelahnya memasang ekspresi santai.

"Lo mau nutup pagar ya? Gue tunggu di luar aja gapapa," kata Maya langsung menyingkir.

"Eh, disini aja, belum mau ditutup kok, gue mau lihat lo pergi dulu," jawab Yohan cepat.

Maya membulatkan bibir, "Oh, ya udah," katanya pelan sambil menggeser tubuhnya agar berdiri tidak terlalu dekat dengan pemuda itu.

Beberapa belas detik hanya ada hening di antara mereka. Maya sok sibuk mengecek peta aplikasi ojek online. Memantau dimana abang ojek berada karena datangnya lama sekali. Padahal gadis itu baru menunggu selama tiga menit.

"Maya," panggil Yohan lirih. Maya yang awalnya merunduk memandangi hape jadi menegak, menoleh ke arah pemuda itu.

"Iya?"

Pemuda itu diam sejenak, lalu bergumam, "Eum, gue udah putus," katanya membuat mata Maya melebar. Pemuda itu menolehkan kepala, membalas tatapan Maya yang berdiri di sebelah kanannya.

Gadis itu tertegun lalu langsung menundukkan pandangan lagi.  Benar-benar tidak tau harus menanggapi bagaimana. Ia mengulum bawah bibir lalu berdehem canggung.

"Lo baik-baik aja?" tanya Maya pelan.

Kedua alis Yohan terangkat. "Baik, kenapa emang?" tanya pemuda itu.

Maya diam sesaat, merasa bingung juga dengan reaksinya, "Ya soalnya kalau baru putus biasanya sedih kan," katanya.

Yohan tertawa kecil. "Baik, gue baik-baik aja, lo gimana?" tanya Yohan balik.

"Baik," jawab Maya kikuk. Lagipula kenapa Yohan malah bertanya balik?

Yohan malah nyengir, "Bagus deh kalau gitu," jawabnya.

Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang