[Epilog]

272 31 48
                                    

Bismillah...

Maya tidak pernah menyangka, jika kehidupan kelas sepuluh di masa SMA nya akan dipenuhi dengan banyak hal  menarik.

Berawal dari perasaan Maya yang bertepuk sebelah tangan dengan Yohan. Disusul oleh kisah patah hati yang membuat gadis itu menangis hampir setiap hari, pertemuannya dengan Selatan yang berujung dengan drama pura-pura pacaran agar bisa move on dari Yohan, tentang seblak dan kebahagiaan Maya saat bersama adek-adek dari panti asuhan, yang kemudian perjalanan itu ditutup dengan pernyataan cinta Odi yang begitu manis.

Maya merasa sangat bahagia dengan kehidupan remajanya di kelas sepuluh. Walau sempat patah hati, Maya tetap bersyukur karena kejadian itu malah membuatnya lebih fokus belajar. Di kenaikan kelas ini, Maya bahkan berhasil mendapat peringkat pertama karena kecanduan belajar untuk mengalihkan patah hati. Tak hanya itu, karena rata-rata nilai Maya bagus, ia juga berkesempatan untuk pindah dari kelas reguler ke kelas unggulan.

Walau sempat ragu pindah ke kelas unggulan, namun berbagai kejadian di kelas sepuluh membuatnya yakin bahwa ia punya kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada di dirinya. Dan Maya rasa, pindah ke kelas unggulan merupakan langkah awal yang tepat untuk menuju ke kesuksesan.

"Maya, jangan lupain gue ya walaupun kita udah beda kelas, pokoknya harus tetap main bareng ya," kata Kiara sambil memegangi tangan Maya. Tatapan gadis itu terlihat menyendu membuat Maya jadi ingin menangis.

Hari ini adalah pengumuman pembagian kelas. Kiara mendapat bagian kelas yang berbeda dengan Maya, XI IPA 3. Sedangkan Maya berada di kelas unggulan, XI IPA 1. Walau sudah menebak akan berada di kelas yang berbeda, tapi Maya tetap sangat sedih saat ia benar-benar akan beda kelas dengan teman pertamanya di SMA itu.

"Tentu, lo juga jangan lupain gue ya Ki," kata Maya dengan suara serak. Keduanya jadi bertatapan dengan mata berkaca-kaca, membuat Karina yang awalnya tidak mau sedih-sedih jadi terbawa perasaan juga. Ia langsung memeluk kedua temannya itu dengan perasaan haru.

"Jangan sedih-sedih dong, kan masih satu sekolah," kata gadis berwajah cantik itu sok tegar, walau air matanya sudah mengalir di pipi. Karina juga berbeda kelas dengan keduanya, ia berada di kelas XI IPA 4.

Melihat kebersamaan ketiganya membuat Tegar yang berdiri di dekat mereka jadi memajukan bawah bibir. Pemuda itu ikut-ikutan merasa sedih. Tegar lalu membentangkan tangan dan berseru keras, "Huhu, gue juga mau ikutan peluk dong," katanya sok imut, membuatnya langsung dihadiahi jitakan keras oleh Odi.

Omong-omong soal Odi, pemuda itu sama seperti Maya. Ia juga ditawarkan masuk ke kelas unggulan karena Odi sering memenangkan olimpiade matematika. Meski sering main game dan terlihat jarang belajar, namun tidak dipungkiri Odi benar-benar pintar dalam pelajaran hitungan. Dan yah, terkadang memang ada beberapa manusia yang diberi anugrah kepintaran tanpa harus berusaha keras belajar, dan Odi salah satunya.

"Seenggaknya lo kan masih sekelas sama Tegar, Rin, gue beneran sedih karena terpencil sendiri, anak kelas kita yang sekelas sama gue gak ada yang dekat sama gue," kata Kiara sedih. Karina jadi makin menangis.

"Huhu, jangan gitu dong, gue jadi makin sedih nih karena keinget bakalan sekelas lagi sama dia," ratap Karina sambil memeluk Maya erat.

Mendengar itu Tegar jadi merasa sedih. Alis matanya jadi turun dengan bibir yang melengkung ke bawah. "Masa lo sedih sih Rin? Padahal gue senang banget sekelas lagi sama lo," lirih Tegar. Eskpresinya benar-benar seperti anak kucing yang terbuang. Melihat itu Kiara jadi tak tega lalu mendekat pada Tegar dan berbisik.

"Karina sebenarnya juga senang kok Gar sekelas sama lo, pas tadi lihat pengumuman aja dia senyum-senyum pas lihat nama lo, dia geli aja untuk mengakui," ucap Kiara membuat ekspresi sedih Tegar seketika menghilang.

Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang