Bismillah...
Kak Aviana
Kita butuh ngobrol. Aku tunggu kamu di taman jam 11.Yohan menaruh hapenya pelan lalu menghela napas sambil menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan bagaimana kalimat terbaik yang bisa ia ucapkan pada Aviana untuk mengakhiri hubungan dengan gadis itu nanti agar tidak ada adegan drama lagi seperti kemarin.
Tapi dipikir bagaimanapun, Yohan tidak juga menemukan kalimat yang pas. Gadis itu selalu marah saat Yohan bilang mereka sudah putus. Terakhir kali mereka membahas lewat telfon, Aviana mulai berteriak lagi.
Sejak dulu Yohan sadar jika komunikasi dengan gadis itu tidak pernah berjalan baik. Selalu Aviana yang banyak bicara, sedangkan Yohan hanya menjadi pihak pendengar, yang kalaupun sesekali ingin bercerita malah selalu disela oleh gadis itu.
Tidak hanya komunikasi. Aviana selalu ingin menjadi pihak yang dituruti tanpa memikirkan Yohan. Yohan sangat ingat pernah menunggu gadis itu berjam-jam di depan salon, lalu tanpa merasa bersalah Aviana menyuruhnya pulang begitu saja karena temannya sudah datang.
Yohan sempat sadar jika ia tidak dihargai oleh gadis itu dan Yohan memutuskan untuk menjauhi Aviana. Namun Aviana tiba-tiba menyatakan perasaan membuat Yohan kembali goyah dan akhirnya memilih untuk bersama dengan gadis itu. Karena bagaimanapun, Yohan menyukai gadis itu sejak SMP, ia bahkan masuk ke sekolah yang sekarang demi bertemu Aviana, tentu berat bagi Yohan untuk menolak Aviana yang sudah selama ini ia sukai.
Namun semenjak hubungan itu dimulai. Tidak ada kebahagiaan yang Yohan rasakan. Ia malah makin merasa kesepian. Setiap hari tidak ada hal yang spesial. Aviana menelfonnya setiap malam, bercerita tentang dirinya sendiri. Awalnya Yohan mendengarkannya dengan baik. Tapi makin lama Yohan bosan. Dan semuanya jadi makin parah saat Aviana sama sekali tidak peduli dengan ulang tahun Yara.
Yohan masih ingat percakapan mereka saat itu. Yohan mengatakan dengan riang kalau Yara sebentar lagi akan ulang tahun dan ingin memberikan kejutan untuk kakaknya itu. Dan reaksi Aviana,
"Oh gitu? Oh iya, aku kemarin .."
Dengan santainya gadis itu tetap melanjutkan cerita tentang dirinya. Tanpa bertanya sama sekali tentang Yara yang merupakan kakak dari pacarnya sendiri. Hal itu membuat Yohan meradang, menyadari jika kepedulian gadis itu padanya memang sama sekali tidak ada. Ia hanya ingin didengar, tapi tak mau mendengar. Ia ingin diutamakan tapi tak pernah peduli dengan orang lain.
Gadis itu, benar-benar egois.
Memikirkan semua ini membuat Yohan ingin bertemu dengan Maya. Ia ingin bercerita dengan gadis itu tentang hubungannya dengan Aviana. Ingin mengadu, karena selama ini hanya saat bersama Maya ia selalu didengar dengan baik. Namun sebelum Yohan menemui Maya, tiba-tiba Yohan menyadari hal lain.
"Bukannya gue selama ini sama aja ya? Gue juga begitu kan ke Maya? Selalu ingin didengar dan ingin diutamakan terus sama dia? Gue gak mau kami lebih dari sahabat, tapi gue juga gak mau dia temenan sama orang lain," lirih Yohan bermonolog.
Pemuda itu menggigit bagian bawah bibir lalu menghela napas dalam. Ia mengusap wajah sesaat. Merasa bodoh sendiri. "Gue ... sama aja egoisnya sama Aviana," kata Yohan pelan.
🌧️🌧️🌧️
Maya baru saja sampai di rumah Yara siang ini. Gadis itu diundang kakaknya Yohan secara istimewa, dengan alasan Yara membeli banyak novel baru yang ingin dipinjamkan untuk Maya.
Awalnya Maya agak keberatan datang, terlebih hubungannya dengan Yohan agak canggung. Meskipun katanya mereka masih bersahabat, tetap saja Maya merasa malu jika mereka benar-benar bertemu. Namun setelah mendengar segala bujuk Yara dan memastikan Yohan sedang tidak di rumah, akhirnya Maya luluh juga dan akhirnya berkunjung ke rumah Yara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Semua Perempuan Itu Cantik [SELESAI]
Teen Fiction"Kalau memang begitu, kenapa semua perempuan berlomba untuk memenuhi standar kecantikan?" * Present: Kimora Amaya Kusuma🌧️ Yohan Rahmat Wijaya☀️ Selatan Khatulistiwa⚡ P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi di kehidupan...